Skip to main content

Bad cat

"Ayah, mengapa Whiskers selalu meninggalkan tikus mati di depan rumah kita?" Tanya putriku yang manis dengan polosnya. 9

Aku senang sekali dengan rasa ingin tahunya yang besar. "Begini sayang, penjelasannya agak lucu. Kucing tak mengerti bahwa kita manusia tidak berburu seperti mereka, jadi mereka membawa tikus-tikus kemari untuk membantu kita karena berpikir bahwa kita adalah kucing yang payah."

Kemudian, aku mengantar gadis mungilku tidur lalu kukecup keningnya dan kedua matanya mulai terpejam. Setelah itu aku kembali ke pekerjaanku untuk menyempurnakan rencana besarku. Malam ini adalah saatnya. Malam dimana aku akan menuntut balas pada si brengsek yang telah merenggut nyawa ibu putriku dari kami. Ku selesaikan susunan rencanaku, menyiapkan peralatan, lalu pergi menuju rumahnya.

Namun dia tak ada. Aku tak mengerti-aku sudah mengawasi setiap gerak-geriknya dengan seksama. Seharusnya dia ada di sini. Akhirnya aku putuskan untuk kembali, merasa frustasi dan bingung, mulai meratapi nasib istriku lagi atas ketidakadilan hukum yang menampar kami. Dengan lunglai aku membuka pintu rumah.

Dan aku melihat lelaki itu.

Atau setidaknya, mayat lelaki itu. Tergeletak kaku di lantai. Seseorang menusuknya sampai mati, namun genangan darahnya sudah dibersihkan. Tanpa kekacauan sedikitpun. Otakku mulai dipenuhi kabut kebingungan, kesedihan, dan kemurkaan. Hingga kemudian aku mendengar pintu kamar putriku berderit membuka.

"Jangan khawatir ayah, aku tahu ayah memang payah dalam hal ini, jadi aku ingin membantu ayah."

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...