Sunday, October 8, 2017

Deer Yard

http://www.horrorcreepypastariddleindonesia.ga/
http://www.horrorcreepypastariddleindonesia.ga/

Carol Simmons tersenyum malu-malu pada dirinya sendiri di depan cermin saat ia tengah mengepaskan sebuah gaun sederhana berwarna biru. Dia menyukainya karena pas di tubuhnya dan garis lehernya yang menurun, tetapi tiba-tiba ia merasa wajahnya terlalu pucat dan membuatnya terlihat seperti orang udik dengan rambut pirang.

"Bu!" teriak Carol, ia ingin ibunya memberi saran untuk gaunnya.

Dia akan berkencan malam ini dan hal itu membuatnya was-was. Dia belum pernah bertemu dengan cowok itu di dunia nyata dan mereka hanya mengobrol lewat sosial media online. Dia harus mempelajari banyak hal tentang cowok itu beberapa minggu ini, seperti ia memiliki anjing bernama Chett dan betapa ia sangat ingin ke Australia sehingga bisa bertemu dengan ibunya untuk pertama kalinya setelah lima tahun ini.

Carol menunggu kedatangan ibunya dengan sabar, tetapi kemudian ia memilih membawa gaunnya dan mendatangi ibunya. Lantai kayu berkeriut di bawah kakinya saat ia berjalan ke arah kantor ibunya. Lorong dihiasi barisan foto keluarganya, foto ibunya, ayahnya, dan Carol sendiri. Dia menganggap keluarganya adalah keluarga paling bahagia. Tentu saja mereka pernah berkelahi, tetapi mereka selalu bisa mencari jalan keluar pada akhirnya.

Dia mengetuk pintu kantor dan saat ia mendengar ibunya menyilahkan masuk, ia membuka pintu tersebut. Ruangan kantor terlihat bercahaya samar-samar dengan papan gelap yang membentuk dinding dan lantai. Dindingnya tertutup oleh kepala hewan-hewan buruan seperti kijang dan babi. Ibu Carol duduk di mejanya dengan sebuah lampu yang membuat Carol bisa melihat peluru yang sedang dimasukkannya ke dalam pistol.

"Apakah Ibu berpikir bahwa itu perlu?" Carol bertanya saat ia melihat pistol itu.

"Tentu saja, sayang. Bagaimana jika cowok ini mencoba melakukan sesuatu yang tidak lucu? Aku tahu bahwa kau belum pernah berkencan sebelumnya, tetapi ini masih membuatku was-was, kau tahu?"

Carol mengeluh saat ia menarik sebuah kursi dan duduk di depan ibunya. Carol telah diberitahu bahwa ia seperti bayangan cermin dari ibunya. Mereka berdua memiliki rambut berwarna jerami dan mata biru yang bersinar. Ibunya memiliki kaki seperti burung gagak dan kulit di tangannya telah menjadi lebih tipis, memang membuatnya terlihat tua dan rapuh, tetapi menurut Carol itu membuat ibunya terlihat kuat dan bijaksana.

"Ibu tahu kan, aku akan baik-baik saja."

Ibunya melihat Carol dengan mata yang sedih, sepertinya dia menyerah dengan anak perempuannya. "Baiklah, aku percaya padamu. Sekarang, apa yang kau punya? Apakah itu gaunmu? Itu sangat manis. Bukankah itu gaun yang dibelikan sepupumu?"

"Yeah, kupikir ini jelek sekali untukku. Apakah menurut Ibu aku terlihat bagus dengan ini?"

"Menurutku kau cantik."
***
Darren Walles mengagumi dirinya sendiri di depan cermin saat ia mengencangkan dasinya. Dia mengenakan sebuah kemeja kerja berwarna biru gelap dan celana panjang hitam untuk padanannya. Dia memikirkan Carol dan membayangkan betapa cantiknya gadis itu di dunia nyata seperti yang ia lihat di foto profilnya. Mereka belum pernah bertatap muka, tetapi setelah mempelajari beberapa fotonya, dia mengetahui daerah dimana gadis itu tinggal. Rumah gadis itu adalah lingkungan yang memiliki beberapa tetangga yang memiliki rahang yang berkedut karena terlalu banyak tersenyum dengan berkarisma.

Dia melihat dirinya untuk terakhir kalinya sebelum ia mulai membersihkan kamarnya. Dia ingin tempat ini terlihat bagus bahkan saat rumahnya terlihat siap untuk runtuh dan tiga tetangganya telah terbunuh di sana tahun lalu. Rencananya, ia akan mengajak ngobrol gadis itu dan berpura-pura bahwa ia akan tertarik dengan apa yang gadis itu katakan. Dia akan membujuknya masuk ke dalam mobilnya dan membawa gadis itu ke rumahnya. Kemudian, ia akan memberikan segelas wine yang dicampur sesuatu yang akan membuatnya pingsan dengan cepat. Dia akan mengikat gadis itu di ruang bawah tanah dan bermain-main dengannya untuk beberapa hari sampai dia bosan dan memukulnya sampai jantungnya berhenti berdetak. Dia selalu memberi mereka pemakaman yang pantas dengan membuang mereka ke dalam sebuah tempat sampah.

Ingatannya menyelinap di pikirannya seperti seekor ular. Dia sedang bersembunyi dalam kamar mandi saat dia mendengar rengekan ibunya dalam sebuah ruangan. Lengan baju atasannya penuh air mata dan darah menetes dari wajahnya, serasi dengan warna bajunya. Rambutnya yang berwarna cokelat berubah menjadi kacau dan gundul dimana ayahnya telah mencabik-cabiknya. Dia menonton saat kepala ibunya dikibaskan dari sisi ke sisi saat ia menerima setiap pukulan dari ayahnya.

Ayahnya berteriak. "Aku memergokimu tengah melihat pelayan yang lebih muda. Aku melihatmu main mata dengannya, bagaimana kau memberinya tip yang banyak. Apa kau pura-pura tidak tahu apa yang terjadi?!"

Dia ingat bagaimana tubuh ibunya berhenti meronta-ronta. Bagaimana wajah ibunya beralih kepada anaknya yang berharga yang bersembunyi di dalam kamar mandi, matanya yang kosong, tetapi ayahnya tetap memukulnya sampai dia lelah dan mendorong tubuh ibunya ke lantai. Dia memukul ibunya untuk terakhir kali sebelum dia meninggalkan ruangan dan datang kembali dengan sebuah kantong sampah dan mamasukkannya ke dalam kantong sampah itu. Darren tak pernah menyangka kau dapat memasukkan seseorang ke dalam kantong sampah sampai ayahnya melakukan hal tersebut. Ayahnya menyeretnya keluar dari kamar mandi dengan menangkap kaosnya. Dia melihat ayahnya membuang ibunya ke truk sampah dan berjalan kembali seperti ia baru saja membuang sampah seperti minggu-minggu sebelumnya.

Dengan urat darah menyembul dari dahinya, Darren mendorong rambutnya dan mendorong dirinya sendiri ke tembok mencoba menghalau memorinya. Dia hanya ingin ingatan itu pergi. Dia selalu ingat pada satu hal yang dikatakan ayahnya padanya setelah ia membunuh ibunya, "Dia adalah pelacur, Darren. Seorang yang kotor. Semua wanita seperti itu. Jika mereka mati, mereka tidak bisa pergi dan tidur dengan laki-laki lain." Darren tersenyum, tahu ini akan menjadi malam terakhir Carol Simmons terlihat hidup.
***
Carol mendengar bunyi bel pintu dan melangkah secepat mungkin dengan heels-nya. Dia melihat dirinya sendiri untuk terakhir kalinya di depan cermin dan dengan tatapan senang berjalan ke pintu. Dia berdiri di depan pintu, menarik napas panjang, dan membukanya untuk seorang pria muda tampan yang sedang tersenyum. Dia balas tersenyum dengan kikuk, tetapi dia tetap mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia telah melakukannya jutaan kali sebelum ini dan ini tidak berbeda dengan yang lainnya.

"Aku pergi, Bu! Sampai jumpa pukul sebelas," kata Carol, menunggu jawaban ibunya.

"Selamat tinggal, sayang. Hati-hati," jawab ibunya.

"Haruskah kita pergi sekarang?" Carol bertanya pada Darren.

"Tentu saja," katanya saat Carol menutup pintu di belakangnya dan mereka turun ke jalan.

Ibu Carol telah memberitahunya untuk tidak masuk ke mobil laki-laki itu sejak kencan pertama mereka dan mereka hanya bertemu di dunia maya, jadi ia senang saat Darren setuju untuk berjalan-jalan santai di sekitar blok perumahan supaya mereka bisa mengenal satu sama lain.

"Kau terlihat sangat luar biasa " puji Darren.

"Terima kasih, kau juga. Kau terlihat tampan dengan baju biru," balas Carol.

"Pakaian tua ini? Ini sudah digunakan ayahku saat pernikahannya. Dia ingin aku memakainya malam ini. Menurutnya, baju ini akan memberiku keberuntungan," dia menertawai dirinya sendiri.

Carol juga tertawa. Darren tahu wanita selalu suka laki-laki yang memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya karena itu membuat mereka terlihat gentle, baik, dan pengertian. Itu adalah taktik yang dia gunakan pada perempuan lainnya.

Carol berpikir tentang ibunya dan bagaimana dia selalu suka membuntuti putrinya dan pasangan kencannya dengan sebuah mobil, tetapi sekarang ia tidak kelihatan. Dia berharap mungkin ibunya telah belajar untuk mempercayainya dan membiarkannya pergi sendiri sekali-kali.

"Bagaimana kabar Chett? Aku tahu ini sudah beberapa bulan sejak kau mendapatkannya. Dia pasti sudah besar sekarang," kata Carol.

Darren membutuhkan beberapa waktu untuk mencerna apa yang dikatakan gadis itu sampai dia menyadari bahwa ia pernah menyebut bagaimana dia mendapatkan seekor anjing dan menamakannya Chett. Dia sebenarnya membeli seekor anjing karena penasaran. Tetapi anjing itu suka berguling-guling dan buang air sembarangan, tetapi yang paling menyebalkan adalah membersihkan kotorannya di atas karpet. Saat ia menendang anjing itu untuk memberi pelajaran, binatang itu terbang ke dinding dan berhenti bernapas.

"Yea, dia baik-baik saja. Dia sering menabrak kakiku. Tidak pernah berhenti makan dan tumbuh seperti rumput."

"Itu bagus sekali," kata Carol saat ia sedang mencari bahasan lain yang bisa dikatakan.

"Oh, bagaimana dengan Australia? Apakah menurutmu kau akan ke sana untuk menjenguk ibumu?"

Lagi, Darren butuh waktu beberapa saat untuk menjabarkan apa yang dikatakan Carol. Hal itu membuatnya marah, betapa wanita itu ingat percakapan mereka di dunia maya.

"Yeah, menurutku aku akan segera pergi ke sana. Apakah kau tahu? Kau harus pergi denganku. Kau akan sangat membantuku karena butuh beberapa bulan untuk mengumpulkan keberanian untuk pergi dan mencarinya. Menurutku, akan sangat membantu jika aku memiliki seseorang yang kuat sepertimu di sisiku," kata Darren, mencoba untuk membuat Carol berpikir bahwa ia percaya pada gadis itu, tetapi ia dapat melihat senyumnya yang bimbang.

"Oh, aku tidak yakin. Kita baru saja bertemu, tetapi aku akan memikirkan hal itu. Bagaimana?" dia menyarankan, mulai was-was jika Darren akan menanyakan sesuatu seperti itu segera.

Darren tahu dia telah membuat Carol merasa tidak nyaman dan dia mungkin meminta segera pulang ke rumah. Dia harus beraksi dengan cepat.

Carol was-was saat melihat tidak ada orang di luar, orang-orang mungkin sudah pergi tidur. Dia mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya berjalan sesuai rencana, tetapi dia menemukan dirinya mencoba melihat jika kendaran ibunya berada di dekatnya.

Darren senang bahwa tidak ada orang di luar dan kompleks itu kecil sehingga tidak ada kamera pengawas di jalan. Dia tahu dia harus mendapatkan gadis itu atau dia akan kehilangan kesempatannya. Dia mulai membuka tali panjang yang disembunyikannya di bawah lengan saat Carol tidak memperhatikan apa yang ia lakukan.

"Kenapa kau menyentuh lengan bajumu seperti itu?" tanya Carol saat dia berhenti berjalan.

"Oh, hanya sedikit gatal. Aku memiliki..." dan sebelum Carol merespon, Darren memukul wajahnya dengan cukup keras untuk membuatnya pingsan.

Dia melihat gadis itu mundur beberapa langkah, namun masih sadar. Carol menatap Darren, tetapi bukan dengan wajah yang ketakutan, hanya ada kemarahan.

"Sialan..." Darren berkata pada dirinya sendiri saat Carol melepas heels-nya dan berlari ke arahnya.

Carol menjegal Darren sampai jatuh ke tanan dan mulai memukulinya terus menerus, matanya menyala dengan kemarahan. Saat kesadaran mulai meninggalkan Darren, Darren menangkap lengan Carol, memitingnya hingga jatuh ke tanah, meletakkan jempolnya pada tenggorokannya, dan menekannya. Cicitan mengerikan dan degukan keluar dari mulut Carol saat ia berjuang untuk bernapas. Tangan Carol mencoba menekan tenggorokan Darren, tetapi dia dengan mudah menghindari tangannya. Dunia Carol mulai meninggalkannya saat kegelapan dengan pelan mencapai pandangannya dan tubuhnya terasa lemah karena kekurangan oksigen. Dia mencoba memukul dan meninju, tetapi yang bisa dilakukannya hanya mengejang dan menggelepar. Dia tidak mau mati seperti ini.

"Sepertinya pemburu telah berubah menjadi buruan," kata Darren dengan tawa kejam, tetapi Carol bisa mendengarnya dengan jelas.

Mata Darren terbuka lebar dengan senang saat ia melihat kesadaran Carol hampir pergi, sampai ia tiba-tiba malah jatuh pingsan. Tekanan telah terangkat dari kerongkongan Carol saat ia bernapas dengan kasar. Dia merasa seperti dia ingin muntah dan kakinya bergetar karena takut dan terkejut. Dia melihat bayangan ibunya dengan senjata api.

"Apa Ibu...?" Carol memulai.

"Tidak, aku hanya memukulnya dengan gagang pistol. Kita membutuhkan dia terlihat baik dan siap."

Carol mengangguk, mencoba memfokuskan matanya pada tanah. "Terima kasih sudah datang," dia berkata dengan lemah.

"Ayolah, Nak. Aku tahu kau belum siap menghadapi seseorang seperti dia dengan caramu sendiri. Kau telah mendapatkannya, tetapi kemarahanmu menghancurkan segalanya." Ibunya tertawa. "Kau harus melihat wajahnya saat kau lari padanya. Ya, saat sudah dekat dengannya."
***
Darren bangun saat sinar bulan menerangi wajahnya. Dia berada di dalam gudang yang kosong, kecuali ada beberapa foto yang berbaris di dinding. Dia masih memakai pakaiannya, kemeja dan celana panjang hitam yang dipakainya saat berkencan. Dia tidak tahu hari ini hari apa, tetapi saat ia sadar, ia memperhatikan foto-foto di dinding berisi Carol dan ibunya yang bergaya dengan binatang yang telah mereka bunuh. Beberapa dengan rusa dan bahkan ada satu yang dengan beruang, tetapi yang lainnya yang telah menyedot perhatia Darren.

Mereka di sana, seperti foto lain, tetapi mereka sangat berlawanan. Di samping foto dengan binatang-binatang, mereka bergaya dengan mayat orang mati dengan muka bahagia. Carol dan ibunya tersenyum lebar pada mayat yang berbaring di antara mereka, mulut dan matanya terbuka seperti ia mati sambil menjerit. Bukan hanya satu foto. Darren melihat foto-foto itu berbaris sepanjang dinding gudang seperti wallpaper. Jantungnya berdetak cepat dan keringat mulai mengucur di dahinya. Saat dia melihat beberapa foto lebih dekat, dia melihat orang-orang itu telah diberi label. Beberapa ditandai "penganiaya anak", "pemerkosa", atau "pembunuh". Ada banyak label lain, tetapi satu yang dibingkai dan di tengah-tengahnya diberi label "Ayah" dan "penyiksa rumah tangga". Dia mencari jalan keluar dengan gelisah, semacam melarikan diri. Dia menemukan pintu dengan cepat, tetapi sebelum dia dapat mendorongnya membuka, dia melihat sebuat walkie talkie terikat di gagangnya. Dia mengambilnya dan melihatnya dengan penasaran.

"Halo, sayang," sebuah suara manis keluar dari speaker.

Darren menjatuhkan walkie talkie itu dengan ketakutan dan berbalik untuk mendengarkan suara Carol.

"Aku bertaruh kau penasaran mengapa kau di sini. Well, izinkan aku menjelaskan beberapa hal. Kami tahu ada sesuatu yang salah denganmu saat kau tertarik padaku di dunia maya bahkan aku masih di bawah umur dan kau sepuluh tahun lebih tua. Kami tahu ada sesuatu yang istimewa tentangmu saat kami memperhatikanmu memata-mataiku di sekitar rumah kami dengan diam-diam, jadi kami memutuskan berbalik memata-mataimu, dan apa yang kami dapat? Kami melihatmu membuang mayat seorang perempuan cantik ke dalam tempat sampah dan meninggalkannya di sana. Itu bukan sesuatu yang jantan, jadi kami mengambilnya dan memberinya pemakaman yang layak dan membiarkan keluarganya tahu bahwa dia telah mati dengan tenang. Kami pikir kami benar-benar beruntung telah menemukan pembunuh terkenal yang membuang korbannya di tempat sampah. Kami telah melihatmu di seluruh berita, meninggalkan wanita di tempat sampah dan mencari yang lain. Aku yakin kau punya latar belakang yang tragis yang menjelaskan mengapa kau senang mengakhiri hidup wanita muda, tetapi jujur, aku tidak peduli. Kami telah meninggalkanmu di hutan yang luas di tengah belantara dengan perbekalan yang cukup untuk beberapa hari. Kami akan memburumu sampai kau mati dan kemudian kami akan mengambil foto yang bagus darimu supaya kau dapat bergabung dengan orang-orang lain di dinding. Itu seperti pemburu berubah menjadi buruan," Carol menyelesaikan perkataannya dengan tawa melengking.

Di antara jeda, Darren dapat mendengar suara sebuah terompet yang bersaing dengan gonggongan kumpulan anjing. Dia menarik bungkusan dan meninggalkan gudang dengan celana yang basah dan mata ketakutan, tidak akan pernah membunuh jiwa lainnya lagi.
***

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat