Skip to main content

Broken Finger

Broken Finger

Pada zaman dahulu kala di hutan, ada seorang penyihir yang bernama Broken Finger. Semua orang di sana hidup ketakutan karena penyihir jahat ini. Badannya setinggi 40 kaki. Ia memiliki kulit keabu-abuan sekeras batu yang tidak bisa ditembus oleh senjata apa pun. Ia memiliki sebuah jari panjang tajam yang ia gunakan untuk membunuh orang-orang jika mereka mencoba melanggar kekuasaannya.

Penduduk desa merasa lelah dan muak karena menemukan suami, istri, atau anak-anak mereka mati di hutan. Mereka tahu bahwa orang-orang itu merupakan korban Broken Finger yang menakutkan. Ia akan mengendap-endap di belakang seorang penduduk yang sedang mengembara di hutan. Lalu, ia akan menancapkan jarinya pada punggung korbannya. Kemudian, ia akan merenggut hati mereka. Ia menelan hati tersebut dalam satu kunyahan.
Lebih dari itu, ia senang memakan daging anak-anak. Banyak keluarga yang tidak memiliki anak karena penyihir itu telah membunuh dan memakan anak laki-laki dan perempuan yang mereka cintai. Broken Finger bisa merubah dirinya sendiri menjadi apa pun dan siapa pun. Kau tidak akan pernah tahu jika teman atau tetanggamu ternyata Broken Finger yang sedang menyamar sampai semuanya terlambat.

Pada suatu malam, sebuah pesan disiarkan oleh penduduk desa yang menyatakan bahwa Broken Finger akan datang desa mereka. Mereka menyusun sebuah rencana untuk membunuh penyihir yang menakutkan tersebut selamanya. Mereka menggali lubang yang besar mengelilingi desa, lalu menutupi lubang tersebut dengan ranting dan daun. Mereka berharap penyihir tersebut akan jatuh ke dalam lubang, sehingga mereka bisa menikam jantungnya dengan tombak panjang hingga mati.

Seluruh warga desa datang bersama-sama untuk mewujudkan rencana tersebut. Salah seorang bocah lelaki terlalu gemuk. Kecanggungannya membuatnya kesulitan untuk menggali, jadi ayahnya menyuruhnya untuk pergi. Merasa bersalah, ia melihat seekor burung terperangkap di pohon. Karena kebaikan hatinya, ia membebaskan burung tersebut, tapi hewan itu tidak mau terbang.

Malahan, burung tersebut hinggap di bahu si bocah. Burung itu berterima kasih atas kebaikan si bocah. Ia membalasnya dengan memberitahu rahasia tentang Broken Finger. Ia memberitahu pada si bocah bahwa rencana penduduk desa akan gagal karena jantung penyihir tidak terletak di dadanya. Jantung itu berada di ujung jarinya yang tajam.

Si bocah laki-laki sangat senang mengetahui rahasia tersebut, sehingga ia berlari untuk memberitahu orang tuanya. Ia akan menjadi satu-satunya orang yang menyelamatkan seluruh penduduk desa dari kemarahan Broken Finger. Tetapi, sebelum ia bisa berbicara pada seseorang tentang jantung si penyihir, ia mendengar teriakan mengerikan dari hutan.

Broken Finger datang dengan cepat. Ia menggertakkan giginya dan menebang pohon-pohon dengan jarinya yang tajam. Matanya penuh amarah, kelihatannya ia juga sangat kelaparan. Saat ia sampai di desa, ia berjalan langsung ke arah perangkap yang dibuat oleh penduduk desa. Kemudian, ia terjatuh ke dalam lubang yang tersembunyi.

Penduduk desa yang gembira melempari penyihir dengan batu. Mereka membawa tombak panjang dan mulai menusuk dada penyihir itu. Mereka berusaha untuk menusuk jantungnya, tapi sia-sia. Si penyihir tidak bisa mati. Ia tetap memanjat ke atas lubang, lalu menyayat para laki-laki dengan jarinya.

Para pemanah keluar dengan panah api yang ditujukan pada dadanya, tapi mereka masih tidak bisa melukai si penyihir. Si anak laki-laki yang ingat perkataan si burung, berlari ke arah para pemanah. Ia memberitahu mereka untuk memanah lansung ke ujung jari si penyihir. Salah satu pemanah mengangkat busur dan anak panahnya yang ditujukan pada ujung jari penyihir yang tajam. Lalu, anak panah itu melayang melalui udara dan mengiris tepat di ujung jari si penyihir. Panah itu berhasil merobek jantungnya.

Penyihir itu berteriak, kemudian jatuh ke dalam lubang. Ia telah mati. Penduduk desa merayakan kemenangan mereka dengan menyanyi dan menari. Mereka mengangkat si bocah lelaki dan membawanya di atas bahu mereka seperti seorang pahlawan.

Mulai hari itu, semua orang di desa tersebut selalu mendengarkan apa yang anak laki-laki itu katakan.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...