Skip to main content

THE OPPOSITE OF SOULMATE


THE OPPOSITE OF SOULMATE - Ini berawal ketika putraku menginjak usia tiga tahun. Aku adalah seorang ibu rumah tangga beranak empat. Aku berprofesi sebagai perawat dan aku bekerja dengan sistem shift mingguan sehingga aku dapat mengajari pelajaran sekolah kepada putra bungsuku, Justin, yang tunarungu. Sedangkan kakak tiri Justin, anak dari pernikahanku yang sebelumnya, bertugas menjaga Justin saat aku pergi bekerja di akhir minggu. Suamiku, Mark, bekerja shift malam, sehingga ia tak banyak membantu dalam urusan merawat anak.

Mark adalah seorang polisi dan ia gemar mengoleksi mobil mainan. Mobil-mobil mainan favoritnya terpajang di etalase kaca yang mana memenuhi seluruh dinding ruang keluarga kami.

Suatu hari, aku dan putraku sedang bermain di ruang keluarga dengan mobil-mobil mainannya ketika tiba-tiba Justin melompat lalu berlari menuju etalase di dinding. Ia mengetuk di salah satu bagian kaca etalase kemudian berkata padaku, "Aku ingin mobil yang itu!"

Aku mengamati mobil-mobilan itu - yang modelnya tampak seperti dari tahun 1940an - lalu menggelengkan kepala sambil menjelaskan pada Justin kalau ia tak bisa bermain dengan mobil-mobilan Ayahnya, sebab mereka itu mobil yang istimewa, namun Justin terus merengek.
"Dulu aku punya mobil seperti itu." Ia bersikeras. "Jadi aku harus memilikinya."

THE OPPOSITE OF SOULMATE - Aku tercengang. "Kapan kamu punya mobil seperti itu? Apa nenek memberimu mainan yang tak ibu ketahui?"

" Tidak, aku memilikinya saat aku belum lahir." Ia menjawab. "Ketika aku dewasa dulu."

Aku terus mengalihkannya dan akhirnya berhasil, namun dalam hati aku terhenyak. Apakah putraku memiliki kehidupan di masa lalu?

Aku coba menanyainya pertanyaan-pertanyaan remeh, seperti dimana ia tinggal sebelum ia lahir. Ia memberitahuku bahwa mulanya ia tinggal di Siam (aku mencarinya di google dan mengetahui bahwa Thailland dulunya bernama Siam... yang seharusnya tak diketahui Justin) tapi kemudian ia meninggal lalu terlahir di India, dimana ia meninggal lagi.

Pada kehidupannya yang ketiga, ia terlahir di Yerusalem. Pada kehidupan yang ke empat, ia hidup di Jerman. Dan kehidupannya saat ini, dia menerangkan, adalah hidupnya yang ke lima (atau yang ia sebut sebagai kelahiran yang ke lima).

Setelah ia bertambah usia, sekitar lima atau enam tahun, kucoba untuk menanyainya lebih jauh, seperti apa yang ia lakukan di kehidupan-kehidupannya yang dulu. Ia pun menjelaskan. Di Siam, tuturnya, ia dan temannya mencuri untuk hidup. Di India, ia menangani banyak wanita, menjajakan mereka pada kaum pria demi uang. Di Yerusalem, ia menjual perhiasan palsu pada "orang asing", yang ku asumsikan sebagai turis atau mungkin pelancong. Di Jerman, ia mengepalai sebuah kamp dimana banyak orang tewas. Pada kehidupannya di Jerman itulah, ia memiliki satu mobil mewah. Sebuah pola mulai terlihat olehku dan itu menakutkan. Di kehidupan masa lalunya, Justin adalah maling, germo, penipu, dan seorang Nazi.

Kini Justin telah beranjak sebelas tahun, dan sekitar seminggu yang lalu saat kami tengah sarapan, entah mengapa tiba-tiba ia mulai meracau tentang masa lalunya.

"Sebelum aku lahir ke dunia, sesosok wanita datang berbicara padaku," ia menghela nafas.

" Apa yang dikatakan wanita itu?" Aku bertanya, merasa was-was, kalau putraku ini mungkin mengidap gangguan jiwa.

"Ia memberitahukan tugasku." Jawab Justin.

Aku semakin mendesaknya untuk bicara lebih banyak, ia pun menjelaskan.

"Saat di Siam, seharusnya aku mencari seorang wanita tua dan mencuri hidupnya. Di India, ada seorang gadis kecil yang hidupnya harus ku ambil. Di Yerusalem, sasaranku adalah wanita pelancong. Di Jerman, wanita itu adalah tahanan Yahudi mungil favoritku.

THE OPPOSITE OF SOULMATE - Aku sangat syok, berharap kalau semua ini hanyalah potongan imajinasinya saja.
"Namun mereka adalah wanita yang sama." Ia melanjutkan. "Dahulu sekali, sebelum aku lahir untuk pertama kalinya, wanita itu membunuh ibuku selagi aku masih berada dalam kandungannya. Dan ibuku, wanita yang mendatangiku, ingin menuntut balas."

Aku sudah siap untuk menelpon psikolog anak ketika Justin mengatakan sesuatu yang mendinginkanku sampai ke tulang.

"Biasanya aku harus mencari dulu wanita itu, tapi kali ini nampaknya tak perlu susah-susah." Kemudian ia meraih pisau mentega lalu menodongkannya padaku. Untungnya aku adalah wanita dewasa dan ia hanyalah bocah kecil. Ku rebut pisau itu lalu kupanggil ayahnya.

THE OPPOSITE OF SOULMATE - Setelah itu Justin kami kirim ke fasilitas penanganan sakit jiwa untuk sementara. Ia bertingkah manis padaku, tapi aku sudah tahu niatnya. Dan belakangan ini aku jadi sering bermimpi digorok perampok, dipukuli germo sampai mati, diculik salesman lalu dicekik. Atau dijadikan tahanan sekarat oleh pria botak jahat Nazi.

Kini aku tahu siapa putraku yang sebenarnya. Dia sama sekali bukan darah dagingku. Tak cukup kalau hanya di bunuh. Aku juga harus memusnahkan jiwanya.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...