Skip to main content

Call Me Tomorrow, Okay?

http://www.horrorcreepypastariddleindonesia.ga/
http://www.horrorcreepypastariddleindonesia.ga/

Masih tak ada pesan masuk di ponselku... Kupikir dia tidak akan meneleponku balik setelah semua ini. Aku benar-benar tidak menyalahkan dia sepenuhnya akan hal ini, mungkin aku bertindak terlalu cepat kemarin.

Aku memperhatikannya sejak lama sebelum akhirnya dia memperhatikanku. Rambut hitamnya yang berkilau dan mata birunya yang tak wajar. Aku bukan satu-satunya orang yang memperhatikannya, sangat meyakinkan. Gerakannya yang elegan. Dan senyumannya... Senyumnya. Aku bisa mabuk kepayang melihat senyumannya itu.

Masih belum ada pesan masuk... Aku berpikir untuk meneleponnya, mungkin minta maaf karena bertindak terlalu cepat kemarin. Aku seorang yang penakut, aku tahu itu, tapi aku hanya tidak bisa menghubunginya. Lagipula, dia telah berjanji untuk meneleponku jika dia telah siap. Aku pun menunggu. Aku akan bersabar.

Aku tahu, secara iseng aku akan berpura-pura sedang berjalan-jalan melewati rumahnya. Hanya untuk melihatnya jika dia memang ada di rumah. Mungkin dia sedang keluar, itu akan menjadi alasan mengapa dia masih belum menghubungiku juga.

Tempat tinggalnya berjarak satu jam setengah dari rumahku, cukup jauh. Mungkin dia merasa malu dan takut meneleponku. Laki-laki bodoh. Aku akan menemuinya dan mengatakan padanya agar dia tidak perlu takut. Aku tidak peduli jika dia butuh waktu lama.

Dia tinggal agak terpencil di sebuah peternakan di pinggir kota. Aku dapat mendengar suara domba di kandangnya begitu aku mendekat. Jantungku berdegup ketika aku melihat cahaya memancar dari dalam. Dia pasti ada di dalam, dia memberitahuku kemarin bahwa orang tuanya akan pergi selama weekend. Mereka meninggalkannyauntuk mengurus domba-domba di peternakan dalam beberapa hari.

Kasihan, semua tugas itu pastilah berat. Dia mungkin memang terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk meneleponku. Aku harus tinggal di sini sampai orang tuanya kembali dan membantunya mengurus domba-domba itu.

Kuketuk pintunya, namun dia tidak menjawab. Mungkin dia tertidur. Membayangkan wajah tampannya yang lembut saat tidur membuatku tersenyum sendiri. Aku mencoba untuk membuka pintunya, dan ternyata tidak dikunci. Memang di daerah jarang terjadi kejahatan, sehingga kupikir mengunci pintu merupakan hal yang tidak perlu. Kucoba sebisa mungkin untuk tidak membuat suara saat aku menyelinap ke dalam rumahnya. Aku ingin memberikan kejutan.

Aku mengendap-endap pada setiap anak tangga yang kunaiki. Akhirnya, aku sampai di kamar tidurnya dan dengan perlahan kubuka pintunya. Di sanalah dia, berbaring di atas ranjangnya. Dengan perlahan dan sehening mungkin aku menyalakan lampu mejanya agar aku bisa melihat wajahnya.

Matanya yang biru terbuka, menatap ke langit-langit kamar dan keseluruhan wajahnya berlumuran darah. Pipinya tersobek-sobek, kulitnya hampir terlepas dan nampak menggantung di sisi wajahnya. Dia kehilangan kuku-kuku tangannya, tampaknya telah disusun dengan sedemikian rupa di ranjang. Dan di dadanya yang telanjang terukir beberapa kata.

Aku menatapnya, tanganku menutupi mulutku. Dia masih dalam keadaan yang sama seperti saat kutinggal kemarin. Dia pasti sangat lelah sehingga tidur sepanjang hari. Sangat menggemaskan! Kukecup dahinya dengan lembut, memastikan bahwa aku tidak membangunkannya. Kemudian kutulis pesan lain di bawah pesan yang telah ada di dadanya, agar dia tahu aku akan selalu ada kapan pun dia membutuhkanku.

Kutinggalkan ruangan, dan keluar dari rumahnya. Kupikir ini sudah saatnya bagi para domba untuk tidur juga. Dan besoknya aku akan memperkenalkan diriku kepada orang tuanya. Aku yakin mereka akan menyukaiku juga.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...