Skip to main content

SOSOK ITU

Keringatku membanjiri tubuhku yang berdiri gemetar, Memperhatikan ruangan sekitar yang tak lain adalah kamarku sendiri. Aku menangis keras saat melihat ayahku terbujur kaku disudut kamarku, dengan wajah hancur berlumuran darah hingga sangat sulit dikenali, sekitar 1 meter disebelah kanannya tergeletak mayat ibuku yang tak kalah mengenaskan, ia berbaring dengan isi perut yang terburai keluar.

Dadaku terasa sesak untuk bernafas, gemetar disekujur tubuhku belum mereda, hingga aku menoleh kesebelah kananku,
sosok itu menatapku lekat-lekat, dengan baju putih yang penuh bercak darah, tangan kanannya menggemgam pisau yang penuh darah.
"Tidak salah lagi" pikirku "ia yang membunuh kedua orang tuaku"

Aku masih terus menatapnya, begitupun dia, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Hingga aku memberanikan diri untuk berbicara padanya,
"kau yang melakukan ini semua ??" tanyaku "kenapa ??"
tak ada jawaban, ia hanya diam sambil menatapku lekat.
kami saling bertatapan cukup lama, samasekali tak ada sepatahpun kata, hanya suara nafasku yang berat lah yang kudengar siang itu.

Dengan isak tangis yang belum mereda, kembali ku menoleh dan menatap sosok itu.
"aku tahu mereka bukan orang tua yang baik, tapi kau tidak perlu melakukan sejauh ini..." ujarku sambil menyeka air mataku dengan telapak tanganku.
"kini aku sendirian, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi..."

Aku menoleh lagi menatap sosok itu, kini wajahnya juga penuh noda merah, merah darah, ya...! itu darah....
aku memandang ngeri sosok itu, lalu tiba-tiba ia tersenyum....

Aku masih menatapnya....
"kau benar, " ujarku "mereka memang sudah kelewatan, mereka pantas mendapatkan itu" tambahku sambil berpaling menatap mayat kedua orang tuaku.
Kembali ku menatap sosok itu, ia tersenyum, entah bagaimana akupun mulai tenang, nafasku mulai teratur, detak jantungku sepertinya kembali normal.

Kutatap sosok itu lagi, dan kini kami sama-sama tersenyum. "Baiklah kawan, sampai jumpa lagi" ucapku seraya berlalu pergi dari hadapan cermin besarku.
"well, bagaimanapun sore ini aku sudah ada janji dengan kekasihku debbie, aku harus mandi" ujarku, lalu meletakan pisau dan baju putihku yang kotor itu didekat wastafel

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...