Wednesday, October 11, 2017

Man With Red Eyes

Man With Red Eyes

Saat aku masih kecil, aku memiliki seorang teman imajinasi. Setidaknya, aku mengira ia adalah teman imajinasiku. Sekarang, aku tidak begitu yakin.

Aku akan melihatnya dari waktu ke waktu di sekitar rumahku. Ia adalah seorang laki-laki yang bersembunyi dalam bayangan. Ia benar-benar hitam dari kepala sampai jari kaki, sedangkan kulitnya gosong dan bopeng seperti korek yang terbakar. Aku tidak bisa menggambarkan wajahnya atau hal lainnya yang menonjol. Hal yang bisa kulihat hanyalah matanya yang berwarna merah. Ia memiliki mata merah yang paling mengerikan. Bahkan sekarang saat aku memikirkannya, hal itu membuatku merinding.

Ia muncul tak terduga dan tanpa peringatan apa pun. Aku sedang bermain dengan mainan-mainanku saat tiba-tiba ia ada di sana. Ia tak pernah membuat suara. Ia tak pernah mengatakan apa pun. Ia tak pernah melakukan apa pun kecuali berdiri di sana sambil melihat padaku dan tersenyum. Kemudian, ia akan menghilang tanpa suara secara tiba-tiba seperti saat ia datang.

Seiring waktu, aku mulai terbiasa atas kehadirannya. Ia akan datang sedangkan aku hanya menatapnya, kemudian kembali bermain dengan mainan-mainanku. Aku bisa selalu merasakan matanya menatapku saat ia berdiri baik dekat maupun jauh dariku.

Keluargaku tahu tentangnya, tetapi mereka tidak pernah melihatnya. Ibu dan ayahku berpikir hal yang lucu jika aku memiliki teman imajinasi. Tetapi saat aku menggambarkan lelaki itu pada mereka, mereka sedikit ketakutan. Saudariku satu-satunya orang yang percaya bahwa lelaki itu benar-benar nyata. Ia berkata bahwa lelaki itu membuatnya ketakutan.

Suatu ketika, aku baru saja selesai dari toilet dan sedang mencuci tanganku. Aku berdiri di atas sebuah bangku kecil sehingga aku bisa mencapai bak cuci. Tiba-tiba, aku melihat seorang lelaki dari ujung mataku. Ia berjalan menaiki tangga. Aku memanggil saudariku dan memberitahunya bahwa lelaki itu di sini. Saudariku datang sambil berlari, tetapi saat ia sampai di tempat lelaki tersebut, lelaki itu berjalan turun tangga sampai menghilang dari pandangan. Saat saudariku pergi, ia datang pelan-pelan kembali ke tangga. Aku menyerah mencoba menunjukkan dia pada orang-orang karena lelaki itu jelas-jelas tak mau terlihat.

Akhirnya, orang tuaku pindah rumah. Aku ingat melihat lelaki dengan mata merah sedang menatap mobil pindahan. Ia tidak mengikuti kami, kemudian aku tidak melihatnya lagi setelah itu. Aku memutuskan ia hanya khayalan dari imajinasi masa kecilku. Tahun-tahun berganti dan aku melupakan tentangnya.

Kemudian suatu malam saat aku berusia 16 tahun, aku sedang berjalan naik tangga ke kamarku. Saat itu tengah malam. Saat aku berjalan menyusuri lorong, sesuatu muncul dari satu kamar ke kamar lain. Sesuatu itu melangkah ke cahaya dan aku menyadari ketakutanku. Itu adalah si lelaki dengan mata merah.

Aku berhenti dan membeku di tempatku berdiri. Jantungku seperti melompat ke tenggorokan. Ia hanya berdiri di sana sambil menatapku. Mata merahnya menyala terang dan ia tersenyum dengan jahat. Kemudian, ia pelan-pelan berjalan menyeberangi lorong dengan masih menatapku. Ia lalu masuk ke dalam kamar.

Jika itu hanya film, mungkin aku akan menangkapnya. Kemudian memaksanya untuk memberitahuku siapa atau apa sebenarnya dia. Mungkin hal itu akan berakhir dengan pergulatanku dengannya sampai mati. Tetapi, ini bukan film. Ini nyata dan aku tak akan melakukan hal-hal tersebut.

Aku berbalik, kemudian lari menuruni tangga dan kabur dari rumahku. Aku duduk di pinggir jalan di luar rumah, gemetar dan menggigil sampai senja datang. Aku tak pernah melihatnya lagi setelah itu.

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat