"Kami hanya punya satu kamar yang tersisa," katanya. "Kamar itu di lantai 13, tapi kami tidak menyewakannya karena berhantu."
Bloody Fingers |
"Aku akan mengambilnya," kata pebisnis tersebut. "Aku tidak percaya pada semua omong kosong tentang hantu."
Si laki-laki mengambil kunci dan masuk ke kamar untuk tidur. Saat ia mematikan lampu dan naik ke ranjang, ia mendengar pintu kamar mandi berdecit membuka. Bayangan hantu yang pucat muncul dari kamar mandi. Hantu itu terhuyung-huyung maju, darah menetes dari jari-jarinya.
"Jariku berdarah! Jariku berdarah!" rintih hantu tersebut.
Si laki-laki melotot ketakutan, ia menyambar kopernya dan keluar dari kamar dengan masih mengenakan piyama. Ia meninggalkan hotel pada malam larut itu.
Malam larut berikutnya seorang wanita tua tiba di hotel. Manajer hotel memberitahunya cerita yang sama.
"Kami hanya punya satu kamar yang tersisa, tapi kamar itu ada di lantai 13. Kami tidak menyewakannya karena berhantu."
"Nak, aku sudah pernah melihat banyak dari mereka," wanita tua itu berkata pada si manajer hotel. "Percayalah padaku, tidak ada sesuatu yang bisa menggangguku."
Saat si wanita tua mematikan lampu dan pergi tidur, pintu kamar mandi berkeriut terbuka. Sesosok bayangan hantu melangkah keluar. Jari-jarinya masih meneteskan darah membasahi lantai.
"Jari-jariku berdarah! Jari-jariku berdarah!" rintih sosok hantu itu.
Si wanita tua memekik ketakutan dan berlari secepat kakinya bisa membawanya.
Seminggu kemudian, seorang pemuda tiba di hotel tersebut pada larut malam. Ia juga mengambil kamar berhantu walaupun manajer hotel telah memperingatkannya. Ia membayar kamarnya, mengambil kunci, dan berjalan ke lantai atas. Setelah ia menata barang-barangnya, ia mengambil gitar dan mulai bernyanyi.
Segera, pintu kamar mandi berderit membuka dan sesosok hantu muncul. Seperti sebelumnya, jari-jarinya berdarah hingga membasahi karpet dengan darah.
Ia merintih, "Jari-jariku berdarah! Jari-jariku berdarah!"
Si anak lelaki tidak memperhatikan pada bayangan hantu tersebut. Ia terus memainkan gitarnya. Si hantu tetap merintih dan jari-jarinya tetap berdarah.
"Jari-jariku berdarah! Jari-jariku berdarah!" rintihnya.
Akhirnya, si anak laki-laki berhenti bermain gitar. Ia melihat tepat pada penampakan mengerikan di depannya.
Ia berkata, "Diam dan sana cari perban."
No comments:
Post a Comment
Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat