Thursday, October 19, 2017

Masked Girl

Dont Forget to Share, Like & Comment.
Masked Girl
Masked Girl


Ada seorang gadis kecil bernama Holly yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang keenam. Pada suatu malam Halloween, orang tuanya memutuskan untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan makan malam di restauran. Karena saat itu Halloween, mereka kesulitan menemukan seorang pengasuh untuk menjaga putri mereka. Akhirnya, mereka menelepon seorang remaja bernama Jessica yang tinggal di ujung jalan. Lalu, mereka bertanya apakah ia bisa mengasuh anak mereka.

Saat Jessica tiba, orang tua Holly memberinya nomor telepon genggam mereka, lalu memberitahunya untuk menghubungi mereka jika ada keadaan darurat. Setelah mereka pergi, si pengasuh memberi makan malam untuk Holly. Kemudian, ia duduk di sofa untuk menonton televisi.

Saat Holly selesai makan, ia bertanya, "Bolehkah aku makan makanan penutup?"



"Oke," balas Jessica. "Apa yang kau sukai?"



"Es krim!" kata Holly sambil tersenyum lebar.



Si pengasuh bangun untuk mencari es krim di kulkas.



"Aku tidak bisa menemukan es krim di sini,",kata Jessica.



"Itu ada di mesin pendingin di lantai bawah tanah," kata Holly.



Jessica membuka pintu lantai bawah tanah, lalu memencet saklar untuk menghidupkan lampu. Tapi, lampu tidak mau menyala. Ia berjalan menuruni anak tangga yang berkeriat-keriut sampai ke ruang bawah tanah. Ia akhirnya menemukan mesin pendingin, kemudian mengangkat penutupnya. Saat ia mengeluarkan sekotak es krim vanila, mendadak ia melihat keluar jendela. Dalam kegelapan, ia melihat seorang gadis cilik dengan rambut pirang yang panjang sedang berdiri di luar.



Gadis itu memakai kaos berwarna merah. Ia berdiri memunggungi jendela. Jessica tidak bisa melihat wajahnya, tapi ia melihat bahwa gadis itu memakai sesuatu berwarna hitam di kepalanya. Si pengasuh tidak terlalu menaruh perhatian. Saat itu malam Halloween, ada banyak anak-anak kecil yang berkeliling di sekitar sana.



Jessica berbalik naik ke lantai atas, lalu memasukkan beberapa sendok es krim ke dalam mangkuk. Ia menaruhnya di depan Holly. Gadis kecil itu malah menatapnya.



"Bisakah aku minta sirup cokelat?" tanya Holly.



"Baiklah. Dimana sirup cokelatnya?" tanya Jessica.



"Di lantai bawah tanah," balas Holly.



Jessica patuh. Ia kembali berjalan ke lantai bawah tanah yang gelap. Saat ia sedang mencari sirup cokelat, ia menatap ke luar jendela lagi. Si gadis kecil masih berdiri di luar, tapi kali ini ia menatap jendela. Jessica melihat jika jika ia memakai sebuah topeng yang aneh. Topengnya hitam dengan garis berwarna merah. Mulutnya tertutup gambar gigi putih yang besar dan tajam. Hal itu membuat Jessica ketakutan.



Si pengasuh telah mendapatkan sirup cokelat, sehingga ia berjalan kembali menaiki tangga. Di dapur, ia menuangkan sirup cokelat di atas es krim Holly.



"Makasih," kata Holly. "Biasakah kau menaburkan permen di atasnya juga?"



Jessica mengeluh. "Biar kutebak... permennya di lantai bawah tanah?"



"Ya," kata Holly sambil terkikik.



Si pengasuh kembali menuruni tangga ke lantai bawah tanah yang gelap. Saat ia menyusuri lemari kaca, ia melihat keluar jendela. Gadis kecil yang memakai topeng sedang berdiri di luar. Kali ini, si gadis kecil memegang sebuah pisau besar di tangannya.



Jessica mulai merasa sangat tidak nyaman. Ia mencoba berpikir rasional. Mungkin, itu hanyalah bagian dari kostum si gadis kecil. Namun demikian, hal itu terlihat aneh karena ada orang tua yang mengizinkan anaknya berkeliling dengan menggenggam pisau. Merasa ngeri, Jessica segera naik ke lantai atas setelah menemukan permen. Ia melompati dua anak tangga sekaligus, ingin sekali keluar dari ruang bawah tanah.



"Terima kasih!" pekik Holly gembira saat si pengasuh menaruh butiran permen di atas es krimnya. "Sekarang aku cuma butuh cherry..."



Jessica menatap Holly dengan jengkel. "Apakah kau yakin cuma butuh itu? Ini terakhir kalinya aku turun ke ruang bawah tanah."



"Aku janji," seringai Holly.



Si pengasuh melangkah perlahan-lahan ke lantai bawah tanah yang gelap. Ia membuka lemari kaca untuk mencari cherry. Ia melihat keluar jendela, lalu memperhatikan bahwa tidak ada tanda-tanda dari gadis bertopeng yang menakutkan. Jessica bernapas lega. Ia senang gadis itu telah pergi. Segala situasi tadi mulai membuatnya ketakutan. Ia mengambil segenggam cherry, lalu menaiki tangga untuk terakhir kalinya.



Saat ia memasuki dapur, ia disapa oleh pemandangan yang mengerikan. Holly menunduk di atas mangkuk es krimnya. Genangan darah menyebar di sekitar tubuhnya. Tenggorokannya yang kecil terbuka.



Jessica menjerit. Cherry yang digenggamnya berjatuhan di lantai. Ia lari ke kamar mandi, lalu mengunci pintu di belakangnya sebelum menghubungi 911. Ia duduk di lantai, air mata mengalir di pipinya. Ia putus asa menunggu kedatangan polisi.



Setelah kira-kira satu jam, Jessica mendengar suara sirine di luar. Lalu, pintu depan didobrak. Terdengar suara seorang polisi memanggilnya. Ia cepat-cepat membuka pintu kamar mandi. Polisi mencari ke seluruh rumah, tapi tidak ada jejak dari penyusup.



Beberapa menit kemudian, ayah dan ibu Holly datang. Mereka terkejut melihat mayat anak perempuan mereka diusung ke dalam mobil jenazah. Si ayah terduduk di tangga luar, tangannya menutupi kepalanya. Ibunya yang histeris menghampiri Jessica. Matanya merah karena menangis.



"Apa yang terjadi?" tanya si ibu.



"Ya Tuhan... Saya minta maaf," kata si pengasuh. Ia gemetar karena emosi. "Saya sedang turun ke lantai bawah tanah. Saya melihat keluar jendela. Ada seorang gadis yang memakai topeng. Ia memiliki pisau. Ia hanya berdiri di luar jendela ruang bawah tanah. Ia pasti yang membunuh Holly!"



"Tapi Jessica, itu tidak mungkin," kata ibu Holly. "Tidak ada jendela di ruang bawah tanah. Hanya sebuah cermin."

Wheelchairs

Dont Forget to Share, Like & Comment.
Wheelchairs
Wheelchairs

Pada tahun 1984, ada seorang wanita tua yang tinggal sendirian di sebuah mansion berlantai dua. Si wanita lumpuh dari pinggang ke bawah, sehingga ia terpaksa memakai kursi roda. Ia benar-benar tidak bisa bergerak. Ia juga tidak bisa merawat dirinya sendiri. Sejak kematian suaminya, ia memiliki seorang perawat yang mengunjunginya setiap hari untuk membantunya beraktivitas.

Ada sesuatu yang membuatnya tambah kesulitan, yaitu kenyataan bahwa dua lantai di mansionnya hanya dihubungkan oleh sebuah tangga tua. Saat si wanita tua butuh pindah dari lantai satu ke lantai lainnya, si perawat harus mengangkatnya lalu membawa tubuhnya yang lemah seperti bayi, baik naik maupun turun tangga.

Suatu hari, polisi menerima panggilan dari seorang janda tua yang ketakutan. Ada sebuah pembunuhan. Karena saat itu tidak ada banyak unit polisi sedangkan pembunuhan telah terjadi, maka mereka hanya mengirim seorang detektif untuk memberikan laporan awal di tempat kejadian perkara.

Saat detektif tiba, ia menemukan si perawat terbaring di lantai dalam genangan darah. Lengan dan kakinya miring dalam posisi aneh. Tenggorokannya juga telah sobek. Si wanita tua duduk di kursi rodanya di atas tangga sambil menonton si detektif. Ia diam saja, terlihat sangat terkejut. Si detektif tidak segera mencurigai wanita tua karena ketidakmampuannya bergerak menaiki dan menuruni tangga. Juga karena ia terjebak di atas sana pada saat pembunuhan terjadi. Hal itu mirip dengan kematian suaminya beberapa tahun yang lalu. Laki-laki itu mati lemas dalam tidurnya saat berada di lantai bawah.

Si detektif memakai sarung tangan, lalu mengambil foto korban. Ia juga mengumpulkan bukti-bukti yang ada, kemudian menutup mayat si perawat sampai petugas koroner datang. Ia mencari ke setiap ruangan di lantai bawah untuk mencari petunjuk. Lalu, ia bertanya pada si wanita tua apakah ia boleh melihat ke lantai atas. Wanita tua itu bersikeras bahwa ia berada di lantai atas sepanjang waktu. Tapi si detektif tetap menaiki tangga sementara si wanita tua di atas kursi roda bergeser dengan ragu-ragu.

Dekat tangga, ada sebuah koridor sempit dengan tiga pintu yang tertutup. Si detektif memeriksa belakang setiap pintu, hanya ada ruangan kosong. Tidak ada apa pun. Di kamar mandi juga tidak ada apa-apa. Ia mulai gelisah saat melangkahkan kakinya secara perlahan-lahan ke kamar terakhir dimana si wanita tua biasa tidur. Ia membuka pintunya, segalanya tampak normal. Ada ranjang, lemari, dan meja tidur dengan lampu. Ia memeriksa setiap dinding dengan ketakutan. Bukan karena apa yang ia temukan, tapi apa yang tidak ia temukan yang membuatnya membeku di tempat. Ia pelan-pelan meraih pistol. Itu merupakan detail kecil yang mereka cari saat melakukan investigasi terhadap kasus kematian sang suami.
Tidak ada telepon di lantai atas.
Si detektif menarik keluar pistol dari sarungnya. Ia berlari terburu-buru ke arah koridor. Saat ia sampai di puncak tangga, ia hanya menemukan kursi roda yang kosong.
***

Cotard's Syndrome

Dont Forget to Share, Like & Comment.
Cotard's Syndrome
Cotard's Syndrome

Hari dimana aku melakukan bunuh diri adalah hari pertemuanku dengan cinta. Tentu saja dia tak dapat melihatku, namun aku sungguh terpesona akan caranya berjalan, caranya menyentuh orang lain, dan caranya meraba barang-barang di sekitarnya-seolah ia sangat menghargai hidup ini. Ia memiliki segala hal yang selalu kudambakan.

Jadi kuputuskan untuk menghantui rumahnya. Aku mengamatinya saat tidur. Namun, tentu saja aku tak dapat menyentuh raganya, ia sendiri juga tak menyadari kehadiranku. Kadang kala kutinggalkan hadiah-hadiah kecil untuknya, seperti sebatang coklat dan lain lain. Berusaha meyakinkan ia bahwa ada seseorang yang sangat menyayanginya.

Cintaku padanya begitu kuat bahkan sesekali ia dapat merasakannya. Kemarin pun ia memanggil-manggil, berseru apakah ada seseorang di rumahnya. Itu membuat hatiku tersentuh. Aku tahu kelak nanti saat kematian datang menjemputnya, kami akan bersatu. Dan dia akhirnya dapat memandang sosokku, menatap lekat mataku yang berkaca-kaca seraya berkata bahwa ia juga mencintaiku.

Hari ini sungguh berat untukku. Dia pasti sudah menelepon seseorang. Aku rasa mereka adalah semacam dukun atau cenayang. Mereka berpakaian serba biru. Dan mereka berusaha memisahkan aku darinya. Dengan kasar, mereka menyeretku keluar dari rumahnya, rumah KAMI. Dan memasukanku ke sebuah ruangan putih lalu memberondongiku dengan berbagai macam pertanyaan. Aku yakin bahwa tempat ini adalah alam akhirat, di mana seharusnya aku berada dan bukannya bergentayangan di alam orang hidup. Mereka semua berpakaian putih. Mereka terus mencercaku dengan kebohongan.
Mereka terus berkata bahwa aku belum mati. Teganya lagi, mereka menuduhku masuk dan tinggal tanpa ijin di rumah seorang pria buta. Mereka menganggap aku gila. Tapi aku tahu mereka yang berdusta.
Sekarang aku dalam perjalanan ke dunia manusia, aku bahkan harus menyakiti seorang malaikat berbaju putih untuk merampas kuncinya. Aku akan menemui cinta sejatiku, dan akan kubawa dia bersamaku menuju alam kematian.

Three Wishes

Dont Forget to Share, Like & Comment.

Seorang laki-laki tua sedang duduk sendirian di sebuah jalan setapak yang gelap. Ia tidak yakin akan pergi ke arah mana. Ia lupa mau pergi kemana. Ia juga tidak ingat siapa sebenarnya dirinya.

Ia duduk selama beberapa menit untuk mengistirahatkan kakinya. Tiba-tiba, ia melihat seorang wanita tua di depannya. Kulit wanita itu mengkerut dengan warna keabu-abuan. Hidungnya bengkok. Kutil menutupi janggutnya.

Wanita tua tersebut menyeringai menampakkan gigi-giginya.

Ia berkata, "Sekarang adalah permintaan ketigamu. Apa itu?"

"Permintaan ketiga?" tanya laki-laki tua dengan heran. "Bagaimana bisa tiga permintaan kalau kau belum mengabulkan permintaan pertama dan kedua?"

"Kau punya dua permintaan sebelumnya," kata si wanita tua. "Tapi permintaan keduamu untukku adalah mengembalikan semuanya sebelum kau membuat permintaan pertamamu. Itulah mengapa kau tidak ingat apa pun, karena semuanya ini terjadi sebelum kau membuat permintaan." Ia berkata pada si laki-laki malang, "Jadi, sekarang hanya tinggal satu permintaan."

"Baiklah," kata laki-laki tersebut dengan ragu-ragu. "Aku tidak percaya ini, tapi aku kesulitan. Kuharap aku bisa tahu siapa diriku sebenarnya."

"Lucunya," kata si wanita tua sambil mengabulkan permintaan si laki-laki. "Itu adalah permintaan pertamamu..."

Wish - Permintaan

Dont Forget to Share, Like & Comment.

Ada seorang gadis bernama Veruca Snott yang memiliki sikap yang sangat buruk. Ia selalu menyebabkan masalah, sehingga orang tuanya tidak bisa mengendalikannya. Di sekolah, ia membully anak-anak yang lain, bahkan ia juga memukul mereka. Ia tidak memiliki teman karena seluruh anak yang ada di kelas membencinya.

Pada suatu pagi, Veruca sedang berjalan ke sekolah saat seorang laki-laki asing melangkah keluar dari semak-semak dan menghadangnya. Laki-laki itu berpakaian serba hitam dari kepala sampai ujung kaki. Matanya bersinar dengan cahaya yang menakutkan.

"Siapa kau?" tanya Veruca.

"Well, aku punya banyak nama," jawab laki-laki itu sambil tersenyum licik. "Beberapa orang memanggilku Beelzebub. Yang lainnya lagi mengenalku sebagai Belial, Old Nick, atau Lucifer. Kau mungkin mengenalku sebagai Setan." 1

"O, ya?" cemooh Veruca. "Buktikan."

"Baiklah," kata iblis tersebut. "Aku akan memberimu tiga permintaan yang harus kau bayar dengan jiwamu."

Veruca berpikir keras selama semenit, kemudian ia mengangkat bahunya dan berkata, "Oke, aku setuju."

"Apa permintaan pertamamu?" tanya si iblis.

"Well... Aku pernah membaca cerita seperti ini sebelumnya," kata Veruca. "Saat orang memberimu permintaan, mereka biasanya berakhir dengan konyol, tapi aku terlalu cerdas. Jadi, permintaan pertamaku adalah aku meminta permintaan yang tak terbatas."

Si iblis menaikkan alisnya. "Sangat pintar," katanya. "Permintaanmu kukabulkan."

"Aku tahu," balas Veruca dengan seringaian di pipinya.

"Apa permintaan keduamu?" tanya si iblis.

"Umm... Permintaan keduaku, aku ingin menjadi milyuner," katanya. "Maksudku seorang milyuner dolar Amerika, jadi jangan menipuku dengan mata uang lain yang aneh-aneh."

Si iblis tersenyum angkuh. "Permintaanmu kukabulkan."

Veruca membuka tas sekolahnya. Ia menemukan tasnya penuh dengan bundelan uang.

"Bagus! teriaknya. "Oke, permintaan selanjutnya, aku ingin menjadi gadis populer di sekolah."

"Permintaanmu kukabulkan," kata si iblis.

Setelah itu, Veruca mendengar bel sekolah berbunyi di kejauhan.

"Oh tidak!" teriak Veruca. "Lihat apa yang telah kau lakukan. Kau membuatku terlambat sekolah. Sekarang, guru pasti akan memberiku hukuman! Oh, kuharap aku mati!"

Kemudian, tiba-tiba, Veruca mati.

Tuesday, October 17, 2017

Wet Pants

Beberapa tahun yang lalu, aku menjadi seorang pemandu kemah. Setiap perayaan Halloween, kami akan memandu kelompok-kelompok anak kecil untuk piknik di dekat Danau Arrowhead. Setelah kami selesai memasang tenda, kami selalu membuat api unggun di pinggir danau. Kami lalu duduk melingkar sambil berbagi cerita seram.

Anak-anak itu terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berumur antara 12 sampai 14 tahun. Aku tidak bisa membayangkan mimpi buruk yang membawaku pada seorang anak laki-laki yang istimewa.

Salah satu anak mulai menceritakan sebuah cerita seram tentang pembunuh gila yang membawa pisau besar sambil berkeliling untuk mengintai orang-orang yang berkemah. Saat ia menceritakan cerita menyeramkan tersebut, semua orang saling duduk berdempetan. Satu per satu seluruh tokoh dalam ceritanya menjadi korban si orang gila dengan pisau besar tersebut.

Saat cerita sampai pada bagian yang paling menyeramkan, anak lelaki yang menceritakan cerita itu mendadak berteriak dengan keras. Keheningan pecah ketika semua orang ikut menjerit. Kemudian, si anak lelaki menyadari bahwa semua orang berhasil ia bodohi. Akhirnya, semuanya tertawa.

Namun demikian, salah satu anak lelaki mendadak melompat dari tempat duduknya. Ia mulai berlari ke arah kegelapan. Karena aku seorang pemandu, maka aku harus mengejarnya. Aku berteriak padanya saat ia berlari kencang ke arah danau. Kupikir ia akan berhenti di pinggir air, tapi ternyata tidak.

Aku melihat ia menceburkan diri ke dalam danau.

Aku hanya bisa berteriak, "Hentikan!"

Dalam kegelapan, aku cepat-cepat berlari ke arah dimana ia menceburkan diri. Anak-anak yang lain melihat dengan terkejut saat aku menyelam untuk menyelamatkannya. Air danau hanya setinggi empat kaki, tapi saat itu merupakan musim dingin. Aku menyambar kerahnya, lalu menariknya dari dalam air.

Ia basah kuyup dari kepala sampai ujung kaki. Seseorang membawakan selimut, lalu menyelimuti sekujur tubuhnya. Kemudian, kami berjalan kembali ke perkemahan. Saat ia telah duduk, aku ikut duduk di sebelahnya agar bisa berbicara padanya. Aku ingin tahu mengapa ia sangat ketakutan oleh cerita itu.

Ia berkata bahwa ia tidak ketakutan oleh cerita tersebut. Tapi, si tukang cerita yang mendadak berteriak membuatnya kehilangan kendali. Ia tidak sengaja pipis di celana. Ia tidak ingin merasa malu di depan semua orang. Berpikir cepat, ia lari lalu menceburkan dirinya ke dalam danau untuk menyembunyikan celananya yang basah.
***

Bestfriend Forever (BFF)

Bestfriend Forever (BFF)


Ada dua orang gadis berumur 15 tahun yang bernama Alice dan Sarah. Mereka merupakan sahabat sejak kecil. Mereka tinggal di lingkungan yang sama, bersekolah di sekolah yang sama, dan menghadiri kelas yang sama. Tidak lama, mereka menjadi tidak terpisahkan. Namun demikian, mereka memiliki sifat yang sangat berbeda satu sama lain. Alice merupakan gadis yang ceria dan supel, sementara Sarah sangat pemalu dan pendiam.

Pada suatu hari, Sarah dan Alice sedang mengobrol tentang persahabatan.

"Apakah menurutmu kita akan bersahabat selamanya? tanya Alice.

"Kupikir begitu," balas Sarah. "Mengapa tidak?"

"Entahlah," kata Alice. "Kadang-kadang saat seseorang semakin tua, mereka akan berpisah."

"Aku punya ide!" kata Sarah. "Ayo lakukan sumpah darah!"

"Lakukan apa?" tanya Alice terkejut.

"Sumpah darah," kata Sarah. "Dengarkan, kita berdua harus bersumpah bahwa kita akan menjadi sahabat selamanya. Jika kita berpisah, kita berdua bersumpah bahwa kita akan bersama selamanya."

"Itu konyol, Sarah," kata Alice. "Kita tidak berpisah. Kita selalu bersama-sama."

Tapi Sarah terus menerus mendesak Alice. Dengan campuran rasa penasaran dan tidak percaya, Alice akhirnya setuju dengan tawaran Sarah.

Sarah mencari dua buah jarum, lalu menyerahkan salah satunya pada Alice. Gadis-gadis itu mengambil selembar kertas dan menulis "Sahabat Selamanya", kemudian mereka menandatangani kertas tersebut dengan nama mereka. Mereka menghidupkan lilin, lalu memanaskan ujung jarum di atas api. Gadis-gadis itu lalu menusukkan ujung lilin pada jari mereka. Mereka berdua lalu meneteskan darah di samping nama masing-masing. Sumpah darah mereka sekarang telah selesai.

Tahun berlalu, gadis-gadis itu tumbuh dewasa dan lulus dari sekolah. Alice pergi kuliah ke kota lain, sementara Sarah tetap tinggal di kota asal mereka. Ia bekerja di sebuah toko. Kedua gadis tersebut memiliki pacar yang mencintai mereka. Gadis-gadis tersebut tetap berhubungan baik lewat telepon. Mereka saling menelepon satu sama lain setidaknya seminggu sekali.

Saat Alice telah menyelesaikan kuliahnya di jurusan hukum, ia mendapat pekerjaan dan memutuskan unntuk menikah. Pasangan itu membeli sebuah rumah. Beberapa tahun kemudian, mereka memiliki seorang bayi laki-laki yang tampan. Alice sangat sibuk dengan keluarganya sehingga ia jarang memiliki waktu untuk menelepon Sarah. Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama, panggilan telepon itu benar-benar berhenti. Kedua sahabat tersebut kehilangan kontak satu sama lain. Meskipun Alice kadangkala masih memikirkan sahabatnya sejak kecil, tapi ia tidak pernah sempat mengambil telepon untuk menghubungi sahabatnya. Pada akhirnya, kehidupan menggiring kedua wanita itu ke jalan yang berbeda. Mereka tidak pernah bertemu satu sama lain sejak lulus dari sekolah.

Pada suatu malam, Alice memimpikan sesuatu yang buruk. Ia sedang mengemudi melewati jalan yang tidak berujung ketika mendadak sebuah truk di depan mobilnya mulai berbelok ke arahnya. Truk tersebut selip, kemudian bertabrakan dengan mobilnya.

Ia bangun dengan penuh keringat. Baru saja ia mencoba menenangkan dirinya sendiri, ia mendengar bel di pintu depan berbunyi. Ia menatap jam di sebelah tempat tidurnya, menyadari bahwa saat ini telah pukul tiga pagi. Suaminya masih tertidur nyenyak di sampingnya.

Pada saat itu, bel pintu kembali berbunyi. Penasaran siapa yang datang berkunjung pada tengah malam, Alice bangun. Ia merapikan piyama tidurnya dan turun ke lantai bawah.

Saat ia membuka pintu depan, ia terkejut melihat seorang wanita sedang berdiri di beranda. Wanita itu sangat pucat dan sangat kurus. Ia memiliki luka berdarah yang sangat besar di dahinya. Walaupun wanita itu telah berubah total, Alice bisa mengenalinya dengan cepat. Itu adalah sahabat lamanya, Sarah.

"Ya Tuhan, Sarah! Apa yang terjadi?" teriak Alice.

Sarah hanya menatap padanya.

"Masuklah, di luar hujan," kata Alice. "Apakah kau terluka?"

Sarah tidak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Ada apa, Sarah?" tanya Sarah.

"Lama tidak jumpa, Alice!" desis Sarah. "Aku datang untuk memenuhi janjiku. Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku telah mati."

Alice kehilangan kata-kata. Sarah mengangkat tangannya, lalu menunjuk Alice dengan jari telunjuknya. Jarinya meneteskan darah.

"Hidup telah memisahkan kita," lanjut Sarah. "Tapi kita akan bersama sampai mati. Aku akan menunggu..."

Alice pingsan dan tak sadarkan diri.

Pagi harinya saat Alice bangun, ia menemukan dirinya berbaring di tempat tidur di samping suaminya. Ia menggosok-gosok matanya dan penasaran apakah kejadian tadi malam hanyalah sebuah mimpi buruk.

Saat sarapan, ia menghidupkan televisi. Apa yang ia lihat membuatnya sangat ketakutan. Penyiar warta berita lokal mengatakan bahwa malam sebelumnya pada pukul tiga pagi, ada sebuah kecelakaan tragis. Sebuah truk bertabrakan dengan mobil hingga jatuh korban jiwa.

Pengemudi mobil itu seorang wanita yang bernama Sarah.

Sejak kejadian itu, hidup Alice menjadi seperti neraka. Ia makan sambil melamun, lupa menjemput anak-anaknya dari sekolah. Saat ia pergi bekerja, ia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya.

Setiap malam, ia mengalami mimpi buruk yang sama. Ia akan bangun karena mendengar suara bel pintu depan. Ia akan menemukan Sarah berdiri di sana dengan telunjuk penuh darah yang diarahkan kepadanya. Setiap waktu, ia akan mengatakan hal yang sama, "Aku akan menunggu..."

Setiap pagi, Alice bangun dengan keringat dingin. Ia melihat ke bawah, lalu sprei akan penuh dengan darah. Ia merasakan sakit yang luar biasa di jari telunjuknya. Saat ia melihat jari tersebut, telunjuknya akan penuh dengan darah.

Suami Alice tidak mengerti apa yang telah terjadi. Ia membawa istrinya ke dokter dan psikiater, tapi tidak ada yang bisa menjelaskan apa penyakit istrinya. Kondisi Alice malah semakin memburuk. Dalam mimpi buruknya, Alice mulai melihat Sarah berdiri di samping ranjangnya sambil menunjuk pada dirinya dengan jari yang berdarah.
Pada suatu malam, si suami dibangunkan oleh suara berisik. Itu merupakan suara kaca yang pecah. Ia berlari ke dalam kamar mandi dan menemukan bahwa kaca jendelanya telah pecah. Laki-laki itu mengintip keluar, ia melihat Alice berbaring di sisi jalan. Tubuhnya dalam posisi yang aneh. Laki-laki yang khawatir itu berlari dengan cepat keluar dari pintu depan. Ada genangan darah di sekitar kepala istrinya.
Di samping kepalanya, seseorang menulis dengan darahnya: SAHABAT SELAMANYA.
***

SUPERMODEL

Dua tahun yang lalu, ada seorang supermodel yang sangat kusukai. Ia benar-benar salah satu wanita paling cantik yang pernah kulihat. Suatu hari, saat aku mencari alamat website-nya, aku melihat bahwa ia memiliki akun facebook. Aku mengiriminya permintaan pertemanan. Pada hari berikutnya, ia menerimanya.
SUPERMODEL


Di facebook, ia memiliki ribuan penggemar. Kapan pun ia memposting sebuah foto baru, ia akan menuliskan beberapa baris kalimat yang memberitahu semua orang tentang apa yang terjadi di hidupnya. Penggemarnya akan mengirimkan komentar, biasanya berisi tentang betapa cantik dirinya sehingga mereka mengaguminya.

Setiap hari, si supermodel mengganti foto profilnya dengan foto baru. Kadangkala, ia mengganti tatanan rambutnya tanpa mengenakan make up. Kadang-kadang ia akan mengenakan sebuah kostum.

Setiap pagi saat aku sampai di tempat kerja, aku akan mengecek facebook-nya untuk melihat foto baru yang ia posting. Namun demikian, suatu hari saat aku mengecek akunnya, ia tidak memposting apa pun. Aku sedikit kecewa.

Kemudian, aku melihat komentar terakhir yang ia kirim:

"Kupikir, ada yang menguntitku. Tapi, aku benar-benar yakin. Seseorang sedang ada di dalam kamarku saat aku keluar. Pada hari lainnya, aku merasa seperti ada seseorang yang mengikutiku. Apakah salah satunya adalah kalian? Aku akan menghubungi polisi besok."

Ada banyak komentar dari penggemarnya yang memberitahunya bahwa mereka khawatir tentang dirinya. Mereka juga memohon padanya untuk memberitahu mereka bahwa ia baik-baik saja. Hal itu sedikit menakutkan, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.

Setelah lebih dari seminggu, si supermodel tidak menulis apa pun lagi, tapi foto profilnya diperbarui setiap hari. Senin adalah foto close up hidungnya. Selasa adalah mulutnya. Rabu adalah telinganya. Kamis adalah lengannya. Jumat adalah betisnya. Dan Sabtu adalah kakinya.

Pada komentar setiap foto, penggemarnya terlihat semakin khawatir.

Saat aku melihat gambar yang ia unggah pada hari Minggu, aku terlonjak saking kagetnya. Itu adalah foto seorang pria yang sedang tersenyum sambil memegang mayat yang sudah termutilasi. Kepala si supermodel yang telah terpenggal ditaruh di atas perutnya. Ada beberapa pesan yang tertulis:

"Ini adalah supermodel kalian yang berharga! Tidak ada satu pun dari kalian yang bisa memilikinya. Ia milikku sekarang. Aku tidak akan membaginya dengan orang lain. Password-nya terlalu mudah ditebak. Itu adalah tanggal ulang tahunnya!"

Hal itu benar-benar mengerikan. Segera setelah aku melihatnya, aku menelepon polisi untuk melaporkan kejadian tersebut. Tapi, mereka tidak menanggapinya dengan serius. Aku memutuskan untuk datang sendiri ke kantor polisi. Aku memberi mereka alamat akun facebook si supermodel. Saat mereka membukanya, aku menyadari bahwa fotonya telah berganti kembali.

Itu adalah gambar kepala laki-laki yang terpenggal.

Polisi segera ke alamat si supermodel. Saat mereka menemukan apartemennya, mereka mendobrak pintu apartemen tersebut. Di dalam, mereka menemukan mayat dari seorang laki-laki dan seorang wanita. Keduanya telah dimutilasi.

Polisi dihadapkan pada sebuah kasus yang janggal. Mereka tahu siapa yang membunuh si supermodel, tapi mereka tidak bisa menemukan siapa yang membunuh si pembunuh. Sampai hari ini, kasus itu termasuk dalam kasus yang tak terpecahkan.

Clean Kill


Saat itu malam yang dingin dan berangin. Karen Ledger sedang berdiri di dermaga sambil menenteng koper, menunggu sebuah perahu dengan perasaan cemas. Saat itu gelap, ia menatap sekitar dengan gelisah. Ia memiliki perasaan aneh bahwa seseorang sedang mengawasinya.

Tiba-tiba, ia mendengar bunyi gemerisik dari semak-semak di belakangnya. Saat ia memutar kepalanya, ia terkejut melihat seorang laki-laki berdiri di sana. Lelaki itu berpakaian kumal. Ia juga membawa sebuah kapak di tangannya.
Clean Kill


"Si... Siapa kau?" tangis Karen.

"Tidak penting," jawab si laki-laki sambil tersenyum. "Kau terlihat cantik... Sangat cantik... Aku bertaruh rasamu juga enak..."

Karen mengeluarkan teriakan penuh ketakutan saat lelaki itu mengangkat kapak di atas kepalanya. Psikopat itu mengayunkan kapaknya dengan keras. Mata pisau kapaknya membentur tengkorak kepala Karen dan membunuhnya saat itu juga.

Si lelaki merasa senang. Itu adalah cara membunuh yang bersih. Ia segera menyambar kaki Karen dan menyeret tubuhnya ke semak-semak. Ia membawa mayat gadis itu melewati hutan untuk kembali ke pondoknya.

Ia menaruh mayat Karen ke dalam bak mandi. Setelah melepas pakaiannya, lelaki itu keluar untuk mengasah gergajinya. Itu adalah pekerjaan yang berat, tapi setelah beberapa menit ia sudah memotong-motong tubuh Karen.

Si lelaki memanggang kedua kaki Karen di dalam oven. Ia juga membuat sup dari bola mata dan potongan jari-jari. Kemudian, ia duduk di meja makan dan melahap masakannya sebanyak yang bisa ia makan. Ia begitu menikmati rasa daging manusia.

Setelah malam itu, ketika ia mengeluarkan isi kantong mantel milik Karen, ia menemukan sebuah surat. Selama membaca surat itu, matanya terbuka lebar dan wajahnya menjadi pucat.

"Nona Ledger,
Hasil tes Anda sudah keluar. Kami menyesal menginformasikan bahwa Anda menderita penyakit kusta yang bisa menular. Kami sudah merencanakan untuk mengobati Anda di klinik isolasi. Klinik ini terletak di pulau seberang lautan. Sebuah perahu akan menjemput Anda di dermaga pada Jumat malam pukul 23.00. Tolong pastikan Anda ada di sana."

Bloody Fingers

Pada suatu larut malam, seorang laki-laki berjalan memasuki hotel. Ia memesan sebuah kamar. Manajer hotel memberitahunya bahwa hotel tersebut telah penuh.

"Kami hanya punya satu kamar yang tersisa," katanya. "Kamar itu di lantai 13, tapi kami tidak menyewakannya karena berhantu."
Bloody Fingers

"Aku akan mengambilnya," kata pebisnis tersebut. "Aku tidak percaya pada semua omong kosong tentang hantu."

Si laki-laki mengambil kunci dan masuk ke kamar untuk tidur. Saat ia mematikan lampu dan naik ke ranjang, ia mendengar pintu kamar mandi berdecit membuka. Bayangan hantu yang pucat muncul dari kamar mandi. Hantu itu terhuyung-huyung maju, darah menetes dari jari-jarinya.

"Jariku berdarah! Jariku berdarah!" rintih hantu tersebut.

Si laki-laki melotot ketakutan, ia menyambar kopernya dan keluar dari kamar dengan masih mengenakan piyama. Ia meninggalkan hotel pada malam larut itu.

Malam larut berikutnya seorang wanita tua tiba di hotel. Manajer hotel memberitahunya cerita yang sama.

"Kami hanya punya satu kamar yang tersisa, tapi kamar itu ada di lantai 13. Kami tidak menyewakannya karena berhantu."

"Nak, aku sudah pernah melihat banyak dari mereka," wanita tua itu berkata pada si manajer hotel. "Percayalah padaku, tidak ada sesuatu yang bisa menggangguku."

Saat si wanita tua mematikan lampu dan pergi tidur, pintu kamar mandi berkeriut terbuka. Sesosok bayangan hantu melangkah keluar. Jari-jarinya masih meneteskan darah membasahi lantai.

"Jari-jariku berdarah! Jari-jariku berdarah!" rintih sosok hantu itu.

Si wanita tua memekik ketakutan dan berlari secepat kakinya bisa membawanya.

Seminggu kemudian, seorang pemuda tiba di hotel tersebut pada larut malam. Ia juga mengambil kamar berhantu walaupun manajer hotel telah memperingatkannya. Ia membayar kamarnya, mengambil kunci, dan berjalan ke lantai atas. Setelah ia menata barang-barangnya, ia mengambil gitar dan mulai bernyanyi.

Segera, pintu kamar mandi berderit membuka dan sesosok hantu muncul. Seperti sebelumnya, jari-jarinya berdarah hingga membasahi karpet dengan darah.

Ia merintih, "Jari-jariku berdarah! Jari-jariku berdarah!"

Si anak lelaki tidak memperhatikan pada bayangan hantu tersebut. Ia terus memainkan gitarnya. Si hantu tetap merintih dan jari-jarinya tetap berdarah.

"Jari-jariku berdarah! Jari-jariku berdarah!" rintihnya.

Akhirnya, si anak laki-laki berhenti bermain gitar. Ia melihat tepat pada penampakan mengerikan di depannya.

Ia berkata, "Diam dan sana cari perban."

Bubble Bath


Jennifer sedang duduk di depan meja di kamar tidurnya untuk menyelesaikan PR. Ia besok akan ujian sehingga butuh belajar. Saat ia mencari salah satu buku sekolah, ia mendapat pesan di telepon genggamnya.

Ia tidak mengenali nomor yang tertera di layar, tetapi pesan itu berbunyi: "Berendamlah di bath up dan pergilah tidur. Ibu."

Ia mungkin tidak memiliki pulsa dan mengirim pesan dari HP orang lain, pikir Jennifer.

Jennifer sudah berencana berendam di bath up. Ia segera melepas pakaiannya, mengambil handuk bersih, kemudian berjalan masuk ke kamar mandi. Ia berhenti karena terkejut. Bath up telah terisi sampai meluap. Hmm... Aneh, pikirnya. Aku menebak Ibu mengisinya duluan.

Jennifer mengangkat bahunya. Ia menjatuhkan handuk dan masuk ke dalam bak mandi. Seluruh tubuhnya terendam sebelum ia menyadari sensasi terbakar di sekujur kulitnya. Dalam beberapa detik rasa terbakar itu semakin memburuk sampai ia menangis penuh penderitaan.

Jennifer melompat dari bath up, tetapi sudah terlambat. Ia melihat ketakutan pada air yang sudah berubah menjadi merah. Merah darah. Kulit tangan dan kakinya mulai mengelupas. Ia melihat pada kakinya, kulit di sana juga mengelupas. Kemudian, dada dan perutnya mulai ikut mengelupas. Seluruh kulit pada tubuhnya meleleh.

Potongan kulit Jennifer berjatuhan di lantai. Ia mulai berteriak kesakitan. Darahnya berubah menjadi genangan di sekitarnya di lantai kamar mandi. Dalam kesakitan yang luar biasa, Jennifer membuka pintu dan dengan terpincang-pincang keluar kamar mandi. Ia berjalan menuju kamar tidur. Setiap langkah adalah siksaan. Ia meninggalkan jejak darah sepanjang karpet. Ia mengambil telepon genggamnya untuk menelepon polisi, tapi di sana ada pesan baru yang sudah menunggunya.

Bunyinya: "Lain kali, mandilah dengan air."

Jennifer mendengar suara tawa di belakangnya. Ia berbalik dan mendapati seorang pria tinggi berbaju hitam sedang berdiri di depan pintu. Ia memegang pisau bergerigi di satu tangan dan botol kosong asam belerang di tangan yang lain.

Fire Damage



Fire Damage - Aku tinggal di sebuah rumah yang sangat tua di pinggiran kota. Salah seorang temanku datang mengunjungiku. Ia akan menginap selama empat minggu, sehingga ia membawa banyak tas dan kopor. Hanya ada satu kamar tidur di rumah, jadi ia tidur di sofa di ruang tamu.

Suatu pagi, temanku membuka pintu kamarku dengan keras sambil berteriak, "Kebakaran! Kebakaran!"

Aku bangun, was-was dan kebingungan. Aku tidak yakin apa yang terjadi. Aku curiga ia hanya mengerjaiku.

Aku melompat dari atas tempat tidur, kemudian aku bisa merasakannya. Lantai di bawah kakiku sangat panas. Temanku berlari keluar ke lorong, sedangkan aku mengikuti tepat di belakangnya. Aku tidak bisa melihat api dimana pun, tetapi saat kami berlari menuju pintu depan, aku bisa mendengar suara gemuruh dan api meretih di sekitarku. Api itu berada di dalam dinding.

Fire Damage - Kami berlari keluar pintu depan dan menyeberangi halaman rumput. Saat kami sampai di seberang jalan, aku berbalik dan melihat ke rumah. Ada asap tebal berwarna hitam membumbung keluar dari atap. Kami berdiri di sana selama beberapa menit, menonton lidah api melalap rumah. Saat itu, aku melihat ke bawah dan memperhatikan semua tas dan kopor temanku berjajar rapi di sisi jalan.

Saat ia menyadari rumahku terbakar, ia memiliki waktu untuk membawa semua barangnya keluar sebelum ia datang ke kamarku untuk membangunkanku. Tas dan kopornya lebih penting baginya dibandingkan diriku.

Api mulai merambat dari ruang bawah tanah dimana terdapat perapian sehingga cepat menyebar ke dinding. Api itu membakar seluruh penyangga lantai tempat kami berdiri. Seluruh lantai dan rumah rubuh tak lama setelah kami menyelamatkan diri. Fire Damage

Setelah pemadam kebakaran mematikan nyala api, mereka memberitahu kami bahwa kami beruntung karena masih hidup. Jika kami tidak menyelamatkan diri tepat waktu, kami pasti sudah terjebak di dalam rumah. Tak ada yang bisa kukatakan, kami bukan teman lagi setelah itu.

Friday, October 13, 2017

Tomb Raider

Tomb Raider
Tomb Raider

Bertahun-tahun yang lalu, banyak orang ketakutan jika mereka tidak sengaja terkubur hidup-hidup. Akhirnya, peti mati dibuat dengan lubang di atasnya. Lalu, peti mati tersebut dihubungkan dengan pipa tembaga sepanjang enam kaki. Sebuah lonceng digantung di atas nisan yang diikat dengan pipa tembaga tadi. Lonceng itu terhubung pada peti mati di bawah tanah.

Jika seseorang secara tidak sengaja dikubur padahal sebenarnya ia belum mati, ia bisa bernapas melalui pipa tembaga. Lalu, ia bisa membunyikan lonceng untuk memberitahu penggali kubur bahwa ia masih hidup.

Di sebuah kota kecil di Amerika Serikat, seorang penggali kubur mendengar suara lonceng pada malam hari. Ia terbiasa mendengar lonceng yang berbunyi dari halaman pemakaman. Kadangkala, itu hanya anak-anak yang mencoba mengerjainya. Pada lain waktu, itu hanya angin saja. Saat ini, ia dikejutkan dengan mengetahui bahwa suara lonceng itu akibat dari tarikan yang berasal jauh dari dalam tanah.

Si penggali kubur memasang telinganya ke atas pipa tembaga untuk mendengarkan. Ia mendengar suara samar-samar dari bawah yang memohon dengan sangat agar dikeluarkan dari dalam kubur.

Si laki-laki melihat nama yang tertulis di atas nisan

Ia bertanya, "Apakah kau Sarah Bannon?"

"Ya!" teriak suara dari bawah makam.

"Apakah kau lahir pada tanggal 17 September 1807?" tanya si penggali kubur.

"Ya!" kata suara dari bawah kubur lagi.

"Batu nisan ini menyatakan bahwa kau mati pada tanggal 20 Februari 1858."

"Tidak, aku belum mati," tangisnya. "Aku masih hidup. Mereka membuat kesalahan! Gali aku, kumohon padamu."

Si penggali kubur melepas lonceng dari pipa tembaga agar tidak lagi berbunyi. Ia lalu menutup ujung pipa tembaga dengan tanah.

"Maaf, Nyonya," katanya. "Sekarang tahun 1959. Siapa pun kau yang ada di bawah sana, kau benar-benar tidak lagi hidup!"

Black Coffee

Black Coffee

Ayah dan ibu sedang bersiap untuk makan malam di luar. Mereka ingin menikmati malam tersebut dengan tenang. Jadi, mereka menelepon seorang gadis untuk mengasuh bayi mereka.

Gadis itu keluar ke teras untuk mengucapkan perpisahan pada kedua orang tua si bayi. Ia meyakinkan mereka bahwa bayi mereka akan baik-baik saja. Ia juga mengatakan agar mereka menikmati makan malam.

Saat si gadis kembali ke dalam rumah, ia mendapati si bayi sedang tertidur dengan tenang di dalam boks bayi. Si gadis menuruni tangga dengan monitor bayi di tangannya. Ia lalu menonton televisi.

Tiba-tiba, ada suara bantingan yang keras. Monitor bayi yang dipegang si gadis mendadak mati. Gadis itu kaget.

"Apa yang terjadi?" katanya terengah-engah.

Tetapi, telepon berdering hingga ia segera mengangkatnya. Ia berdo'a itu bukan orang tua si bayi.

"Halo?" kata gadis itu dengan suara tenang.

Tapi, sebuah suara asing menjawabnya, "Kopi hitam! Kopi hitam! Aku ada di kamar tidur! Aku dapat bayinya..."

Si gadis berlari menaiki tangga untuk menemukan si bayi terbangun, tapi ia terbungkus syal berwarna hitam. Gadis itu membebaskan si bayi dan berlari lagi menuruni tangga. Ia menaruh bayi tersebut di dapur, lalu berlari ke toilet untuk bernapas sejenak.

Tapi, telepon berdering lagi. Gadis itu menjawabnya.

"Kopi hitam, kopi hitam, aku di dapur, aku dapat bayinya..."

Si gadis berlari ke dapur untuk menemukan si bayi mengenakan rambut palsu berwarna merah menyala. Ia melepas rambut palsu itu dari si bayi. Lalu, ia meletakkan bayi tersebut di loteng. Kemudian, ia memutuskan sambungan telepon.

Lalu, telepon genggamnya berdering...

"Kopi hitam! Kopi hitam! Aku di loteng! Aku dapat bayinya..."

Si gadis menjerit. Ia menaruh si bayi di kebun di luar. Telepon genggamnya berbunyi lagi.

"Kopi hitam! Kopi hitam! Aku di kebun! Aku telah membunuh bayinya..."

Si gadis berlari keluar untuk menemukan daging berkilauan yang berantakan di bawah lampu jalan. Tiba-tiba, ia mendengar seseorang tertawa di belakangnya. Gadis itu lalu menoleh...

Si bayi sedang duduk di ambang jendela sambil mengenakan syal hitam dan rambut palsu berwarna merah. Ia tertawa dengan keras. Kemudian, si gadis merasakan sesuatu yang tajam di punggungnya. Darah muncrat dari tubuhnya. Si bayi melompat pada si gadis dan mulai menyobek tenggorokan gadis tersebut, membuatnya menjerit dan menjerit.

Saat orang tua si bayi sampai di rumah, mereka melihat si bayi sedang memakan pengasuhnya.

Si ayah berkata, "Oh tidak! Jangan lagi!"

Tell Me My Future

Tell Me My Future

Ada seorang wanita muda yang memutuskan untuk mengunjungi tukang ramal karena ia penasaran tentang rahasia hidupnya. Walaupun ia tidak terlalu percaya pada tukang ramal, ia berpikir mungkin saja menyenangkan jika ia mendengar cerita masa depannya.

Ia tiba di rumah tukang ramal dan disapa oleh seorang wanita tua yang memakai selendang seperti gombal. Si tukang ramal mengantarkannya masuk ke dalam dan memimpinnya menyusuri lorong ke dalam ruangan yang gelap. Mereka duduk berhadap-hadapan di depan sebuah meja.

"Benarkah kau bisa memberitahu masa depanku?" tanya si wanita.

"Tentu saja," jawab si tukang ramal. "Hanya dengan menunjukkan telapak tanganmu."

Si wanita mengangsurkan lengannya dan ahli ramal memeriksanya dari dekat, mengerutkan dahi untuk berkonsentrasi. Ada kesunyian yang panjang sampai si wanita menjadi tidak nyaman. Tiba-tiba, wajah tukang ramal berubah menjadi sangat pucat. Ia menatap wanita itu dengan tatapan yang aneh.

"Apakah ada sesuatu yang salah?" tanya wanita itu dengan cemas.

Si tukang ramal menolak untuk menjawab pertanyaan apa pun. Ia memberitahu si wanita bahwa hal itu sudah terlambat. Ia harus pulang ke rumah. Ia juga tidak perlu membayar ongkos untuk membaca telapak tangan. Si wanita menjadi cemas dan mulai bertanya-tanya, tetapi bagaimana pun ia memohon, si tukang ramal tidak mau mengatakan sepatah kata pun. Si wanita tetap menuntut, tapi tukang ramal tetap menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa sesi ramal telah berakhir.
Akhirnya, saat si wanita muda mulai marah, si tukang ramal menjadi kasihan. Ia mengambil pena dan kertas, kemudian menuliskan sesuatu. Lalu, ia melipat kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam amplop. Ia menyerahkannya pada wanita muda tersebut.
"Jangan baca ini sampai kau pulang ke rumah malam ini," katanya.

Wanita itu merampas amplop tersebut, kemudian menyimpannya ke dalam saku. Ia berterima kasih pada si tukang ramal dan membayar layanannya. Mereka mengatakan kata-kata perpisahan. Si wanita pergi, berpikir tentang catatan misterius dan penasaran apa kemungkinan isinya.

Saat si wanita menyeberang jalan, ia masih berpikir keras. Ia tidak melihat kemana ia pergi dan berjalan lurus menuju sebuah mobil. Kendaraan itu menghantamnya, membuatnya melayang ke udara seperti boneka kain. Tubuhnya yang patah melambung ke jalan, akhirnya ia rubuh tanpa bergerak.

Polisi tiba dan mengumumkan wanita malang itu tewas saat itu juga. Saat mereka memeriksa sakunya untuk mencari identitas, seorang petugas mendapati sebuah amplop. Ia membukanya. Catatan di dalamnya berisi lima kata: Kau tidak punya masa depan.

Being Old

Being Old
Being Old

Saat aku duduk di bangku kuliah, aku ingin mengumpulkan uang tambahan selama musim panas. Jadi, aku bekerja sebagai seorang kurir di sebuah perusahaan. Suatu hari, aku harus mengirimkan beberapa barang ke seorang laki-laki bernama Tuan Yamaguchi. Apartemen miliknya terletak di lantai 12 dari sebuah gedung yang tinggi.

Aku sedang terburu-buru karena ingin pulang cepat pada hari itu. Aku naik lift ke lantai 12, berusaha mengantar barang-barang milik Tuan Yamaguchi dengan aman. Ia bahkan memberiku tip yang besar.

Saat aku akan pergi, aku melihat ada sebuah catatan di pintu apartemen di depan milik Tuan Yamaguchi. Tulisannya:

"Orang tua dengan kaki sakit. Tidak bisa turun untuk membuang sampah. Dapatkah seseorang membantuku?"

Aku ragu-ragu sebentar. Walaupun aku ingin pulang cepat, tapi ibuku selalu mengajariku untuk membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Aku menekan bel dan menunggu. Pintu segera dibuka oleh seorang laki-laki tua yang setidaknya berumur 80 tahun.

"Aku melihat pesanmu," kataku.

"Terima kasih banyak, anak muda," balasnya sambil tersenyum. "Menjadi tua merupakan hal yang sangat mengerikan. Terutama jika kau tinggal sendirian. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya untukmu."

Ia kembali masuk ke apartemen dan menggeledah sekitarnya. Beberapa menit kemudian, si laki-laki tua muncul untuk menyerahkan sebuah kotak kardus yang disegel dengan selotip padaku. Entah mengapa kotak kardus itu beratnya tidak normal.

"Ya, menjadi tua itu sangat menyusahkan," lanjutnya. "Suatu hari kau akan merasa lebih baik mati..."

Aku tidak ingin terjebak dalam percakapan yang canggung dengan laki-laki tua tersebut, jadi aku hanya membalas, "Tidak masalah. Aku akan membuangnya untukmu."

Aku berbalik untuk pergi, tapi laki-laki tua itu mengikutiku keluar menuju lift.

"Terima kasih banyak telah melakukan ini," ia berkomat-kamit. "Maaf telah menyusahkanmu. Senang bertemu denganmu."

"Ya, sampai jumpa lagi," balasku saat aku menekan tombol lift menuju lantai dasar.

Pintu tertutup dan lift bergerak turun. Kotak itu sangat berat, aku penasaran apa yang ada di dalamnya. Kemudian, aku berpikir tentang si laki-laki tua. Benarkah kakinya sangat sakit hingga tidak bisa menggunakan lift? Mungkin ia hanya kesepian dan ingin mengobrol dengan seseorang.

Tiba-tiba, kotak yang kubawa meluncur dari tanganku. Kotak kardus itu membentur langit-langit lift dengan suara benturan yang keras. 1

Klang!

Saat itu lift berada diantara lantai 6 dan 7. Kotak kardus itu jatuh lagi ke lantai bawah dengan suara gedebuk yang keras.

Aku sangat terkejut. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku memperhatikan sebuah kawat tipis yang panjang terbuat dari besi. Kawat itu keluar melalui celah di pintu lift. Setelah membuka kotak kardus dengan penaku, aku terkejut mendapati isinya adalah kawat yang mengikat sebuah balok dari beton.

Aku ingin bertanya pada si laki-laki tua apa yang terjadi, jadi aku menekan tombol ke lantai 12. Saat lift berhenti dan pintu terbuka, aku membeku ketakutan. Kemudian, aku mengeluarkan handphone-ku untuk segera menelepon polisi.

Si laki-laki tua telah mengikat ujung kawat yang lain di sekeliling lehernya. Tubuhnya tergeletak di depan lift dalam genangan darah. Kepalanya terpenggal dan menggelinding di depan pintu apartemennya.

La Mala Hora

La Mala Hora

La Mala Hora konon katanya merupakan roh jahat atau iblis yang berkeliaran di jalan kota setelah lewat tengah malam. Ia menakut-nakuti orang-orang yang berjalan sendirian. Ia biasanya mengintai dari tempat yang gelap di trotoar, menunggu pejalan kaki yang tidak waspada melewatinya. Menurut beberapa orang, ia lebih menakutkan dari iblis.

Awalnya ia muncul sebagai gumpalan hitam yang besar. Lalu perlahan-lahan, ia akan bergerak dan berubah bentuk. Ia juga bisa mengubah ukuran tubuhnya dengan cepat, tumbuh membesar lalu mengecil. Orang-orang bilang ia terlihat seperti pocong yang memakai kain kafan hitam atau permen kapas hitam yang besar.

Setiap orang yang sial hingga melihat iblis ini, maka orang itu berisiko menjadi gila. Ia mencoba menghipnotis dan melumpuhkan semua orang yang tidak sengaja bertemu dengannya pada malam hari. Saat ia menyerang, ia akan secara tiba-tiba menyerbu ke arah orang yang tidak waspada, lalu membungkusnya. Hal itu membuat korbannya mati tercekik. Pagi harinya, orang yang malang tersebut akan ditemukan telah menjadi mayat di sisi jalan.
[next]
Pada waktu lainnya, ia akan menjelma menjadi sesosok wanita jahat, wanita jelmaan iblis. Ia muncul memakai pakaian serba hitam, rambutnya panjang dan awut-awutan. Ia tampak seperti roh atau angin yang melayang, kakinya tidak menyentuh tanah. Orang di New Meksiko mengatakan bahwa ia jarang muncul sebagai manusia. Tapi saat ia melakukannya, ia dianggap sebagai pertanda kematian. Jika kau bertemu dengannya di trotoar, itu artinya kau atau seseorang yang kau kenal akan mati.

Saat ada orang yang menginginkan informasi detil tentang iblis ini, orang New Meksiko akan menolak membicarakan tentangnya dan hanya menjawab, "Es cosa mala!" ("Itu adalah sejenis iblis!")

Pada salah satu cerita, ada seorang wanita yang suaminya sedang bepergian untuk bekerja. Suatu malam, sang istri memutuskan untuk tinggal di rumah temannya di Santa Fe. Waktu itu sekitar tengah malam ketika ia meninggalkan rumah. Ia lalu mengendarai mobilnya sendirian di jalanan yang sepi. Setelah beberapa saat, ia sampai di sebuah jalan kecil ketika tiba-tiba sesosok hitam muncul di depan jalannya. Sang istri menjerit ketakutan. Ia menginjak rem sampai mobilnya berdecit lalu berhenti.
[next]
Saat ia mengangkat wajahnya lagi, sosok hitam itu telah menghilang. Selama beberapa detik, wanita itu bernapas dengan lega. Kemudian, ia menoleh ke kanan. Ia melihat sesuatu yang hampir saja membuatnya terkena serangan jantung. Tepat di sebelahnya, seorang wanita tua yang menyeramkan sedang menatap dirinya. Wanita tua itu memiliki wajah keriput seperti iblis, mata merah menyala, dan gigi-gigi pendek yang tajam. Wanita iblis tersebut mulai mencakar jendela, mencoba untuk memecahkan kaca jendela mobil.

Ketakutan, si istri menginjak pedal gas kuat-kuat, mobil melaju kembali ke jalanan. Selama beberapa saat yang menyeramkan, wanita iblis itu berlari di sisi mobil dengan masih mencakari jendela. Kemudian, si istri menambah kecepatan mobilnya hingga wanita iblis itu terjatuh di belakang. Si istri melihat ke belakangnya melalui kaca spion. Hal terakhir yang ia lihat adalah iblis itu semakin mengecil.

Saat si istri sampai di rumah temannya, ia berlari ke dalam lalu mengunci pintu di belakangnya. Ia menceritakan apa yang telah ia lihat di jalan. Temannya menatap dirinya dengan ketakutan.

"Itu pasti La Mala Hora," kata temannya. "The Evil One. Orang-orang mengatakan jika ia hanya muncul di jalan saat seseorang akan meninggal..."

Si istri dikuasai oleh perasaan takut akan kematian. Ia tidak bisa tidur sekejap pun pada malam itu. Ia menunggu sampai pagi, kemudian menyetir pulang ke rumah. Ia meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak menyetir melewati jalan yang sama. Ia takut wanita iblis itu akan muncul sekali lagi.

Saat si istri sampai di rumah, ia mendapati sebuah mobil polisi sedang menunggunya di halaman. Para petugas mendatanginya, menanyakan namanya, lalu mengabarkan berita buruk padanya. Suaminya telah dirampok saat akan kembali ke hotel pada malam sebelumnya. Ia ditembak di kepala hingga meninggal di tempat. Hal itu terjadi kira-kira setelah lewat tengah malam.

Thirteen Steps

Thirteen Steps

Tiga belas anak tangga ke neraka terletak di Pemakaman Maltby di Washington. Dulu ada sebuah tangga yang dimulai dari permukaan tanah menuju ke bawah tanah. Katanya tangga itu nerupakan pintu masuk ke sebuah kuburan keluarga kaya.

Menurut legenda, kau harus pergi ke pemakaman pada larut malam. Kemudian kau berjalan melewati tiga belas anak tangga. Sementara dirimu terus berjalan, kau tidak akan bisa mendengar apa pun. Sekali kau telah sampai di bawah tanah, kau akan berhadapan dengan pemandangan dari neraka.

Orang-orang berkata bahwa pemandangan itu akan membuatmu gila. Saksi yang melihat orang melakukan ritual ini berkata bahwa mereka melihat orang itu berhenti di bawah tanah. Ia melihat ke sekeliling, kemudian ia jatuh berlutut karena ketakutan. Menurut laporan, beberapa anak pingsan di tangga, banyak dari mereka yang tidak pernah berbicara lagi.

Tiga belas anak tangga sudah tidak ada. Saat cerita ini beredar beberapa tahun yang lalu, mereka telah menutupi pemakaman tersebut dengan semen. Sejak saat itu, ada larangan untuk lewat. Tetapi ada rumor menyatakan bahwa beberapa anak mengadakan ekspedisi larut malam di pemakaman Maltby. Mereka membawa sekop, berharap bisa menemukan tiga belas anak tangga ke neraka.

"Aku dan pacarku ingin melihatnya sendiri. Kau harus menuruni ketigabelas anak tangga ini, lalu kau akan melihat sebuah kursi kecil. Jika kau duduk di kursi itu, berarti kau telah menjual jiwamu pada iblis. Itu terdengar menyeramkan. Saat itu aku dan temanku sedang ada di gereja, lalu pastor berkata bahwa ia pergi ke sana saat berumur enam belas tahun. Itu adalah pengalaman paling buruk sepanjang hidupnya."

"Kami pergi berkelompok ke pemakaman Maltby. Kami sampai di sana hampir tengah malam. Setelah satu jam mencari di sekitar kegelapan, kami akhirnya berhasil menemukannya. Tiga belas anak tangga. Di bawah cahaya bulan, kau tidak bisa melihat dasarnya. Kami mencoba menggunakan senter, tapi kami tetap tidak bisa menemukan bagian dasarnya. Itu menakutkan. Salah satu gadis sangat ketakutan, ia bahkan tidak berani melihat ke arah anak tangga itu. Aku memutuskan untuk turun, tapi saat aku menginjak anak tangga pertama, aku mulai merasa mual.

Setelah dua anak tangga, aku merasa sedikit pusing. Saat aku mencapai tangga keenam, aku merasa sangat kedinginan hingga tidak bisa bernapas. Aku bisa mendengar suara teriakan dan jeritan yang teredam. Aku tidak bisa melanjutkannya lagi. Aku bahkan tidak bisa melangkah ke anak tangga selanjutnya. Saat aku kembali memanjat naik, aku bisa merasakan sesuatu mendorong punggungku. Aku tidak bisa melihat ke arah teman-temanku dengan jelas. Saat akhirnya mencapai puncak anak tangga, aku menyadari teriakan itu berasal dari teman-temanku.

Mereka berteriak karena aku menghilang saat turun ke dasar pemakaman. Tinggiku enam kaki. Aku tidak bisa menghilang begitu saja sampai paling tidak di pertengahan jalan. Tak perlu dikatakan, kami semua sangat ketakutan. Kami akhirnya keluar dari sana secepat yang kami bisa. Sampai hari ini, aku masih memimpikan tiga belas anak tangga yang menuntunku ke neraka. Aku selalu bangun dengan keringat dingin."

Catatan:
Ada juga "Tiga Belas Anak Tangga" di sebuah pemakaman di Palo yang disebut dengan Pemakaman Ridge. Ada anak tangga yang menuntun ke gerbang makam. Anak tangga itu berjumlah dua belas buah. Tapi pada malam hari, ada sebuah tangga yang muncul sehingga menjadi tiga belas anak tangga.

Purple Candy

Purple Candy

Pada suatu hari, aku sedang berangkat sekolah. Saat itu, aku melihat banyak orang memakan permen ungu. Permen itu memiliki banyak rasa, tapi semuanya berwarna sama... ungu.

Teman-teman sekelasku terlihat sangat menikmati permen itu, terutama sahabatku yang bernama Xiao Ling. Ia sangat menyukai permen. Ia akan membawa sekantung permen ungu dan menawarkan beberapa permen tersebut padaku. Aku mengambil sebutir permen, lalu menanyakan padanya dimana ia membelinya.

Xiao Ling menunjuk sebuah rumah di sebelah selatan desa. Tidak ada seorang pun yang tinggal di sana selama beberapa waktu. Sesuatu yang mengerikan pernah terjadi di rumah tersebut. Keluarga yang tinggal di sana ditemukan gantung diri di dalam kamar tidur. Sejak itu, tidak ada seorang pun yang berani pergi ke dekat rumah tersebut. Pikiranku membuatku tak nyaman. Aku menyimpan permen ke dalam tasku dan masuk ke kelas.
Saat aku pulang ke rumah dari bersekolah, aku bertanya pada ibuku tentang apa yang dikatakan Xiao Ling. Ibuku memberitahuku bahwa sepasang suami istri yang sudah tua telah pindah ke rumah itu beberapa hari yang lalu. Mereka bekerja dengan menjual permen. Anak-anak di desa pergi ke rumah tersebut setiap hari sepulang sekolah untuk membeli permen ungu.
Aku tidak suka makan permen. Kapan pun Xiao Ling pergi untuk membeli permen, ia akan memberiku beberapa. Tapi aku tidak pernah memakannya. Aku hanya menyimpan permen itu di dalam tasku. Saat aku pulang ke rumah, aku akan memberikannya pada seorang bocah laki-laki yang tinggal di rumah sebelah.

Beberapa hari kemudian, sesuatu yang mengerikan terjadi. Xiao Ling sakit selama beberapa hari sehingga ia tidak bisa masuk sekolah. Setelah pulang sekolah, aku langsung pergi ke rumah Xiao Ling. Ibunya mengatakan bahwa ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Xiao Ling. Ia demam tinggi, tapi menolak untuk minum obat. Ia terus menerus meminta permen ungu.

Ada tas kosong di dekat tempat tidur Xiao Ling. Aku ingin merawatnya, jadi aku menawarkan diri untuk pergi membeli beberapa permen untuknya. Xiao Ling memberitahu ibunya untuk memberiku uang. Lalu aku keluar dari rumah.

Saat aku pergi ke sana, aku melihat seorang laki-laki sedang duduk di luar. Ia sedang makan sambil merokok. Ia memiliki wajah yang tidak ramah. Seorang wanita keluar dari rumah dan menyeringai padaku.

"Apa kau datang untuk membeli permen ungu?" tanyanya.

Aku mengatakan ya. Wanita itu memberiku dua kantung permen. Aku memberinya uang, lalu pergi. Saat aku berjalan, sesuatu tentang pasangan tua itu membuatku tidak nyaman. Laki-laki yang duduk di halaman sambil makan dan merokok terlihat baru berumur sekitar 30 tahun. Wanita itu juga terlihat sangat muda, ia juga sangat cantik. Selain itu, ia memiliki luka di tangan kanannya yang dibungkus dengan kain.

Saat aku kembali ke rumah Xiao Ling, aku memberikan bungkusan permen pada ibunya. Ia menyuapkan beberapa butir ke mulut Xiao Ling. Xiao Ling mengunyahnya. Setelah beberapa kunyahan, ia jatuh tertidur. Aku memutuskan untuk membiarkannya beristirahat, lalu pulang ke rumah.

Hari berikutnya saat aku tiba di sekolah, aku mendengar dari teman sekelasku bahwa Xiao Ling meninggal. Mereka mengatakan, saat dokter memeriksanya, dokter menemukan bahwa jantungnya telah hilang tanpa meninggalkan setetes darah di tubuhnya. Selain itu, urat darahnya dipenuhi dengan serangga kecil-kecil. Aku sangat terkejut dengan berita tersebut. Bagaimana bisa? Kemarin, ia terlihat baik-baik saja. Bagaimana ia bisa meninggal?

Setelah beberapa hari, hal-hal aneh mulai terjadi. Salah satu teman sekelasku meninggal. Tubuhnya ditemukan di halaman sekolah. Di dalam mulutnya ditemukan beberapa butir permen ungu. Seperti Xiao Ling, jantungnya hilang dan tidak ada setetes darah pun tersisa di urat nadinya, kecuali serangga. Beberapa hari kemudian, siswa lainnya meninggal dengan cara yang sama. Ia juga ditemukan dengan mulut berisi permen ungu.

Hal-hal aneh semakin berkembang. Malam itu, aku memutuskan untuk menelepon tetanggaku yang bernama Xiao Quan. Aku meyakinkannya untuk pergi denganku. Aku ingin pergi ke rumah di ujung selatan untuk melihat siapa yang membeli permen. Aku tidak berani pergi sendirian. Oleh karena itu, aku mengajak Xiao Quan yang pemberani. Kami bersembunyi di halaman rumah itu sambil melihat situasi di dalamnya. Mereka tidak tidur. Kami hanya bisa mendengar wanita itu sedang bersenandung. Aku tidak mengenali lagu yang dinyanyikannya.

Tiba-tiba, Xiao Quan berdiri dan mulai berjalan ke arah rumah. Aku berbisik padanya untuk mencoba memanggilnya, tapi ia tampaknya tidak mendengarku. Ia tetap berjalan ke arah rumah. Si laki-laki membuka pintu rumah dan membiarkan Xiao Quan masuk. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak tahu apa yang Xiao Quan lakukan di sana.

Aku mengendap-endap menuju ke arah rumah dengan bersembunyi di bawah bayang-bayang. Aku mengintip melalui jendela dan melihat ada seorang wanita tua yang sedang duduk di ranjang. Si laki-laki membawa Xiao Quan ke dalam kamar dan menyuruhnya berdiri di depan si wanita tua. Wanita tua itu mengarahkan jemarinya ke dada Xiao Quan.

Kemudian, dalam gerakan lambat, ia mengeluarkan jantung Xiao Quan. Bocah lelaki itu hanya berdiri di sana. Kepalanya merosot dalam gerakan lambat. Wanita tua itu mengarahkan jantung yang masih segar itu ke dalam mulutnya, lalu menggigitnya sedikit demi sedikit.

Aku sangat ketakutan sampai air mataku keluar. Aku menutup mulutku dengan kedua tangan karena takut aku akan berteriak sehingga mereka bisa menemukanku. Sementara aku melihat dengan ketakutan, wanita itu mengunyah jantung Xiao Quan sampai tidak ada yang tersisa. Sebelum mataku sempat berkedip, ia berubah kembali menjadi wanita muda cantik yang pernah kulihat sebelumnya. Ia kembali mengarahkan tangannya ke dada Xiao Quan. Tempat dimana ia baru saja merobek keluar jantung Xiao Quan, secara ajaib dadanya menutup kembali hingga tidak meninggalkan bekas luka.

Xiao Quan mengangkat kepalanya lagi. Ia lalu keluar dari rumah. Matanya terbuka lebar. Ia terlihat linglung. Ia berjalan ke arah rumahnya. Aku berlari kencang ke arah rumah. Lalu berbaring di ranjang sambil menggigil sepanjang malam karena takut untuk tidur.

Hari berikutnya, aku tidak berangkat sekolah. Aku berpura-pura demam agar bisa tinggal di rumah sambil memikirkan segalanya. Aku berpikir tentang wanita aneh yang tangannya meneteskan darah di rumah yang menjual permen ungu. Aku berpikir tentang wanita yang menjual permen beracun yang dimakan anak-anak. Aku berpikir tentang anak-anak yang mendengar nyanyian wanita itu, lalu anak-anak akan berjalan menuju ke rumahnya. Aku berpikir tentang wanita yang memakan jantung anak-anak untuk mengembalikan penampilan mudanya. Aku berpikir tentang wanita yang mengganti darah di urat nadi anak-anak dengan serangga untuk memanipulasi tubuh mereka.

Sementara aku berbaring di tempat tidur sambil berpura-pura sakit, aku mendengar kabar bahwa Xiao Quan meninggal. Aku tidak terkejut. Malahan, aku berharap hal itu terjadi. aku takut semua temanku akan mati satu per satu, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghentikannya. Siapa yang bisa kuberitahu? Siapa yang bisa kupercaya? Siapa yang mau mempercayaiku?

Jadi, selama beberapa hari berikutnya, anak-anak di desa mulai mati satu per satu. Semakin banyak anak yang mati, tapi tak ada seorang pun yang tahu kenapa. Tak ada seorang pun, kecuali aku.

Kemudian pada suatu hari, seorang wupo datang ke desa. Di China, wupo adalah dukun wanita. Sejak dokter tidak bisa menemukan hal aneh padaku, ibuku meminta wupo untuk datang melihatku. Wupo itu bisa membaca pikiranku. Ia tahu aku tidak sakit, tetapi aku hanya pura-pura. Aku memberitahunya semua yang telah terjadi.

Malam itu, wupo membawaku ke rumah dimana sepasang suami istri itu tinggal. Mereka sedang duduk di halaman. Sementara aku bersembunyi, wupo mengendap-endap ke halaman dan menaruh banyak jimat. Ia juga menggambar karakter kuno di dinding rumah.  

Pasangan itu merasa ada yang salah, sehingga mereka lari keluar. Wupo segera mengambil lonceng, lalu membunyikannya keras-keras. Pasangan itu berteriak kesakitan. Wupo mulai bergumam dan melakukan upacara sihir, sementara aku bersembunyi di belakang tumpukan kayu. Aku tidak bisa melihat apa pun, tapi aku bisa mendengar teriakan mereka yang menulikan telinga.

Kemudian, semuanya menjadi hening. Saat aku merangkak untuk mengintip, aku bisa melihat dua genangan darah di atas tanah. Aku sangat takut hingga jatuh pingsan di sana.

Saat aku bangun keesokan harinya, wupo memberitahuku bahwa pasangan itu telah mati. Ia mengatakan bahwa mereka sebenarnya goblin yang merubah diri mereka sendiri seperti manusia.

Segera, seluruh penduduk desa mengetahui apa yang terjadi. Wupo diminta untuk mengadakan upacara di seluruh kuburan anak-anak yang mati. Aku kembali ke sekolah hingga melupakan semuanya. Tapi, tak ada seorang pun yang pergi ke dekat rumah yang terkutuk itu. Dan tak ada seorang pun di desa yang mengizinkan anak-anak memakan permen ungu lagi.

I'm Not Dead

I'm Not Dead

Jenkins si tua sedang sakit parah, tapi ia tetap memberitahu semua orang bahwa ia baik-baik saja. Istrinya sangat khawatir sehingga ia mengirim Jenkins ke dokter.

Saat dokter sampai dan mencoba memeriksanya, Jenkins tua mengeluh sambil berkata, "Tidak ada yang salah denganku!"

"Tapi kau sedang sekarat!" kata si dokter.

"Itu tidak benar!" kata Jenkins tua.

"Jantungmu tidak berdenyut," kata si dokter.

"Aku belum mati," kata Jenkins tua sambil mendorong dokter keluar dari rumahnya.

Hari berikutnya, Jenkins tua meninggal dunia. Istrinya memanggil pengurus pemakaman. Saat ia sampai, ia membaringkan si laki-laki tua ke dalam sebuah peti mati. Kemudian, ia menyetir menuju gereja. Mereka mengadakan upacara pemakaman. Akhirnya, mereka membawa Jenkins tua ke pemakaman lalu menguburnya.

Pagi berikutnya, seorang polisi sedang berjalan pulang ke rumah setelah bekerja. Saat ia lewat pemakaman, ia melihat Jenkins tua sedang duduk di atas pembatas tembok.

"Kupikir kau telah meninggal dunia," kata si polisi.

"Aku belum mati!" balas Jenkins tua.

Si polisi berjalan melewati Jenkins tua menuju rumah milik lelaki tua tersebut. Lalu katanya, "Suamimu sedang duduk di pemakaman. Ia mengatakan dirinya belum meninggal!"

"Oh, jangan hiraukan dia," kata si wanita tua. "Ia sudah meninggal."

Hari berikutnya, seorang pemilik toko sedang berjalan pulang ke rumah setelah bekerja. Saat ia melewati pemakamam, ia melihat Jenkins tua sedang duduk di atas pembatas tembok.

"Apakah ini kau?" tanya si pemilik toko.

"Ya, ini aku," balas Jenkins tua

"Aku dengar kau sedang sakit," kata pemilik toko.

"Begitulah," balas Jenkins tua.

"Lalu kudengar kau meninggal dunia," kata si penjaga toko.

"Aku belum mati!" balas Jenkins tua.

"Bukankah mereka telah menguburmu kemarin?" tanya si pemilik toko.

"Apakah aku terlihat terkubur?" kata Jenkins tua.

"Tidak sih," kata pemilik toko yang berjalan pergi sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Hari berikutnya, seorang tukang pos sedang mengendarai sepedanya melewati halaman pemakaman saat ia melihat Jenkins tua sedang duduk di tembok pembatas.

"Ada berita apa?" tanya Jenkins tua.

"Tidak ada banyak berita," kata si tukang pos. "Kecuali aku mendengar Jenkins tua meninggal dunia."

"Itu tidak benar!" kata Jenkins tua.

"Bagaimana kau tahu?" tanya tukang pos.

"Karena akulah Jenkins tua," balasnya. "Aku belum mati!"

"Oh!" kata tukang pos sambil mengayuh sepedanya menjauh dari pemakaman secepat yang ia bisa.

Ia tidak berhenti mengayuh sepedanya sampai tiba di bar terdekat. Ia memarkir sepedanya, lari masuk ke bar, dan berkata, "Ada seorang laki-laki tua yang duduk di dinding makam. Ia mengaku sebagai Jenkins tua!"

"Itu tidak benar," kata pemilik bar.

"Mengapa tidak?" tanya si tukang pos.

"Karena Jenkins tua sudah mati," kata pemilik bar.

"Well," kata si tukang pos. "Mungkin seseorang harus memberitahunya!"

Kejadian ini terjadi selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan berikutnya. Penduduk di kota tersebut mulai khawatir. Semua orang tahu jika Jenkins tua telah mati... Semuanya, kecuali Jenkins tua itu sendiri.

Ia hanya duduk di atas dinding pemakaman, hari demi hari, berkata, "Aku belum mati!"

Ia akan sangat marah jika ada seseorang yang menentang dirinya.

Penduduk kota akhirnya melakukan pertemuan dan memutuskan mereka harus menyelenggarakan upacara pemakaman lagi. Mereka menggali lubang di pemakaman dan menaruh nisan lain. Tulisannya berbunyi:

"Di sini terbaring tubuh Jenkins tua. Lahir 1901 - Meninggal 2001."

Saat Jenkins tua membaca tulisan di atas nisan, ia tidak bisa mempercayai penglihatannya. Ia membacanya tiga atau empat kali.

Setelah keheningan yang panjang, ia berkata, "Well, mungkin ini benar... Mungkin aku sudah mati."

Sambil bilang begitu, ia melompat ke nisan, mengubah dirinya sendiri menjadi debu. Ia tidak lagi terlihat sejak saat itu.

The Lost Cellphone

The Lost Cellphone

Suatu malam, seorang wamita pulang larut malam setelah bekerja. Ia meletakkan tas jinjingnya di atas meja dapur. Ia mulai mencari-cari sesuatu di dalamnya.

Kemudian, ia sadar jika telepon genggamnya hilang. Ia tidak bisa mengingat kapan terakhir kalinya handphone itu ada padanya.

"Aku pasti telah menghilangkannya dalam perjalanan pulang ke rumah," ia berbicara pada dirinya sendiri.

Ia pergi ke lorong, kemudian mengambil telepon rumah dan menelepon nomor handphone-nya. Telepon berdering selama beberapa saat. Kemudian, seseorang mengangkatnya, tapi ia tidak mengatakan apa pun.

"Halo?" kata si wanita.

Tidak ada jawaban, tapi ia bisa mendengar suara napas orang di seberang sana.

"Halo? Bisakah kau mendengarku?" katanya lagi.

Tetap tidak ada jawaban, tapi suara napas itu semakin keras.

"Halo? Kau bisa mendengarku?" wanita itu bicara lagi.

Kemudian, orang di seberang telepon berkata dengan suara rendah, "Aku mendengarmu."

Kemudian, orang itu menutup teleponnya. Setelah itu, si wanita tetap menelepon nomor telepon genggamnya, tapi tak ada yang mengangkat. Akhirnya, ia menyerah.

Saat itu telah larut malam, wanita itu memutuskan untuk tidur. Saat ia naik ke lantai atas menuju kamar tidurnya, ia terkejut melihat telepon genggamnya tergeletak di meja rias. Telepon genggam itu dalam mode diam.

Nurse

Nurse

Seorang gadis baru saja menyelesaikan sekolah keperawatan. Ia mulai bekerja di sebuah rumah sakit baru. Walaupun dia menyukai pekerjaannya sebagai perawat, ia sulit akrab dengan orang-orang yang bekerja bersamanya. Mereka kebanyakan dokter muda yang baru saja menyelesaikan sekolah kedokteran. Masalahnya adalah mereka senang mengerjai satu sama lain.

Ia menemukan dirinya sulit utnuk tinggal di kediaman dekat rumah sakit karena mereka bekerja sampai tengah malam sehingga membuat kegaduhan. Si perawat telah bekerja sepanjang hari, jadi ia membutuhkan istirahat. Kapan pun ia memprotes tentang kelakuan mereka, dokter yang nakal hanya tertawa di depan wajahnya dan menyuruhnya untuk diam.

Si perawat akhirnya harus menyerahkan laporan dokter muda ke manajer rumah sakit, mereka semua mendapatkan masalah. Para dokter itu mulai benci pada perawat. Mereka menghabiskan waktu menyusun rencana untuk membalas dendam padanya. Akhirnya, salah satu dari dokter menyarankan ide yang sangat mengerikan. Dokter-dokter lainnya setuju untuk membantu.

Malam itu, mereka mendobrak kamar mayat di basemen rumah sakit. Di sana, mereka memotong sebuah lengan mayat. Kemudian, mereka mengendap-endap ke kamar tidur perawat. Mereka meletakkan potongan lengan tersebut di bawah seprai. Mereka menaruhnya di bawah tempat tidur supaya saat ia merubah posisi tidur, kakinya akan menyentuhnya.

Mereka berdiri di sekitar lorong sambil menahan tawa, menunggu perawat muda pergi tidur. Saat si gadis pergi ke kamar tidurnya, para dokter berhenti tertawa keras. Perawat curiga pada kelakuan mereka, tetapi ia terlalu lelah untuk peduli. Ia pergi ke kamar tidurnya dan menutup pintu di belakangnya.

Para lelaki menunggu dengan tak sabar di lorong sampai si perawat menemukan potongan lengan di tempat tidurnya. Tidak ada teriakan, tidak ada umpatan jengkel. Hanya keheningan.

Setelah beberapa waktu, para dokter menyerah. Mereka memutuskan untuk kembali lagi besok pagi. Mereka berasumsi bahwa mereka menaruh potongan tangan terlalu jauh ke bawah sehingga perawat tidak bisa merasakannya.

Pagi berikutnya, saat mereka bangun, dokter-dokter itu kembali untuk memeriksa perawat. Tidak mendapat jawaban saat mengetuk pintu, mereka memutar kenop dan masuk ke dalam kamar.

Ruangan tersebut terlihat benar-benar kosong. Para dokter mencari perawat di seluruh ruangan. Saat mereka membuka kamar mandi, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan.

Si perawat sedang membungkuk di depan kloset. Rambutnya berubah menjadi putih semua, bola matanya berputar ke belakang, dan ia benar-benar menjadi gila. Wajahnya seperti bertambah menjadi 20 tahun. Tapi yang paling buruk ialah ia sedang mengunyah potongan lengan.

Luxury Hotel

Luxury Hotel

Seorang ibu dan putrinya sedang berkeliling Eropa bersama-sama. Saat mereka tiba di Paris, mereka memesan kamar di sebuah hotel yang mewah. Sang ibu merasa tidak enak badan dan memutuskan untuk pergi tidur lebih cepat. Sang anak perempuan sedikit cemas dan memanggil dokter ke hotel. Dokter itu memeriksa ibunya dan menuliskan sebuah resep. Kemudian, gadis itu pergi ke kota untuk mencari obat bagi ibunya.

Apa yang seharusnya menjadi hal yang mudah, malah menghabiskan waktu berjam-jam karena si gadis tidak bisa berbahasa Prancis. Ia mencari ke penjuru kota dan akhirnya menemukan apotek yang masih buka. Akhirnya, gadis yang frustasi itu kembali ke hotel dengan membawa obat. Ia menemukan kamar ibunya sudah kosong. Ibunya seperti lenyap ditelan udara.

Kenyataannya, kamar hotel itu terlihat sangat berbeda. Karpetnya, kertas dindingnya, dan tirainya memiliki pola yang berbeda. Ranjang terlihat seolah-olah belum pernah ditempati sebelumnya. Kopor-kopor mereka tidak bisa ditemukan dimana pun.

Si gadis yang kebingungan menghentikan seorang tukang bersih-bersih di koridor, ia bertanya ibunya dimana. Tukang bersih-bersih hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Semua staf hotel menyangkal pernah melihat ibu dan anak perempuan itu sebelumnya. Manajer hotel bahkan berkata bahwa ia tidak memiliki catatan mereka pernah memesan kamar.

Pada titik ini, si gadis menjadi bingung. Ia melarikan diri ke kedutaan besar, dimana ia berharap mendapat simpati dari petugas. Bukannya memperoleh simpati, mereka meragukan jika ibunya benar-benar ada. Mereka berpikir gadis itu gila. Terjebak dalam mimpi buruk, gadis muda itu kemudian dikirim ke rumah sakit jiwa. Ia menghabiskan umurnya di sana, benar-benar menjadi gila.

Diary of a Girl

Ini adalah Lisa. Dia adalah temanku. Ayah dan ibuku tidak bisa melihatnya, jadi mereka mengatakan jika ia adalah teman khayalanku. Lisa adalah teman yang baik.

Hari ini, aku mencoba menanam bunga di halaman. Aku mencoba menanamnya di dalam kotak pasir, tetapi Lisa berkata jika itu adalah tempat ayahnya tidur. Jadi, aku menanam tanaman di sebuah mangkok kotor.

Lisa ikut ke sekolah bersamaku hari ini. Aku membawanya berkeliling dan mengenalkannya pada orang-orang, tetapi Mrs. Monroe marah karena ia tidak bisa melihat Lisa. Lisa menjadi sedih, jadi dia menyembunyikan penghapus papan tulis.

Kemarin adalah pesta ulang tahunku. Ibuku membeli pizza, tetapi tidak ada satu pun temanku yang datang. Lisa berkata orang-orang datang ke beranda, lalu pergi. Tetapi mereka meninggalkan hadiah-hadiah. Aku mendapat tiga boneka barbie, sepasang sepatu, dan uang lima dollar. Aku dan Lisa kemudian bermain dengan boneka-boneka barbie itu.

Mrs. Monroe hari ini tidak hadir dan penggantinya bernama Mrs. Digman. Ia cantik dan baik. Ia juga membiarkan kami memiliki waktu makan setelah pelajaran. Aku berharap Mrs. Digman tetap menjadi guru kami.

Hari ini, Jonathan Parker mencuri tempat pensilku. Mrs. Digman tidak dapat menemukan tempat pensil itu, jadi ia memaksa Jonathan Parker memberikan pensilnya padaku. Lisa juga datang ke sekolah, tetapi Mrs. Digman tidak bisa melihatnya. Ia berkata bahwa ia percaya Lisa benar-benar nyata.

Kemarin, aku dan Lisa berjalan-jalan jauh sampai bulan muncul di langit. Ayah benar-benar marah dan berkata Lisa itu pendusta dan bodoh. Lisa kemudian lenyap.

Hari ini Lisa tidak datang ke sekolah, tetapi Mrs. Digman berkata bahwa Mrs. Monroe tidak akan kembali.

Kemarin, ayah bekerja sepanjang hari. Ia tidak dapat datang untuk makan malam. Hari ini ia masih bekerja. Ibu membungkuskanku pudding untuk makan siang hari ini. Pudding adalah makanan favoritku.

Aku merindukan Lisa. Ayah benar-benar sibuk di kantor. Ia tidak pulang ke rumah akhir pekan ini. Ibu marah padanya. Aku ingin menulis sebuah surat untuk Lisa.

Untuk Lisa,
Aku merindukanmu. Tolong kembalilah. Aku minta maaf karena ayah jahat padamu. Kau adalah teman terbaikku.

Kemarin, Lisa kembali. Ia meminta maaf karena meninggalkanku. Aku memberitahunya ayahku tidak pulang ke rumah karena bekerja. Lisa berkata, ayahku dan Mrs. Monroe, keduanya tidur seperti ayahnya. Aku berharap mereka segera bangun.