Skip to main content

Being Old

Being Old
Being Old

Saat aku duduk di bangku kuliah, aku ingin mengumpulkan uang tambahan selama musim panas. Jadi, aku bekerja sebagai seorang kurir di sebuah perusahaan. Suatu hari, aku harus mengirimkan beberapa barang ke seorang laki-laki bernama Tuan Yamaguchi. Apartemen miliknya terletak di lantai 12 dari sebuah gedung yang tinggi.

Aku sedang terburu-buru karena ingin pulang cepat pada hari itu. Aku naik lift ke lantai 12, berusaha mengantar barang-barang milik Tuan Yamaguchi dengan aman. Ia bahkan memberiku tip yang besar.

Saat aku akan pergi, aku melihat ada sebuah catatan di pintu apartemen di depan milik Tuan Yamaguchi. Tulisannya:

"Orang tua dengan kaki sakit. Tidak bisa turun untuk membuang sampah. Dapatkah seseorang membantuku?"

Aku ragu-ragu sebentar. Walaupun aku ingin pulang cepat, tapi ibuku selalu mengajariku untuk membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Aku menekan bel dan menunggu. Pintu segera dibuka oleh seorang laki-laki tua yang setidaknya berumur 80 tahun.

"Aku melihat pesanmu," kataku.

"Terima kasih banyak, anak muda," balasnya sambil tersenyum. "Menjadi tua merupakan hal yang sangat mengerikan. Terutama jika kau tinggal sendirian. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya untukmu."

Ia kembali masuk ke apartemen dan menggeledah sekitarnya. Beberapa menit kemudian, si laki-laki tua muncul untuk menyerahkan sebuah kotak kardus yang disegel dengan selotip padaku. Entah mengapa kotak kardus itu beratnya tidak normal.

"Ya, menjadi tua itu sangat menyusahkan," lanjutnya. "Suatu hari kau akan merasa lebih baik mati..."

Aku tidak ingin terjebak dalam percakapan yang canggung dengan laki-laki tua tersebut, jadi aku hanya membalas, "Tidak masalah. Aku akan membuangnya untukmu."

Aku berbalik untuk pergi, tapi laki-laki tua itu mengikutiku keluar menuju lift.

"Terima kasih banyak telah melakukan ini," ia berkomat-kamit. "Maaf telah menyusahkanmu. Senang bertemu denganmu."

"Ya, sampai jumpa lagi," balasku saat aku menekan tombol lift menuju lantai dasar.

Pintu tertutup dan lift bergerak turun. Kotak itu sangat berat, aku penasaran apa yang ada di dalamnya. Kemudian, aku berpikir tentang si laki-laki tua. Benarkah kakinya sangat sakit hingga tidak bisa menggunakan lift? Mungkin ia hanya kesepian dan ingin mengobrol dengan seseorang.

Tiba-tiba, kotak yang kubawa meluncur dari tanganku. Kotak kardus itu membentur langit-langit lift dengan suara benturan yang keras. 1

Klang!

Saat itu lift berada diantara lantai 6 dan 7. Kotak kardus itu jatuh lagi ke lantai bawah dengan suara gedebuk yang keras.

Aku sangat terkejut. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku memperhatikan sebuah kawat tipis yang panjang terbuat dari besi. Kawat itu keluar melalui celah di pintu lift. Setelah membuka kotak kardus dengan penaku, aku terkejut mendapati isinya adalah kawat yang mengikat sebuah balok dari beton.

Aku ingin bertanya pada si laki-laki tua apa yang terjadi, jadi aku menekan tombol ke lantai 12. Saat lift berhenti dan pintu terbuka, aku membeku ketakutan. Kemudian, aku mengeluarkan handphone-ku untuk segera menelepon polisi.

Si laki-laki tua telah mengikat ujung kawat yang lain di sekeliling lehernya. Tubuhnya tergeletak di depan lift dalam genangan darah. Kepalanya terpenggal dan menggelinding di depan pintu apartemennya.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...