Skip to main content

Kittens


Suatu hari ada seekor kucing milik seorang gadis kecil telah melahirkan dan akhirnya punya beberapa anak kucing, tapi anak-anak kucing itu menghilang setelah beberapa hari mereka dilahirkan. Si gadis pun bertanya kepada ibunya "apa yang terjadi pada mereka, Bu?". Ibunya hanya berkata, "Tuhan mengambil mereka, sayang."

Beberapa bulan kemudian, kucing milik gadis kecil itu melahirkan lagi. Ibunya lalu menyuruhnya untuk membantu mengerjakan beberapa tugas rumah, tapi sebelum ia lekas pergi membantu ibunya, gadis kecil itu mendengar suara langkah kaki mendekat yang tak lain adalah ayahnya; yang sedang membawa ember penuh berisikan air. Gadis itu bersembunyi sambil melihat ayahnya memasukkan anak-anak kucing miliknya ke dalam karung, lalu menenggelamkannya di ember penuh air tadi.

Setelah itu, si gadis pun bertanya kembali ke ibunya "apa yang terjadi pada mereka, Bu?". Ibunya hanya menjawab, "Tuhan mengambil mereka, sayang."

Beberapa hari kemudian, ibunya meminta tolong agar si gadis kecil itu mengawasi adiknya yang sedang mandi di bathtub, sementara si ibu mengangkat telepon yang berdering. Beberapa saat kemudian ibunya kembali dan menjerit, ia melihat anak laki-lakinya mengapung dengan wajah telungkup di bathtub (mati). Gadis itu melihat ke wajah ibunya seraya berkata, "Tuhan mengambilnya, Bu."

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...