Skip to main content

Masked Girl

Dont Forget to Share, Like & Comment.
Masked Girl
Masked Girl


Ada seorang gadis kecil bernama Holly yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang keenam. Pada suatu malam Halloween, orang tuanya memutuskan untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan makan malam di restauran. Karena saat itu Halloween, mereka kesulitan menemukan seorang pengasuh untuk menjaga putri mereka. Akhirnya, mereka menelepon seorang remaja bernama Jessica yang tinggal di ujung jalan. Lalu, mereka bertanya apakah ia bisa mengasuh anak mereka.

Saat Jessica tiba, orang tua Holly memberinya nomor telepon genggam mereka, lalu memberitahunya untuk menghubungi mereka jika ada keadaan darurat. Setelah mereka pergi, si pengasuh memberi makan malam untuk Holly. Kemudian, ia duduk di sofa untuk menonton televisi.

Saat Holly selesai makan, ia bertanya, "Bolehkah aku makan makanan penutup?"



"Oke," balas Jessica. "Apa yang kau sukai?"



"Es krim!" kata Holly sambil tersenyum lebar.



Si pengasuh bangun untuk mencari es krim di kulkas.



"Aku tidak bisa menemukan es krim di sini,",kata Jessica.



"Itu ada di mesin pendingin di lantai bawah tanah," kata Holly.



Jessica membuka pintu lantai bawah tanah, lalu memencet saklar untuk menghidupkan lampu. Tapi, lampu tidak mau menyala. Ia berjalan menuruni anak tangga yang berkeriat-keriut sampai ke ruang bawah tanah. Ia akhirnya menemukan mesin pendingin, kemudian mengangkat penutupnya. Saat ia mengeluarkan sekotak es krim vanila, mendadak ia melihat keluar jendela. Dalam kegelapan, ia melihat seorang gadis cilik dengan rambut pirang yang panjang sedang berdiri di luar.



Gadis itu memakai kaos berwarna merah. Ia berdiri memunggungi jendela. Jessica tidak bisa melihat wajahnya, tapi ia melihat bahwa gadis itu memakai sesuatu berwarna hitam di kepalanya. Si pengasuh tidak terlalu menaruh perhatian. Saat itu malam Halloween, ada banyak anak-anak kecil yang berkeliling di sekitar sana.



Jessica berbalik naik ke lantai atas, lalu memasukkan beberapa sendok es krim ke dalam mangkuk. Ia menaruhnya di depan Holly. Gadis kecil itu malah menatapnya.



"Bisakah aku minta sirup cokelat?" tanya Holly.



"Baiklah. Dimana sirup cokelatnya?" tanya Jessica.



"Di lantai bawah tanah," balas Holly.



Jessica patuh. Ia kembali berjalan ke lantai bawah tanah yang gelap. Saat ia sedang mencari sirup cokelat, ia menatap ke luar jendela lagi. Si gadis kecil masih berdiri di luar, tapi kali ini ia menatap jendela. Jessica melihat jika jika ia memakai sebuah topeng yang aneh. Topengnya hitam dengan garis berwarna merah. Mulutnya tertutup gambar gigi putih yang besar dan tajam. Hal itu membuat Jessica ketakutan.



Si pengasuh telah mendapatkan sirup cokelat, sehingga ia berjalan kembali menaiki tangga. Di dapur, ia menuangkan sirup cokelat di atas es krim Holly.



"Makasih," kata Holly. "Biasakah kau menaburkan permen di atasnya juga?"



Jessica mengeluh. "Biar kutebak... permennya di lantai bawah tanah?"



"Ya," kata Holly sambil terkikik.



Si pengasuh kembali menuruni tangga ke lantai bawah tanah yang gelap. Saat ia menyusuri lemari kaca, ia melihat keluar jendela. Gadis kecil yang memakai topeng sedang berdiri di luar. Kali ini, si gadis kecil memegang sebuah pisau besar di tangannya.



Jessica mulai merasa sangat tidak nyaman. Ia mencoba berpikir rasional. Mungkin, itu hanyalah bagian dari kostum si gadis kecil. Namun demikian, hal itu terlihat aneh karena ada orang tua yang mengizinkan anaknya berkeliling dengan menggenggam pisau. Merasa ngeri, Jessica segera naik ke lantai atas setelah menemukan permen. Ia melompati dua anak tangga sekaligus, ingin sekali keluar dari ruang bawah tanah.



"Terima kasih!" pekik Holly gembira saat si pengasuh menaruh butiran permen di atas es krimnya. "Sekarang aku cuma butuh cherry..."



Jessica menatap Holly dengan jengkel. "Apakah kau yakin cuma butuh itu? Ini terakhir kalinya aku turun ke ruang bawah tanah."



"Aku janji," seringai Holly.



Si pengasuh melangkah perlahan-lahan ke lantai bawah tanah yang gelap. Ia membuka lemari kaca untuk mencari cherry. Ia melihat keluar jendela, lalu memperhatikan bahwa tidak ada tanda-tanda dari gadis bertopeng yang menakutkan. Jessica bernapas lega. Ia senang gadis itu telah pergi. Segala situasi tadi mulai membuatnya ketakutan. Ia mengambil segenggam cherry, lalu menaiki tangga untuk terakhir kalinya.



Saat ia memasuki dapur, ia disapa oleh pemandangan yang mengerikan. Holly menunduk di atas mangkuk es krimnya. Genangan darah menyebar di sekitar tubuhnya. Tenggorokannya yang kecil terbuka.



Jessica menjerit. Cherry yang digenggamnya berjatuhan di lantai. Ia lari ke kamar mandi, lalu mengunci pintu di belakangnya sebelum menghubungi 911. Ia duduk di lantai, air mata mengalir di pipinya. Ia putus asa menunggu kedatangan polisi.



Setelah kira-kira satu jam, Jessica mendengar suara sirine di luar. Lalu, pintu depan didobrak. Terdengar suara seorang polisi memanggilnya. Ia cepat-cepat membuka pintu kamar mandi. Polisi mencari ke seluruh rumah, tapi tidak ada jejak dari penyusup.



Beberapa menit kemudian, ayah dan ibu Holly datang. Mereka terkejut melihat mayat anak perempuan mereka diusung ke dalam mobil jenazah. Si ayah terduduk di tangga luar, tangannya menutupi kepalanya. Ibunya yang histeris menghampiri Jessica. Matanya merah karena menangis.



"Apa yang terjadi?" tanya si ibu.



"Ya Tuhan... Saya minta maaf," kata si pengasuh. Ia gemetar karena emosi. "Saya sedang turun ke lantai bawah tanah. Saya melihat keluar jendela. Ada seorang gadis yang memakai topeng. Ia memiliki pisau. Ia hanya berdiri di luar jendela ruang bawah tanah. Ia pasti yang membunuh Holly!"



"Tapi Jessica, itu tidak mungkin," kata ibu Holly. "Tidak ada jendela di ruang bawah tanah. Hanya sebuah cermin."

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...