Skip to main content

I Hate Hospitals

http://www.horrorcreepypastariddleindonesia.ga
http://www.horrorcreepypastariddleindonesia.ga

Rumah sakit selalu membuatku ngeri. Sialnya, aku harus menghabiskan waktu lama di sana setelah orangtuaku bercerai. Aku tinggal dengan ibuku yang bekerja sebagai perawat unit gawat darurat, dan giliran kerjanya seringkali sampai jauh malam, sehingga aku sering menghabiskan waktu di rumah sakit, mengerjakan PR sambil berpikir-pikir apakah sebaiknya aku tinggal di rumah ayahku saja, walaupun rumah barunya berjarak tiga negara bagian.

Saat menghabiskan waktu di ruang tunggu UGD, aku melihat banyak hal, mulai dari orang yang masuk sambil membawa potongan jempol mereka sendiri di dalam termos, sampai ibu rumah tangga histeris yang bersikeras si kecil Timmy dalam "kondisi darurat" karena terjatuh dan kepalanya sedikit benjol. Akan tetapi, bukan darah dan luka-luka itu yang membuatku ngeri, namun atmosfer dingin dan steril di tempat itu. Suara-suaranya juga menakutkan. Seringkali, aku mendengar erangan pasien yang berada dalam kondisi kritis, atau jeritan kesakitan dari mereka yang terluka parah dan sedang dirawat, atau bisik-bisik muram para perawat. Yang paling mengerikan, tentu saja, kalau rumah sakit itu sedang sunyi senyap.

Aku sebenarnya tidak boleh meninggalkan ruang tunggu itu, tapi aku sering menjelajahi lorong-lorong rumah sakit saat sepi, sekedar untuk melarikan diri dari kesunyian itu. Aku merasa nyaman saat mendengarkan langkah kakiku yang bergaung di lorong rumah sakit, suara bip-bip-bip mesin entah dari mana, dan suara pengumuman staf di kejauhan.

Suatu malam, seorang wanita muda yang hendak melahirkan didorong di atas brankar melewati pintu UGD. Aku mendengar salah satu dokter berseru bahwa mereka tak punya waktu untuk mentransfer wanita itu ke unit OBGYN. Setelah sekitar 20 menit suara jerit kesakitan, suasananya mendadak sunyi. Dari percakapan para perawat, aku mengetahui kalau wanita itu mengalami keguguran di masa-masa akhir kehamilannya. Suasana setelah persalinan itu sangat sunyi, kecuali satu hal: suara isak tangis pelan si wanita. Karena tak tahan lagi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di lorong, seperti biasanya.

Ketika aku menyusuri lorong, suasananya terasa sangat sunyi, lebih dari biasanya. Tidak ada suara bip-bip-bip mesin, tidak juga pengumuman staf. Ketika aku mencapai pojok lorong yang berbelok, aku berhenti. Aku mendengar sesuatu, suara yang tak kuduga akan kudengar di tempat itu. Suara cegukan bayi.

Aku menoleh, tapi tidak melihat apa-apa. Kemudian, baru kusadari bahwa tempat ini cukup jauh dari unit perawatan anak. Kenapa ada suara bayi di sini? Aku berbalik lagi dan sudah hendak meneruskan jalanku, namun saat itulah aku melihatnya.

Ujung ari-ari yang masih berdarah dan perlahan terseret di lantai, sebelum menghilang di pojok lorong.

Dua minggi kemudian, aku memutuskan untuk pindah ke rumah ayahku.

END

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...