Skip to main content

Don't Let Her Know You're Not Sleeping

Aku adalah seorang pemberani. Meskipun aku seorang perempuan, namun aku tak percaya dengan hantu dan segala hal yang bersangkutan tentang mereka.

Sebenarnya di daerah tempatku tinggal, ada sebuah legenda yang menyebar. Sebagian orang benar-benar memercayai cerita itu.

Aku baru selesai membacanya malam ini, dan aku memutuskan untuk mencari tahu kebenaran legenda konyol itu. Legenda itu mengatakan bahwa jika kau tidur di ranjang yang muat ditempati oleh dua orang, dan jika kau tidur hanya di salah satu sisinya, maka akan ada sesuatu yang datang. Jika dia terlanjur datang, tidurlah. Jangan pedulikan segala sesuatu yang sedang dilakukannya. Jika kau tak bisa tidur, jangan biarkan dia tahu.
Atau kau akan menghilang dibawa olehnya, ditelan bersama kegelapan malam….
Aku menantang nyaliku. Untungnya hari ini orang tuaku sedang pergi dan menginap semalam di rumah kenalan mereka sehingga aku bisa menempati tempat tidur mereka. Tidak sopan memang, namun kasur di kamarku hanya bisa untuk satu orang saja.

Malam ini, aku akan menantang makhluk itu. Aku tidur hanya di salah satu sisi ranjang. Dan ketika aku bangun keesokan harinya, benar-benar tidak terjadi apa-apa.
Huh, ternyata legenda itu hanya membual.
***

Seminggu setelah kejadian itu, aku menginap di pavilliun keluarga bersama kedua orang tuaku dan kerabat. Tapi aku tidur di lantai dua, dan mereka tidur di lantai satu.

Satu-satunya alasanku ikut di acara keluarga seperti ini hanya untuk memastikan kembali legenda itu. Tempat tidur kamar atas memiliki kasur King Size. Aku melakukan hal ini lagi karena bermula dari teman-temanku yang tak percaya mengenai ceritaku, dan mereka hanya tertawa mengatakan aku berbohong padahal aku sudah sampai bersumpah-sumpah.

Maka dari itu aku benar-benar ingin membuktikan kebenarannya. Aku bahkan sampai menaruh kamera di meja yang menghadap tempat tidur. Aku sudah meminum kopi, jadi aku tidak akan mengantuk dan bisa melihat sosok hantu itu.

Aku berbaring di salah satu sisi ranjang, tidur menghadap dinding. Aku terus menantikan kehadiran makhluk itu. Namun, hingga aku setengah mengantuk, tak terjadi apa-apa. Ketika jam dinding menunjukkan pukul satu malam, aku memutuskan untuk tidur. Sepertinya makhluk itu benar-benar tak nyata.

Dan, didetik berikutnya pendapatku tersanggah telak.

Perlahan-lahan, aku merasakan ada sesuatu yang berat di sampingku. Aku tak berani menoleh. Hawa dingin langsung menyergap, meski jendela kamar sudah kututup sepenuhnya. Mataku setengah terpejam. Dan ketika kulirik ke arah pantulan bayangan di dinding, aku hanya bisa membatu. Sebuah tangan ringkih, keriput, dan berkuku panjang sedang mencengkram pundakku.

Aku menahan perih. Kuku panjang tangan itu merobek kulit di pundakku, namun aku tak berani bangun. Aku bahkan sampai menahan napasku, ketika kurasakan tempat tidur ini berlonjak-lonjakan tak beraturan.

Aku mengintip lagi melalui bayangan, dan dia sedang loncat naik turun di sampingku.

Sosok itu memiliki rambut panjang kusut dan tangan yang hanya tinggal—seperti—tulang saja. Bahkan hanya dengan melihat bayangannya saja, aku sudah tahu kalau sosok itu benar-benar menyeramkan.

AKU PERCAYA! AKU PERCAYA! AKU PERCAYA! CEPAT PERGILAH!

Aku terus menggumamkan kalimat itu di kepalaku, selayaknya sebuah mantra.

Tiba-tiba lonjakan di tempat tidur berhenti. Aku bisa sedikit mengendurkan urat syarafku dengan mata yang masih terpejam.

Namun bukannya merasa lega, bahaya benar-benar sedang mengancamku. Hawa dingin seakan sedang merayap melingkupi tubuku secaraperlahan-lahan. Dimulai dari kaki, pinggul, punggung, dada, leher, dan sedang menujukepalaku.

Oh Tuhan, tolong selamatkan aku.

Puncaknya, tangan itu memegang puncak kepalaku. Memaksa agar mataku menatap matanya.

Menyeramkan. Aku takut.
“Aku tahu Kau sudah bangun.” Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku benar-benar takut. Aku ingin keluar dari tempat ini. Tuhan, tolong aku.
Mataku membelalak, dan suhu badanku naik serta diperparah dengan deguban jantungku yang menguat. Tangannya yang memiliki kuku-kuku panjang dan runcing, mengacung tepat di depan mataku. Napasku memburu. Perlahan tangan itu semakin dekat….

“AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...