Skip to main content

Little Brother

http://www.horrorcreepypastariddleindonesia.ga/
Adik lelakiku bernama Arthur. Siang ini, aku mendorongnya ke kolam. Dia jatuh dengan suara cemplungan yang keras dan mulai membuat suara, "glug glug glug". Saat aku mengira ia telah tenggelam, dia mulai menangis meminta tolong dan membuat ibu dan ayah datang berlarian.

Ibu menangis karena dia meengira Arthur telah mati. Tapi dia belum mati. Dokter datang dan Arthur baik-baik saja sekarang. Dia meminta kue dengan selai, bahkan walaupun ini sudah jam delapan malam dan telah melampaui jam tidurnya, ibuku tetap memberinya.

Arthur sangat senang dan bangga dengan segala perhatian yang dia dapatkan. Setiap orang menanyainya. Ibu bertanya bagaimana dia jatuh ke kolam. Arthur hanya berkata bahwa ia terpeleset. Dia pintar karena berkata seperti itu. Ia tahu ibu benci pada pengadu.

Pada hari yang lain, saat aku sedang menjerat lehernya dengan tali untuk lompat tali, dia meronta-ronta dari cengkeramanku dan berlari untuk mengadu pada ibu. Dia berkata aku mencoba untuk mencekiknya. Ibu memberitahunya dia tidak seharusnya berkata seperti itu dan memberinya sebuah pukulan yang keras di pantat. Saat ayah pulang dan mengetahui apa yang Arthur katakan, dia juga menjadi sangat marah. Arthur tidak mendapatkan makanan pencuci mulut. Kemudian ia mengerti. Saat ini, dia jadi lebih tahu ia tidak bisa memberitahu ibu bahwa aku yang mendorongnya ke kolam.

Aku juga meminta kue dengan selai pada ibu. Aku memintanya tiga kali, tetapi dia berpura-pura tidak mendengarku. Mungkin dia menduga aku yang mendorong Arthur.

Sebelumnya, aku selalu baik pada Arthur, karena ibu dan ayah memanjakanku sama seperti memanjakannya. Saat dia mendapat sebuah mainan mobil-mobilan baru, aku mendapat sebuah boneka baru. Ibu tidak pernah memberi Arthur kue tanpa memberiku juga. Tetapi bulan lalu, ibu dan ayah berubah total.

Sekarang, mereka mencurahkan seluruh perhatian mereka pada Arthur. Dia mendapat hadiah sepanjang waktu. Itu membuatnya menjadi sangat besar kepala. Dia selalu menunduk, tetapi sekarang dia sombong. Dia terus menerus meminta ini dan itu. Ibu dan ayah selalu memberi apa pun yang dia minta. Satu-satunya waktu mereka mengomelinya adalah hari saat aku mencoba mencekiknya dengan tali untuk lompat tali. Hal itu sangat lucu, karena untuk sekali ini, itu bukan salahnya.

Aku penasaran mengapa ibu dan ayah berhenti mencintaiku. Hal itu membuatku seperti aku bukan lagi anak gadis mereka. Kapan pun aku mencium ibu di pipinya, dia tidak pernah tersenyum. Ayah juga sama.

Saat mereka pergi jalan-jalan, aku selalu mengikuti mereka sepanjang jalan, tetapi mereka tidak pernah memperhatikanku. Jika aku bermain di jalan atau melakukan sesuatu yang berbahaya, mereka bahkan tidak peduli.

Arthur kadang-kadang bisa menjadi baik, tetapi seringnya dia menolak untuk bermain denganku. Pada hari lain, aku menanyakan padanya mengapa ibu dan ayah menjadi sangat dingin padaku. Dia menatapku dengan senyum licik dan menolak untuk menjawab. Dia melakukannya dengan tujuan untuk membuatku marah. Itu adalah hari saat aku melilitkan tali di lehernya. Aku sangat marah, meskipun ia telah mendapatkan pukulan di pantat, aku pergi ke kamarnya setelah itu dan memberitahunya bahwa aku akan membunuhnya.

Siang ini, dia memberitahuku jika ibu, ayah, dan dia akan pergi ke pantai dan mereka tidak membawaku dengan mereka. Kemudian, dia tertawa dan meleletkan lidahnya padaku. Jadi aku mendorongnya ke kolam.

Arthur sedang tidur sekarang, sedangkan ibu dan ayah menonton televisi. Tali untuk lompat tali tergeletak di halaman, jadi aku memungutnya.

Aku mengintai kamar Arthur sebentar, dan kali ini aku tidak akan memberinya kesempatan untuk berteriak. Itulah jalan supaya ibu dan ayah terpaksa pergi ke pantai tanpanya. Setelah mereka pergi, aku akan turun ke bawah dan pergi ke pojok halaman dan memanjat kembali ke dalam kotak putih menyeramkan dimana mereka membakarku di dalamnya...

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...