Skip to main content

Thirteen Steps

Thirteen Steps

Tiga belas anak tangga ke neraka terletak di Pemakaman Maltby di Washington. Dulu ada sebuah tangga yang dimulai dari permukaan tanah menuju ke bawah tanah. Katanya tangga itu nerupakan pintu masuk ke sebuah kuburan keluarga kaya.

Menurut legenda, kau harus pergi ke pemakaman pada larut malam. Kemudian kau berjalan melewati tiga belas anak tangga. Sementara dirimu terus berjalan, kau tidak akan bisa mendengar apa pun. Sekali kau telah sampai di bawah tanah, kau akan berhadapan dengan pemandangan dari neraka.

Orang-orang berkata bahwa pemandangan itu akan membuatmu gila. Saksi yang melihat orang melakukan ritual ini berkata bahwa mereka melihat orang itu berhenti di bawah tanah. Ia melihat ke sekeliling, kemudian ia jatuh berlutut karena ketakutan. Menurut laporan, beberapa anak pingsan di tangga, banyak dari mereka yang tidak pernah berbicara lagi.

Tiga belas anak tangga sudah tidak ada. Saat cerita ini beredar beberapa tahun yang lalu, mereka telah menutupi pemakaman tersebut dengan semen. Sejak saat itu, ada larangan untuk lewat. Tetapi ada rumor menyatakan bahwa beberapa anak mengadakan ekspedisi larut malam di pemakaman Maltby. Mereka membawa sekop, berharap bisa menemukan tiga belas anak tangga ke neraka.

"Aku dan pacarku ingin melihatnya sendiri. Kau harus menuruni ketigabelas anak tangga ini, lalu kau akan melihat sebuah kursi kecil. Jika kau duduk di kursi itu, berarti kau telah menjual jiwamu pada iblis. Itu terdengar menyeramkan. Saat itu aku dan temanku sedang ada di gereja, lalu pastor berkata bahwa ia pergi ke sana saat berumur enam belas tahun. Itu adalah pengalaman paling buruk sepanjang hidupnya."

"Kami pergi berkelompok ke pemakaman Maltby. Kami sampai di sana hampir tengah malam. Setelah satu jam mencari di sekitar kegelapan, kami akhirnya berhasil menemukannya. Tiga belas anak tangga. Di bawah cahaya bulan, kau tidak bisa melihat dasarnya. Kami mencoba menggunakan senter, tapi kami tetap tidak bisa menemukan bagian dasarnya. Itu menakutkan. Salah satu gadis sangat ketakutan, ia bahkan tidak berani melihat ke arah anak tangga itu. Aku memutuskan untuk turun, tapi saat aku menginjak anak tangga pertama, aku mulai merasa mual.

Setelah dua anak tangga, aku merasa sedikit pusing. Saat aku mencapai tangga keenam, aku merasa sangat kedinginan hingga tidak bisa bernapas. Aku bisa mendengar suara teriakan dan jeritan yang teredam. Aku tidak bisa melanjutkannya lagi. Aku bahkan tidak bisa melangkah ke anak tangga selanjutnya. Saat aku kembali memanjat naik, aku bisa merasakan sesuatu mendorong punggungku. Aku tidak bisa melihat ke arah teman-temanku dengan jelas. Saat akhirnya mencapai puncak anak tangga, aku menyadari teriakan itu berasal dari teman-temanku.

Mereka berteriak karena aku menghilang saat turun ke dasar pemakaman. Tinggiku enam kaki. Aku tidak bisa menghilang begitu saja sampai paling tidak di pertengahan jalan. Tak perlu dikatakan, kami semua sangat ketakutan. Kami akhirnya keluar dari sana secepat yang kami bisa. Sampai hari ini, aku masih memimpikan tiga belas anak tangga yang menuntunku ke neraka. Aku selalu bangun dengan keringat dingin."

Catatan:
Ada juga "Tiga Belas Anak Tangga" di sebuah pemakaman di Palo yang disebut dengan Pemakaman Ridge. Ada anak tangga yang menuntun ke gerbang makam. Anak tangga itu berjumlah dua belas buah. Tapi pada malam hari, ada sebuah tangga yang muncul sehingga menjadi tiga belas anak tangga.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...