Friday, October 13, 2017

Being Old

Being Old
Being Old

Saat aku duduk di bangku kuliah, aku ingin mengumpulkan uang tambahan selama musim panas. Jadi, aku bekerja sebagai seorang kurir di sebuah perusahaan. Suatu hari, aku harus mengirimkan beberapa barang ke seorang laki-laki bernama Tuan Yamaguchi. Apartemen miliknya terletak di lantai 12 dari sebuah gedung yang tinggi.

Aku sedang terburu-buru karena ingin pulang cepat pada hari itu. Aku naik lift ke lantai 12, berusaha mengantar barang-barang milik Tuan Yamaguchi dengan aman. Ia bahkan memberiku tip yang besar.

Saat aku akan pergi, aku melihat ada sebuah catatan di pintu apartemen di depan milik Tuan Yamaguchi. Tulisannya:

"Orang tua dengan kaki sakit. Tidak bisa turun untuk membuang sampah. Dapatkah seseorang membantuku?"

Aku ragu-ragu sebentar. Walaupun aku ingin pulang cepat, tapi ibuku selalu mengajariku untuk membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Aku menekan bel dan menunggu. Pintu segera dibuka oleh seorang laki-laki tua yang setidaknya berumur 80 tahun.

"Aku melihat pesanmu," kataku.

"Terima kasih banyak, anak muda," balasnya sambil tersenyum. "Menjadi tua merupakan hal yang sangat mengerikan. Terutama jika kau tinggal sendirian. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya untukmu."

Ia kembali masuk ke apartemen dan menggeledah sekitarnya. Beberapa menit kemudian, si laki-laki tua muncul untuk menyerahkan sebuah kotak kardus yang disegel dengan selotip padaku. Entah mengapa kotak kardus itu beratnya tidak normal.

"Ya, menjadi tua itu sangat menyusahkan," lanjutnya. "Suatu hari kau akan merasa lebih baik mati..."

Aku tidak ingin terjebak dalam percakapan yang canggung dengan laki-laki tua tersebut, jadi aku hanya membalas, "Tidak masalah. Aku akan membuangnya untukmu."

Aku berbalik untuk pergi, tapi laki-laki tua itu mengikutiku keluar menuju lift.

"Terima kasih banyak telah melakukan ini," ia berkomat-kamit. "Maaf telah menyusahkanmu. Senang bertemu denganmu."

"Ya, sampai jumpa lagi," balasku saat aku menekan tombol lift menuju lantai dasar.

Pintu tertutup dan lift bergerak turun. Kotak itu sangat berat, aku penasaran apa yang ada di dalamnya. Kemudian, aku berpikir tentang si laki-laki tua. Benarkah kakinya sangat sakit hingga tidak bisa menggunakan lift? Mungkin ia hanya kesepian dan ingin mengobrol dengan seseorang.

Tiba-tiba, kotak yang kubawa meluncur dari tanganku. Kotak kardus itu membentur langit-langit lift dengan suara benturan yang keras. 1

Klang!

Saat itu lift berada diantara lantai 6 dan 7. Kotak kardus itu jatuh lagi ke lantai bawah dengan suara gedebuk yang keras.

Aku sangat terkejut. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku memperhatikan sebuah kawat tipis yang panjang terbuat dari besi. Kawat itu keluar melalui celah di pintu lift. Setelah membuka kotak kardus dengan penaku, aku terkejut mendapati isinya adalah kawat yang mengikat sebuah balok dari beton.

Aku ingin bertanya pada si laki-laki tua apa yang terjadi, jadi aku menekan tombol ke lantai 12. Saat lift berhenti dan pintu terbuka, aku membeku ketakutan. Kemudian, aku mengeluarkan handphone-ku untuk segera menelepon polisi.

Si laki-laki tua telah mengikat ujung kawat yang lain di sekeliling lehernya. Tubuhnya tergeletak di depan lift dalam genangan darah. Kepalanya terpenggal dan menggelinding di depan pintu apartemennya.

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat