Skip to main content

Kotoribako - Bagian 1


Aku tidak pernah memiliki 'sixth sense' atau semacamnya. Aku bahkan tidak pernah menyangka akan mengalami kejadian seperti ini. Jadi, aku akan menuliskan ceritaku disini.. aku bahkan sudah mendapat ijin dari temanku, jadi aku rasa semuanya akan baik-baik saja.

Seperti yang aku bilang di awal, aku tidak memiliki kemampuan sixth sense' sama sekali. Karena itulah, aku tidak dapat menjelaskan apakah cerita ini berhubungan dengan arwah atau iblis.

Begini ceritanya... aku mempunyai teman yang memiliki kemampuan 'sixth sense' yang luar biasa.. kami sudah saling kenal sejak SMA, dan walaupun saat ini kami hampir berumur 30 tahun.. kami tetap sering 'hangout' dan menjaga persahabatan kami.

Ayahnya adalah seorang pendeta di kuil Shinto di kota kami, dan keluarganya secara turun temurun berprofesi sebagai pendeta. 2

Temanku juga memiliki pekerjaan yang normal , tapi jika ada acara atau perayaan ritual setempat.. dia akan membantu ayahnya, menjadi pendeta pendamping..

Suatu hari, aku pergi bersama teman-temanku dan memutuskan untuk berkumpul di apartemenku. Tidak banyak yang ikut pergi, hanya ada empat orang..

Aku (Kouji), Mamoru, Riho (kekasih Mamoru), dan Haruna.

Lagi-lagi Haruna datang terlambat, jadi kami bertiga menunggunya sembari berbincang..

Tiba tiba, Haruna menelponku, "Hey, maaf.. lagi-lagi aku terlambat (teehee). Aku menemukan sesuatu yang menarik di gudang keluargaku".

Ketika aku ingin menjawabnya, dia langsung memotong pembicaraan dan berkata. "Hey Kouji, kau ahli dalam hal puzzle, riddle, dan semacamnya kan? Aku akan membawa benda ini kesana, tunggu yaaaa."

Haruna menutup telepon sebelum aku sempat mengatakan apapun.. kami bertiga kembali berbincang, 40 menit kemudian.. akhirnya Haruna tiba..

Mamoru tiba-tiba bertingkah aneh. Dia juga mulai mengatakan hal-hal yang ganjil.

"Sial, ini sama sekali tidak bagus," dia terdiam merenung. "Apa yang harus aku lakukan? Ayah sedang pergi hari ini..."

"Huh? Mamoru?" Aku mencoba membuatnya tenang.

"Apa kau melihat yang 'lainnya'?" Ujarnya

"Apa kau baik baik saja?" Riho berusaha menenangkan Mamoru.

"Apa yang kau lihat? Apa yang kau maksud dengan 'lainnya'?"

"Tidak," dia menggeleng dan berkata, "Aku tidak melihat apapun... Hahah!... Sial, Kouji. Sial. Haruna... apa yang, ah... sial. Kau pasti bercanda..."

Mamoru adalah orang yang tenang, cukup aneh melihatnya sampai histeris seperti ini. Kami tahu dia punya kemampuan khusus. Tapi, Mamoru tidak pernah menunjukan atau mengatakan pada siapapun apa yang dia lihat.

Aku bisa mendengar suara langkah kaki Haruna di sepanjang lorong menuju apartemenku. Wajah Mamoru semakin pucat ketika Haruna tiba.

"Haruna... Apa yang kau bawa bersamamu? Bisa tunjukkan padaku?"

"Huh? Tunggu, maksudmu aku membawa benda yang tidak seharusnya kubawa?" Haruna langsung menyadari ada sesuatu yang aneh.

"...Yea."

"Ini", katanya sambil mengeluarkan sebuah kotak kayu dari dalam tasnya. "Saat aku sedang menaruh barang-barang bekas di gudang, aku menemukan kotak ini."

Haruna menaruh kotak itu diatas meja, kami semua mengamati kotak itu. Sebuah kotak kayu sempurna, berukuran delapan inci, dan sama di setiap sisinya.

Ketika Haruna menyebutkan tentang puzzle di teleponnya, aku tidak menyangka kalau yang dimaksud adalah kotak kayu di depanku ini..

"Jangan sentuh kotak itu!" Mamoru berteriak. "Tinggalkan disana, jangan pernah ada yang mencoba menyentuhnya!"

Seketika itu juga, Mamoru beranjak dari tempatnya menuju ke kamar mandi. Mamoru langsung muntah-muntah, Riho menyusul Mamoru untuk memastikan apa dia baik-baik saja.

Mamoru tidak berkata apapun saat kembali, dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon ayahnya.

"Ayah... temanku... dia membawa kotoribako kesini. Aku takut yah, aku tidak ingin seperti kakek. Aku tidak dapat melakukan apapun!"

Dia menangis, aku tidak percaya dan bingung. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Sampai membuat seorang pria berumur 29 tahun menelpon ayahnya, sambil menangis ketakutan?...

"Yea, masih tertutup", dia kembali berbicara sambil mengontrol tangisannya. "Tidak ada apapun yang melekat". Dia mendengar baik-baik petunjuk dari ayahnya.

"Terlihat sedikit berantakan... Aku tidak tau berapa banyak... Ya, aku akan mengatakan pada mereka untuk tetap tenang, mereka akan baik-baik saja... Aku rasa Tujuh, dan ada segitiga ditengahnya.. Itu berarti tujuh kan?? Aku rasa aku benar.. Tapi, aku masih tidak yakin.. Jika Tujuh memiliki segitiga kecil, berarti itu tujuh.. aku sangat yakin!!! Benarkah aku!?"

Percakapan mereka berakhir, jujur aku tidak paham dengan kotoribako  dan arti Tujuh yang diucapkan Mamoru. Mungkin itu adalah kata-kata yang hanya dimengerti oleh para pendeta..

"Aku mengerti, aku akan melakukannya.. Jika aku tidak berhasil, maka yang lain pasti akan melakukannya.. Aku pasti bisa", dia bergumam sambil menangis..

"Aku baik-baik saja", dia kembali ke tempat kami.. Kali ini dia terlihat lebih seperti tertekan daripada ketakutan.

"Kouji... bisa berikan aku cutter atau pisau?"

.

"Hey, apa yang kau rencanakan? Katakan padaku!! Aku tidak akan memberikannya sebelum tahu alasannya."

"Aku tidak akan membunuh siapapun, jika itu maksud dari pertanyaanmu. Aku harus membersihkan Haruna", dia menengok ke arah Haruna. "Haruna... jangan takut, oke? Kau mungkin berpikir aku gila, dan kau mungkin akan menyalahkan dirimu sendiri. Tapi, aku ingin kau tetap tenang." Haruna mengangguk..

Mamoru kembali menatap aku dan Riho. "Kalian juga tenang! Jangan takut. Aku tidak akan kalah! Kau dengar?! Aku disini!!! Jangan takut!", dia mengambil napas dalam-dalam. "Aku tidak akan main-main lagi.. aku akan melakukannya! Sial. Siall!" Dia berteriak sembari melawan rasa takutnya sendiri.

Haruna menangis, aku dan Riho hanya bisa diam dan menyerahkan semuanya pada Mamoru..

"Sekarang, ambilkan aku pisau."

Aku berlari ke dapur, mengambil pisau dan segera kembali ke ruang tengah.

"Kouji.. aku ingin kau mencubitku. Cubit di bagian paha dalamku, tidak usah berpikir banyak.. lakukan saja!"

Aku tidak tahu kenapa dia ingin aku mencubitnya.. aku hanya menuruti perkataannya, aku mencubitnya dan sedikit kupelintir.

Mamoru berteriak kesakitan, dia lalu mengambil pisau dan menggores telapak tangan serta telunjuknya.

"Haruna, buka mulutmu!" Haruna membuka mulutnya dan Mamoru memasukkan telunjuknya yang dilumuri darah. "Minum darahku! Aku tidak peduli apa yang kau rasakan, tapi cepat lakukan!"

Aku melihat air mata Haruna menetes. Aku tidak mengerti, apakah karena rasa darah yang tidak enak, ketakutan atau rasa bersalah..

Aku tidak yakin apakah itu mantra atau doa, tapi Mamoru terus mengulang bacaan itu. Apapun yang Mamoru serukan, terdengar seperti bait puisi suci.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...