Skip to main content

Red Flavor

"Hallo 911"
"Maaf, kau salah sambung." ujar Abigel
"Tunggu, tunggu sebentar.. jangan tutup telfonnya. Bisakah... bisakah kau menolongku? Ku mohon."
"Menolong apa?" tanya Abigel.
"Aku.. aku sedang di sekap di sebuah rumah, aku ingin kabur tapi tak bisa. Tolonglah aku. Aku takut."
suara tangis terdengar dari sebrang telfon, Abigel mengiba.
"Aku akan telfon Polisi." ujar Abigel.
"Tidak, tunggu! Jangan tutup telfonnya. Aku mohon, aku ketakutan."
"Tapi, aku akan.."
"Jangan ku mohon, jangan tutup telfonnya." selanya.
"Baiklah, dimana posisimu sekarang?
aku akan memberitahu Polisi menggunakan telfon rumahku." ujar Abigel.
"Aku sekarang berada di dalam lemari pakaian milik penculik tersebut. Cepatlah tolong aku, disini gelap. Aku terluka. Luka di kakiku begitu parah, darah terus mengalir. Aku takut persembunyianku diketahui olehnya."
"Kau tau alamat dimana kau berada?" tanya Abigel.
"Entahlah, aku.. aku tak tau. Kau bisa melacak ku menggunakan gps milikmu?"
"Akan ku lihat sebentar." ujar Abigel.
Abigel melihat layar ponselnya, memeriksa gps si penelfon.
Ia tercekat ketika melihat lokasi si penelfon.
"Ini.. alamat rumahku."
Abigel mematikan telfonnya dan berlari menuju kamarnya.
Ia begitu shock.
"Tenang Abigel, mungkin itu hanya seseorang yang sedang mengerjaimu." gumam Abigel.
Ia mencoba menenangkan dirinya dan berbaring diranjangnya.
Tik tik tik
Suara tetesan air mengganggunya.
Ia bangkit dari ranjangnya dan memeriksa kamar mandi.
"Aneh sekali, kerannya tidak bocor. Apa di luar hujan?" gumamnya heran.
Ia melihat keluar jendela, tapi cuaca cerah ketika itu.
Tik tik tik
Ia mencoba menulusuri rumah, mencari suara itu berasal.
Ia melihat genangan merah dibawah lemarinya.
Air berwarna merah menetes dari celah pintu lemari.
Abigel mencoba membukanya, ia hampir berteriak ketika melihat isi lemari miliknya.
Seorang pria sedang mengirisi kakinya sendiri di dalam lemari seraya menggemgam ponsel.
"Mengapa kau memuntuskan telfonnya?" ujar pria itu menatap tajam Abigel.
Abigel seakan membeku, terdiam terkejut.
Pria itu mencoba mendekati Abigel.
Abigel dengan reflek menutup pintu lemari dan menguncinya.
Pria itu berteriak, "Keluarkan aku, bukankah kau mau menolongku!"
Abigel mencoba menghubungi Polisi, mereka bilang akan datang 20 menit lagi.
Pria itu berteriak, memberontak di dalam lemari.
Ia cukup kuat untuk menjebol pintu lemari.
Dengan nafas yang memburu, ia mencari Abigel.
...
"Red flavor, kau penasaran sayang?
Rasanya seperti stroberi yang meleleh ketika kau menggigitnya." ujar pria tersebut seraya menggigiti tangannya yang terluka.
"mmmph.." jerit Abigel tertahan karena selotip yang membekap mulutnya.
"Yang paling aku suka adalah rasa musim panas.
Aku ingin tidur di bawah pohon palem, saat angin musim panas bertiup"
Abigel menangis, wajahnya merah padam.
"Kita 19 tahun, mudah jatuh cinta.
Kita berdua lucu dan keren juga.
Aku menyukaimu, cinta pada pandangan pertamaku.. Abigel.
Aku terus memikirkanmu.
Aku ingin pergi kemamapun aku mau."
Pria tersebut menyeret Abigel ke belakang rumah.
"Aku membuka pintu dengan tujuh warna pelangi.
Duniamu mengagumkan, menakjubkan sekali."
Pria itu mengambil silet, dan menyileti Abigel, tepat dilokasi jantungnya.
"Warna cintamu lebih merah dari matahari.
Aku akan menerimanya, aku ingin melakukan apa yang aku mau."
Wajah Abigel memucat, tatkala sebuah silet menggores kulitnya.
"Lihatlah aku, apa yang kau pikirkan?
Apa yang bisa kita lakukan hari ini?
Aku bayangkan apa yang aku mau." ujar pria tersebut dan mengecup lembut Abigel.
...
Sirine mobil Polisi berbunyi.
Polisi datang dan menemukan kedua mayat bersandar di Pohon.
Sebuah kalimat tertulis di tembok belakang rumah...
"Red Flavor."

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...