Purple Candy |
Pada suatu hari, aku sedang berangkat sekolah. Saat itu, aku melihat banyak orang memakan permen ungu. Permen itu memiliki banyak rasa, tapi semuanya berwarna sama... ungu.
Teman-teman sekelasku terlihat sangat menikmati permen itu, terutama sahabatku yang bernama Xiao Ling. Ia sangat menyukai permen. Ia akan membawa sekantung permen ungu dan menawarkan beberapa permen tersebut padaku. Aku mengambil sebutir permen, lalu menanyakan padanya dimana ia membelinya.
Xiao Ling menunjuk sebuah rumah di sebelah selatan desa. Tidak ada seorang pun yang tinggal di sana selama beberapa waktu. Sesuatu yang mengerikan pernah terjadi di rumah tersebut. Keluarga yang tinggal di sana ditemukan gantung diri di dalam kamar tidur. Sejak itu, tidak ada seorang pun yang berani pergi ke dekat rumah tersebut. Pikiranku membuatku tak nyaman. Aku menyimpan permen ke dalam tasku dan masuk ke kelas.
Saat aku pulang ke rumah dari bersekolah, aku bertanya pada ibuku tentang apa yang dikatakan Xiao Ling. Ibuku memberitahuku bahwa sepasang suami istri yang sudah tua telah pindah ke rumah itu beberapa hari yang lalu. Mereka bekerja dengan menjual permen. Anak-anak di desa pergi ke rumah tersebut setiap hari sepulang sekolah untuk membeli permen ungu.
Aku tidak suka makan permen. Kapan pun Xiao Ling pergi untuk membeli permen, ia akan memberiku beberapa. Tapi aku tidak pernah memakannya. Aku hanya menyimpan permen itu di dalam tasku. Saat aku pulang ke rumah, aku akan memberikannya pada seorang bocah laki-laki yang tinggal di rumah sebelah.
Beberapa hari kemudian, sesuatu yang mengerikan terjadi. Xiao Ling sakit selama beberapa hari sehingga ia tidak bisa masuk sekolah. Setelah pulang sekolah, aku langsung pergi ke rumah Xiao Ling. Ibunya mengatakan bahwa ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Xiao Ling. Ia demam tinggi, tapi menolak untuk minum obat. Ia terus menerus meminta permen ungu.
Ada tas kosong di dekat tempat tidur Xiao Ling. Aku ingin merawatnya, jadi aku menawarkan diri untuk pergi membeli beberapa permen untuknya. Xiao Ling memberitahu ibunya untuk memberiku uang. Lalu aku keluar dari rumah.
Saat aku pergi ke sana, aku melihat seorang laki-laki sedang duduk di luar. Ia sedang makan sambil merokok. Ia memiliki wajah yang tidak ramah. Seorang wanita keluar dari rumah dan menyeringai padaku.
"Apa kau datang untuk membeli permen ungu?" tanyanya.
Aku mengatakan ya. Wanita itu memberiku dua kantung permen. Aku memberinya uang, lalu pergi. Saat aku berjalan, sesuatu tentang pasangan tua itu membuatku tidak nyaman. Laki-laki yang duduk di halaman sambil makan dan merokok terlihat baru berumur sekitar 30 tahun. Wanita itu juga terlihat sangat muda, ia juga sangat cantik. Selain itu, ia memiliki luka di tangan kanannya yang dibungkus dengan kain.
Saat aku kembali ke rumah Xiao Ling, aku memberikan bungkusan permen pada ibunya. Ia menyuapkan beberapa butir ke mulut Xiao Ling. Xiao Ling mengunyahnya. Setelah beberapa kunyahan, ia jatuh tertidur. Aku memutuskan untuk membiarkannya beristirahat, lalu pulang ke rumah.
Hari berikutnya saat aku tiba di sekolah, aku mendengar dari teman sekelasku bahwa Xiao Ling meninggal. Mereka mengatakan, saat dokter memeriksanya, dokter menemukan bahwa jantungnya telah hilang tanpa meninggalkan setetes darah di tubuhnya. Selain itu, urat darahnya dipenuhi dengan serangga kecil-kecil. Aku sangat terkejut dengan berita tersebut. Bagaimana bisa? Kemarin, ia terlihat baik-baik saja. Bagaimana ia bisa meninggal?
Setelah beberapa hari, hal-hal aneh mulai terjadi. Salah satu teman sekelasku meninggal. Tubuhnya ditemukan di halaman sekolah. Di dalam mulutnya ditemukan beberapa butir permen ungu. Seperti Xiao Ling, jantungnya hilang dan tidak ada setetes darah pun tersisa di urat nadinya, kecuali serangga. Beberapa hari kemudian, siswa lainnya meninggal dengan cara yang sama. Ia juga ditemukan dengan mulut berisi permen ungu.
Hal-hal aneh semakin berkembang. Malam itu, aku memutuskan untuk menelepon tetanggaku yang bernama Xiao Quan. Aku meyakinkannya untuk pergi denganku. Aku ingin pergi ke rumah di ujung selatan untuk melihat siapa yang membeli permen. Aku tidak berani pergi sendirian. Oleh karena itu, aku mengajak Xiao Quan yang pemberani. Kami bersembunyi di halaman rumah itu sambil melihat situasi di dalamnya. Mereka tidak tidur. Kami hanya bisa mendengar wanita itu sedang bersenandung. Aku tidak mengenali lagu yang dinyanyikannya.
Tiba-tiba, Xiao Quan berdiri dan mulai berjalan ke arah rumah. Aku berbisik padanya untuk mencoba memanggilnya, tapi ia tampaknya tidak mendengarku. Ia tetap berjalan ke arah rumah. Si laki-laki membuka pintu rumah dan membiarkan Xiao Quan masuk. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak tahu apa yang Xiao Quan lakukan di sana.
Aku mengendap-endap menuju ke arah rumah dengan bersembunyi di bawah bayang-bayang. Aku mengintip melalui jendela dan melihat ada seorang wanita tua yang sedang duduk di ranjang. Si laki-laki membawa Xiao Quan ke dalam kamar dan menyuruhnya berdiri di depan si wanita tua. Wanita tua itu mengarahkan jemarinya ke dada Xiao Quan.
Kemudian, dalam gerakan lambat, ia mengeluarkan jantung Xiao Quan. Bocah lelaki itu hanya berdiri di sana. Kepalanya merosot dalam gerakan lambat. Wanita tua itu mengarahkan jantung yang masih segar itu ke dalam mulutnya, lalu menggigitnya sedikit demi sedikit.
Aku sangat ketakutan sampai air mataku keluar. Aku menutup mulutku dengan kedua tangan karena takut aku akan berteriak sehingga mereka bisa menemukanku. Sementara aku melihat dengan ketakutan, wanita itu mengunyah jantung Xiao Quan sampai tidak ada yang tersisa. Sebelum mataku sempat berkedip, ia berubah kembali menjadi wanita muda cantik yang pernah kulihat sebelumnya. Ia kembali mengarahkan tangannya ke dada Xiao Quan. Tempat dimana ia baru saja merobek keluar jantung Xiao Quan, secara ajaib dadanya menutup kembali hingga tidak meninggalkan bekas luka.
Xiao Quan mengangkat kepalanya lagi. Ia lalu keluar dari rumah. Matanya terbuka lebar. Ia terlihat linglung. Ia berjalan ke arah rumahnya. Aku berlari kencang ke arah rumah. Lalu berbaring di ranjang sambil menggigil sepanjang malam karena takut untuk tidur.
Hari berikutnya, aku tidak berangkat sekolah. Aku berpura-pura demam agar bisa tinggal di rumah sambil memikirkan segalanya. Aku berpikir tentang wanita aneh yang tangannya meneteskan darah di rumah yang menjual permen ungu. Aku berpikir tentang wanita yang menjual permen beracun yang dimakan anak-anak. Aku berpikir tentang anak-anak yang mendengar nyanyian wanita itu, lalu anak-anak akan berjalan menuju ke rumahnya. Aku berpikir tentang wanita yang memakan jantung anak-anak untuk mengembalikan penampilan mudanya. Aku berpikir tentang wanita yang mengganti darah di urat nadi anak-anak dengan serangga untuk memanipulasi tubuh mereka.
Sementara aku berbaring di tempat tidur sambil berpura-pura sakit, aku mendengar kabar bahwa Xiao Quan meninggal. Aku tidak terkejut. Malahan, aku berharap hal itu terjadi. aku takut semua temanku akan mati satu per satu, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghentikannya. Siapa yang bisa kuberitahu? Siapa yang bisa kupercaya? Siapa yang mau mempercayaiku?
Jadi, selama beberapa hari berikutnya, anak-anak di desa mulai mati satu per satu. Semakin banyak anak yang mati, tapi tak ada seorang pun yang tahu kenapa. Tak ada seorang pun, kecuali aku.
Kemudian pada suatu hari, seorang wupo datang ke desa. Di China, wupo adalah dukun wanita. Sejak dokter tidak bisa menemukan hal aneh padaku, ibuku meminta wupo untuk datang melihatku. Wupo itu bisa membaca pikiranku. Ia tahu aku tidak sakit, tetapi aku hanya pura-pura. Aku memberitahunya semua yang telah terjadi.
Malam itu, wupo membawaku ke rumah dimana sepasang suami istri itu tinggal. Mereka sedang duduk di halaman. Sementara aku bersembunyi, wupo mengendap-endap ke halaman dan menaruh banyak jimat. Ia juga menggambar karakter kuno di dinding rumah.
Pasangan itu merasa ada yang salah, sehingga mereka lari keluar. Wupo segera mengambil lonceng, lalu membunyikannya keras-keras. Pasangan itu berteriak kesakitan. Wupo mulai bergumam dan melakukan upacara sihir, sementara aku bersembunyi di belakang tumpukan kayu. Aku tidak bisa melihat apa pun, tapi aku bisa mendengar teriakan mereka yang menulikan telinga.
Kemudian, semuanya menjadi hening. Saat aku merangkak untuk mengintip, aku bisa melihat dua genangan darah di atas tanah. Aku sangat takut hingga jatuh pingsan di sana.
Saat aku bangun keesokan harinya, wupo memberitahuku bahwa pasangan itu telah mati. Ia mengatakan bahwa mereka sebenarnya goblin yang merubah diri mereka sendiri seperti manusia.
Segera, seluruh penduduk desa mengetahui apa yang terjadi. Wupo diminta untuk mengadakan upacara di seluruh kuburan anak-anak yang mati. Aku kembali ke sekolah hingga melupakan semuanya. Tapi, tak ada seorang pun yang pergi ke dekat rumah yang terkutuk itu. Dan tak ada seorang pun di desa yang mengizinkan anak-anak memakan permen ungu lagi.
No comments:
Post a Comment
Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat