Skip to main content

Cotard's Syndrome

Dont Forget to Share, Like & Comment.
Cotard's Syndrome
Cotard's Syndrome

Hari dimana aku melakukan bunuh diri adalah hari pertemuanku dengan cinta. Tentu saja dia tak dapat melihatku, namun aku sungguh terpesona akan caranya berjalan, caranya menyentuh orang lain, dan caranya meraba barang-barang di sekitarnya-seolah ia sangat menghargai hidup ini. Ia memiliki segala hal yang selalu kudambakan.

Jadi kuputuskan untuk menghantui rumahnya. Aku mengamatinya saat tidur. Namun, tentu saja aku tak dapat menyentuh raganya, ia sendiri juga tak menyadari kehadiranku. Kadang kala kutinggalkan hadiah-hadiah kecil untuknya, seperti sebatang coklat dan lain lain. Berusaha meyakinkan ia bahwa ada seseorang yang sangat menyayanginya.

Cintaku padanya begitu kuat bahkan sesekali ia dapat merasakannya. Kemarin pun ia memanggil-manggil, berseru apakah ada seseorang di rumahnya. Itu membuat hatiku tersentuh. Aku tahu kelak nanti saat kematian datang menjemputnya, kami akan bersatu. Dan dia akhirnya dapat memandang sosokku, menatap lekat mataku yang berkaca-kaca seraya berkata bahwa ia juga mencintaiku.

Hari ini sungguh berat untukku. Dia pasti sudah menelepon seseorang. Aku rasa mereka adalah semacam dukun atau cenayang. Mereka berpakaian serba biru. Dan mereka berusaha memisahkan aku darinya. Dengan kasar, mereka menyeretku keluar dari rumahnya, rumah KAMI. Dan memasukanku ke sebuah ruangan putih lalu memberondongiku dengan berbagai macam pertanyaan. Aku yakin bahwa tempat ini adalah alam akhirat, di mana seharusnya aku berada dan bukannya bergentayangan di alam orang hidup. Mereka semua berpakaian putih. Mereka terus mencercaku dengan kebohongan.
Mereka terus berkata bahwa aku belum mati. Teganya lagi, mereka menuduhku masuk dan tinggal tanpa ijin di rumah seorang pria buta. Mereka menganggap aku gila. Tapi aku tahu mereka yang berdusta.
Sekarang aku dalam perjalanan ke dunia manusia, aku bahkan harus menyakiti seorang malaikat berbaju putih untuk merampas kuncinya. Aku akan menemui cinta sejatiku, dan akan kubawa dia bersamaku menuju alam kematian.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...