"Ayah, mengapa Whiskers selalu meninggalkan tikus mati di depan rumah kita?" Tanya putriku yang manis dengan polosnya. 9
Aku senang sekali dengan rasa ingin tahunya yang besar. "Begini sayang, penjelasannya agak lucu. Kucing tak mengerti bahwa kita manusia tidak berburu seperti mereka, jadi mereka membawa tikus-tikus kemari untuk membantu kita karena berpikir bahwa kita adalah kucing yang payah."
Kemudian, aku mengantar gadis mungilku tidur lalu kukecup keningnya dan kedua matanya mulai terpejam. Setelah itu aku kembali ke pekerjaanku untuk menyempurnakan rencana besarku. Malam ini adalah saatnya. Malam dimana aku akan menuntut balas pada si brengsek yang telah merenggut nyawa ibu putriku dari kami. Ku selesaikan susunan rencanaku, menyiapkan peralatan, lalu pergi menuju rumahnya.
Namun dia tak ada. Aku tak mengerti-aku sudah mengawasi setiap gerak-geriknya dengan seksama. Seharusnya dia ada di sini. Akhirnya aku putuskan untuk kembali, merasa frustasi dan bingung, mulai meratapi nasib istriku lagi atas ketidakadilan hukum yang menampar kami. Dengan lunglai aku membuka pintu rumah.
Dan aku melihat lelaki itu.
Atau setidaknya, mayat lelaki itu. Tergeletak kaku di lantai. Seseorang menusuknya sampai mati, namun genangan darahnya sudah dibersihkan. Tanpa kekacauan sedikitpun. Otakku mulai dipenuhi kabut kebingungan, kesedihan, dan kemurkaan. Hingga kemudian aku mendengar pintu kamar putriku berderit membuka.
"Jangan khawatir ayah, aku tahu ayah memang payah dalam hal ini, jadi aku ingin membantu ayah."
No comments:
Post a Comment
Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat