Skip to main content

Mencekam

Derasnya hujan membasahi tubuh mungil seorang gadis kecil. Dia terduduk, merangkul lutut, menahan takut oleh sesuatu yang ia sendiri tak tahu pasti sesuatu itu apa.

Baju lusuhnya tak membuat tubuhnya terlindung dari dinginnya angin malam ini, hingga membuat gadis tersebut menggigil.

Perlahan mata sang gadis kecil mulai mengantuk, kicau burung malam seolah menjadi lagu pengantar tidurnya.

"Tuhan, tolong jagalah Ibuku. Semoga dia juga selamat sepertiku." Doa gadis tersebut, sebelum memejamkan mata.

Srrrk! Srrrk! Srrrk!

Belum lama gadis itu terpejam, terdengar suara sesuatu yang ditarik mendekatinga. Membuat gadis itu kembali terjaga dari tidurnya.

Didengarnya suara itu dengan seksama. Bersamaan dengan semakin kerasnya suara itu terlihat sesosok bayangan yang semakin mendekat ke arahnya.

Gadis itu panik, wajahnya pucat, matanya mulai berkaca. Perasaan takut serta bingung bercampur di otaknya, saat mendapati bayangan tersebut adalah seorang pria yang tengah menarik tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa.

"Tolong, Ayah. Jangan bunuh aku!"

"Hahaha ... Kau anak bangsat. Kau dan ibumu memang pantas untuk mati. Hahaha."

Gadis itu seakan mati langkah. Ingin ia bangkit dan lari, namun itu tak ada guna. Karena dia yakin, pria itu pasti akan menangkapnya.

Jleb!

Sebuah pisau berhasil menembus lehernya dan melepaskan kepala dari tempatnya.

Hanya senyum dari sang ayah tercinta yang ia lihat terakhir kali sebelum kesadarannya benar-benar hilang.Men

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...