Skip to main content

In Carnaval- Bagian 2 (FINAL)

"Tentu saja." Jawab peramal itu

...

Aku kemudian memberikan nama dan tanggal lahir seorang pemuda. Dalam hati, aku tertawa. Aku tak memiliki seorang kakak. Nama dan tanggal lahir yang tlah kuberikan kepada peramal itu adalah nama dan tanggal lahirku sendiri.

Bahkan untuk mengerjai peramal itu, aku memberi tahu umur "KAKAKNYA" itu adalah 30 thn, padahal aku masih berumur 29 thn.

"Jadi, umur kakak anda 30 tahun? Dan nama serta tanggal lahir yang anda berikan sudah benar?" Sang peramal itu memastikan 1

Kemudian pemuda itu mengangguk. Sang peramal itu meletakkan tangannya diatas bola kristal itu dan mulai komat kamit.

Coba lihat apa yang pembohong ini akan katakan, pemuda itu membatin dalam hati.

Tiba tiba tampak sesuatu yang tlah memecah konsentrasi peramal. Wajahnya tampak pucat dan ia menatap wajah pemuda itu dengan mimik ketakutan.

"Apa.. apa kakak anda dalam kondisi sehat sekarang?" Kta peramal itu dengan gugup

"Ya, tentu saja. Tapi apa maksut mu?" Kta pemuda itu

"Mmm.. saya benar benar tak mengerti ini, tapi tolong katakan kepada kakak anda untuk menjaga diri nya baik baik. Karena dia.. dia seharusnya sudah meninggal 5 tahun lalu.." kta peramal itu
Dan pemuda itu terkejut.
-END-

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...