Sunday, September 24, 2017

Ryoumensukuna - Bagian 3 (FINAL)


Maaf sekali lagi. Komputerku mendadak mati lagi.

Dia: Para pendiri grupnya mengerikan. Anggotanya hanya memakai gehou.

Aku: Gehou?

Dia: Agar lebih simpel, kata itu mencakup hal-hal yang sebaiknya tidak kau lakukan berdasarkan ajaran agama buddha-sihir. Kau mungkin ingat kalau Tachikawa-ryu, sebuah sub sekte dari sekte Buddha Shingon, telah diserang karena dianggap jahat dan menggunakan ilmu sihir... Tapi sesungguhnya, tidak sesederhana itu.

Aku: ...Apa maksudmu yang sebenarnya?

Dia: Tidak ada catatan apapun yang tersisa dari waktu itu, dan banyak orang yang terlibat menggunakan nama samaran. Tidak pernah ada yang muncul dan mengakui keterlibatannya, bahkan jika grupnya masih ada, mereka mungkin tidak punya koneksi ke para pimpinan yang sekarang. Mungkin aku bisa memberimu sebuah nama... Mononobe Tengoku. Dia adalah pemimpinnya.

Aku: Mononobe Tengoku? Itu adalah sebuah nama samaran, betul?

Dia: Ya, betul. Dan ketika dia pergi ke acara pameran orang aneh itu, dia membayar uang dalam jumlah banyak untuk beberapa... Keanehan. Termasuk si kembar siam yang kau lihat.

Aku: Dan...?

Dia: Apa kau tahu sesuatu tentang racun (蠱毒)? Huruf kanjinya memberi pentujuk tentang sebuah kutukan. Jika kau melihatnya, terdapat tiga "serangga (虫)" di dalamnya.

Aku: Aku sudah mendengar jika kau meletakkan segerombol serangga beracun ke dalam sebuah toples, kau bisa membuat sebuah kutukan memakai serangga yang paling terakhir bertahan hidup. Apa itu yang kau maksud? (Sebetulnya aku membaca hal itu di dalam manga, LOL!)

Dia: Itu dia! Bagaimana kau bisa tahu tentang hal itu? Luar biasa.

Aku: Um... Ya... Bagaimana pun juga, apa hubungannya dengan semua ini?

Dia: Baik, Tengoku memakai metode itu pada manusia.

Aku: Apa?! Dia mengunci segerombol orang bersama di dalam sebuah ruangan? Kau bercanda kan?

Dia: (Dia terdengar marah pada komentarku itu.) Aku hanya mengulang apa yang ayahku ceritakan padaku. Jika kau tidak percaya, aku bisa berhenti bicara.

Aku: Maafkan aku!... Tolong, lanjutkan.

Dia: Baik. Jadi, memakai kisah kecil tentang kutukan itu sebagai inspirasi, Tengoku memutuskan untuk mencobanya pada manusia. Aku tidak tahu dimana letak markas pusat grup itu berada, tapi dia menyelenggarakan percobaannya di sebuah ruang tersembunyi di ruang bawah tanah disana. Dan, manusia terakhir yang hidup di ruang itu adalah si kembar siam yang kau lihat.

Aku: Berapa lama mereka dikunci di ruang itu?

Dia: Aku tidak tahu detail pastinya, tapi hal itu cukup lama untuk mereka yang berada di dalam, hingga mulai menjadi kanibal dan memakan teman-teman mereka hingga memakan dan meminum eksresi (kotoran dan urin) mereka sendiri. Hal itu yang terlintas dalam pikiranku.

Aku: Aku tidak bisa bener-benar mengatakan jika aku mau membayangkan hal itu.

Dia: Baik, kelihatannya Tengoku mungkin merancang seluruh eksperimen agar si kembar siam menjadi satu-satunya yang bertahan hidup. Makhluk aneh lainnya sudah terluka parah akibat pedang atau benda tajam lain dan lalu dimasukkan ke dalam ruang itu. Si kembar siam mengingatkan Tengoku pada Asura, dewa tingkat rendah dalam agama buddha dengan banyak wajah dan anggota tubuh. Tengoku sungguh terpesona dengan ciri kedewaan mereka (atau karena betapa tidak menyenangkan penampilan mereka?).

ANDA JUGA MUNGKIN MENYUKAI

No stories available.

Aku: Aku mengerti....

Dia: Si kembar siam selamat, tapi pada akhirnya mereka hanya sebuah alat bagi Tengoku. Mereka kemudian dikunci di ruangan lain hingga mati kelaparan. Mereka kemudian dibalsem (mumifikasi) dan di klaim sebagai shinsokubutsu. Hal itu, menurut ayakhu, adalah bagaimana Ryoumensukuna dibuat.

Aku: Apa tepatnya Ryoumensukuna itu?

Dia: Aku minta maaf karena tidak memiliki semua informasi, tapi rupanya dalam beberapa legenda, Ryoumensukuna adalah makhluk berkepala dua dengan empat tangan. Si kembar siam dinamai sesuai legenda itu.

Aku: Ohhhh...

Dia: Tengoku menggunakan si Ryoumensukuna yang kau tahu tadi sebagai dewa utama yang disembah di kelompok aliran miliknya. Sebagai semacam jimat terkutuk. Dia percaya telah menciptakan sebuah iblis yang tiada bandingannya, bahkan mampu membunuh orang lain. Orang-orang yang lebih berkuasa darinya.

Aku: Siapa target kutukannya?

Dia: ...Ayahku berpikir kalau targetnya adalah negara Jepang.

Aku: Jepang? Apakah Tengoku benar-benar sudah gila?

Dia: Hal itu pastinya mungkin terjadi. Tapi kutukan itu punya kekuatan lebih. Dia menaruh sesuatu di dalam perut Ryoumensukuna...

Aku: Apa?

Dia: Tulang-tulang orang jaman dulu. Mereka sudah dibasmi oleh orang Yamato, barangkali oleh orang Matsurowanu. Dengan kata lain, mereka yang dianggap oleh pengadilan Yamato sebagai pengkhianat. Para pemberontak. Tengoku mengambil debu yang tersisa dari tulang mereka dan menaruhnya di dalam perut si kembar siam.

Aku: Bagaimana dia mampu melakukan hal semacam itu...?!

Dia: Kau mungkin mendengar hal semacam ini di TV dan surat kabar. Kau tahu bagaimana saat reruntuhan kuno dan makan-makam digali, terdapat beberapa pekerja bayaran? Aku rasa dia bisa menyelinap dalam salah satu proyek penggalian... Dan lalu dia mencuri tulang-tulang dari situs galian disana-sini.

Aku: Untuk beberapa alasan, hal itu membuatku ingin lebih percaya pada kisahnya...

Dia: Betulkan? Hal itu juga yang kupikirkan. Dan mendengar semua bencana yang terjadi di era Taisho:

1914 (tahun ke-3, Era Taisho): Sakurajima meletus, melukai 9600

1914 (tahun ke-3, Era Taisho): Gempa Prefektur Akita, 94 tewas

1914 (tahun ke-3, Era Taisho): Tambang batubara Houjou meledak, 687 tewas

1916 (tahun ke-5, Era Taisho) Kebakaran besar di Hakodate

1917 (tahun ke-6, Era Taisho): Banjir bandang daerah timur Jepang, 1300 tewas

1917 (tahun ke-6, Era Taisho): Ledakan tambang batubara Kirino, 361 tewas

1922 (tahun ke-11, Era Taisho): Tanah longsor di Oyashirazu menyebabkan gerbong-gerbong kereta berjatuhan ke Laut Jepang, 130 tewas

1923 (tahun ke-12, Era Taisho): 1 September, Gempa besar Kanto menyebabkan 142,800 orang menghilang dan tewas

Aku: Apa artinya semua itu?

Dia: Setiap bencana itu terjadi setelah Ryoumensukuna dipindah ke lokasi tersebut.

Aku: Sial! Kelompok aliran itu punya beberapa cabang di semua area itu? Atau hal itu hanya sebuah kebetulan? (Pemikiran itu membuatku ingin tertawa.)

Dia: Kupikir hal itu juga cukup biadab. Bencana terbesar Era Taisho, kebanyakan adalah gempa bumi, betul? Puncaknya, Tengoku tewas hari itu, sesaat sebelum gempa.

Aku: Dia tewas?

Him: Hal itu adalah sebuah binuh diri, demikian yang kudengar. Terdapat rumor jika dia bukan seorang berdarah Jepang murni...

Aku: Bagaimana dia tewas?

Dia: Dia menggorok lehernya sendiri dengan sebuah katana. Di depan Ryoumensukuna. Dia menulis kata-kata terakhirnya dengan darahnya sendiri...

Aku: Apa yang dia tulis?

Dia: Jepang akan runtuh

Aku: ...Dia menulis itu sesaat sebelum gempa?

Dia: Ya.

Aku: ...Itu hanya kebetulan, ya kan?

Dia: ...Itu mungkin saja sebuah kebetulan.

Aku: Dimana Tengoku dan Ryoumensuke saat...?

Dia: Mereka berada di tepi pantai dekat pelabuhan Sogami. Tidak jauh dari pusat gempa bumi.

Aku: ...Bagaimana Ryoumensukuna bisa sampai ke Iwate setelah itu?

Dia: Hanya hal itu yang tidak mau ayahku ceritakan padaku.

Aku: Waktu itu, kudengar dia bilang sesuatu seperti "Kenapa tidak kau kirim itu ke Kyoto waktu itu?!" padamu... Apa yang dia maksud?

Dia: Hm. Aku tercengang jika kau bertanya hal itu... Sudah lebih dari 30 tahun yang lalu, tapi aku pernah satu kali berencana menjadi seorang pendeta dan mengambil alih tugas ayahku, kadangkala. Tapi, aku melalaikan terlalu banyak tugasku dan sadar hal itu bukan untukku. Setelah itu, kuilnya mulai ditinggal pengunjung... Dan hanya itu yang bisa kukatakan.

Aku: Oh... Dimana Ryoumensukuna sekarang?

Dia: Aku tidak tahu. Aku belum melakukan kontak apapun dengan ayahku selama beberapa hari ini... Setelah kami mengangkut peti itu, dia dibuntuti oleh sebuah mobil aneh.

Aku: Huh... Ini mungkin sebuah pertanyaan yang aneh, tapi kau bilang tidak akan menceritakan padaku semuanya... Jadi kenapa kau bercerita begitu banyak padaku?

Dia: Ayahku telah berkata sebelumnya, kan? Aku minta maaf, tapi kau tidak akan bisa hidup lebih lama lagi.

Aku: ...

Dia: Aku akan mengakhirinya. Jangan telepon lagi kesini.

Aku: ... Terima kasih.

Itulah ringkasan poin penting percakapan kami di telepon... Jujur saja, aku tidak percaya banyak hal yang dia ucapkan. Tetap saja, aku merasa sedikit sakit, jadi aku akan istirahat di ranjang. Maaf karena membagi cerita ini ke dalam banyak bagian, dan maaf telah membuat kalian semua menunggu.

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat