Skip to main content

Imagination

Ibuku selalu mengatakan kepadaku, bahwa,

"Jangan pernah mencampur adukkan antara sisi 'Imajinasi' dan 'Kenyataan', karena itu sangat buruk!"

Ya, itu lah yang ku pelajari darinya.

Malam itu, aku pergi ke kamar mandi untuk menunaikan tugasku, dan aku berjalan melewati tangga yang langsung menuju ke loteng, saat itu usiaku masih 7 tahun, (Di usia 7 tahun, anak seharusnya di dampingi orang tua saat ke kamar mandi) aku berhenti tepat di bawah anak tangga saat dia memanggilku.

Perlahan, aku mendekati anak tangga dengan ragu dan mencoba mendengar suaranya kembali, karena aku benar-benar penasaran denganya.

Awalnya, ku pikir, mendengar dia memanggil namaku adalah bualan dari imajinasi liarku, namun aku salah, dia benar-benar ada dan memanggilku.

Aku berlari ke kamarku setelah melihat kilatan matanya yang merah.

Kini Usiaku 12 tahun dan aku mulai menggambar bentuk fisiknya, dia bermata merah besar, dengan kulit tipis dan berlendir, namun dengan gigi tajam yang runcing. Setiap kali ibuku melihatku menggambar makhluk itu, dia akan marah dan merobek kertas itu sembari mengatakan,

"Apakah Imajinasi, Imajinasi dan hanya Imajinasi yang bisa kau buat dasar kau gadis nakal, jangan menggambar Imajinasi lagi."

Jadi, aku mulai berhenti menggambarnya,

Setiap malam, setiap aku melewati Loteng, aku akan mendengarnya memanggilku, dan saat itu aku akan melihatnya semakin dekat dan dekat lagi, namun setiap kali aku melihat satu hal yang baru darinya, aku akan kabur dan kembali ke kamarku.

Kini usiaku 21 tahun.

Suatu sore, aku melihat mobil petugas tukang Ladeng parkir di depan rumahku, aku melangkah masuk ke dalam Rumah, dan meletakkan tasku di sofa, sebelum menatap Ibuku yang terdiam menatap loteng, jadi aku mendekatinya.

"Kau kenapa mom? Ada yang salah..."

Dia hanya diam mematung, tidak mengatakan satu kalimat apapun, matanya tampak kosong memandang loteng, jadi, ku beranikan diri untuk pergi ke loteng, dan memeriksanya.

Saat aku membuka pintu, aku tidak menemukan apapun yang ganjil disana, ku pikir tidak mungkin ada apapun disini.

Sebelum, aku mendengar suara seseorang yang mengatakan "Tolong" sangat pelan dan tipis samar-samar.

Aku mulai mencarinya, mengobrak-abrik benda-benda usang dan berdebu di depanku.

Sampai aku menemukan jejak darah terseret yang langsung menuju ke pecahan tembok kayu yang tua, aku meraih tongkat golf yang bisa ku temukan meskipun bengkok dan berkarat, untuk berjaga-jaga.

Aku mendekati lubang itu, sampai aku tidak bisa mengatakan apapun. Setelah melihatnya.

Aku melihat makhluk itu, sedang mengiris dan merobek-robek daging seorang pria berseragam tukang ledeng.

Aku yang terkejut, spontan berlari sekuat tenaga, dan makhluk itu merangkak mengejarku dengan sangat cepat. Aku berteriak-teriak terus menerus dan meminta tolong sembari melewati benda-benda usang itu.

Makhluk itu benar-benar nyata. Aku tidak bisa berhenti memikirkanya.

Aku melewati pintu dan menutupnya dengan keras hingga berdebam, dan ku rasakan jantungku bergetar hebat saat berhasil melarikan diri darinya.

Aku melangkah turun dan menemukan ibuku sedang memasak, seperti tidak terjadi apa-apa.

Dengan kesal, aku menariknya, dan menceritakan semuanya dengan panik, mulai dari tukang ledeng sampai makhluk mengerikan yang tinggal di loteng atas.

Ibuku hanya menatapku aneh dan bertanya kepadaku,

"Tukang Ledeng yang mana??"

Aku menariknya dan menunjuk mobil terparkir di halaman rumah, sebelum aku tidak menemukan dimana keberadaan mobil itu.

"Aku yakin tadi ada mobil disini.. dan.." sebelum aku mengatakan itu, ibuku hanya mengatakan,

"Itu pasti Imajinasi"

Mendengar itu aku meledak, dan bertanya pada ibuku,

"Apa kau bercanda mom, dia itu ada dan dia hampir membunuhku. Dia itu bukan Imajinasi"

Ibuku berbalik dan mendekatiku.

"Dia tidak akan membunuhmu, karena dia sudah lama tinggal disini!! Nama makhluk itu memang adalah Imajinasi nak."

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...