Wednesday, September 20, 2017

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT | EPILOG


Rokok dan kertas-kertas. Itulah bau-bauan yang bisa kurasakan saat ini. Pandanganku masih agak kabur tapi perlahan aku mulai bisa melihat jelas. Aku sedang duduk di mejaku. Di kantorku di Universitas.. Aku melihat ke sekeliling dan semuanya.. semuanya tampak normal.

Aku berdiri dari duduk ku, bersandar pada tembok. Aku menyentuh wajahku, tanganku, kakimu, semuanya. Aku menyentuh tubuhku diseluruh bagian yang aku bisa. Untuk memastikan semuanya sama. Apakah hanya itu? Yang harus aku lakukan hanya masuk ke dalam koper itu dan semua hutang-hutang kehidupanku lunas? Ataukah aku sudah mati, dan duniaku sekarang adalah dunia lainnya?

Aku keluar dari kantorku, dan segera menuju parkiran. Saat aku keluar, aku bisa merasakan matahari panas di bulan Juli yang terik mengerpa wajahku. Aku melihat ke arah jam tanganku, 11.30 am 31 Juli, 2014.

Aku terus berlari, tak peduli dengan napasku yang mulai tak beraturan. Aku harus bertemu keluargaku, aku harus bertemu Ibu, aku harus bertemu Christoper.

Aku sampai di mobilku, aku memencet tombol auto-open. Suara "beep beep" terdengar ketika mobil mulai membuka kuncinya. Makhluk itu. Tiba-tiba aku teringat beberapa hari lalu, aku terjebak di mobil makhluk itu. Aku yakin, semua itu bukan mimpi. Tapi, semua tampak tak masuk akal. Apa yang terjadi sebenarnya.

Aku masuk ke mobil. Mengambil napas dalam. Tak ada bau apapun. Mungkin kecanduan obat-obatan bertahun-tahun kembali memberikan efek padaku, sehingga aku jadi delusional. SIRI (Virtual Voice assistant) berlogat Jerman yang menerima perintah suara pun seperti biasa telah aktif di mobilku.

"Halo, Dr. Blochbauer, cuaca hari ini adalah 28 derajat celsius, estimasi perjalanan Anda hingga sampai ditujuan adalah 30 menit."

"PANGGIL CHRISTOPER!" teriakku padanya.

"Memanggil 'Mommy'," jawab SIRI

Error? Pikirku, tak apa. Setidaknya error barusan meyakinkanku jika saat ini aku telah ada di kenyataan. Jika saat ini aku bermimpi, benda ini pasti akan melakukan kerjanya dengan sangat baik.

Terdengar suara dering telepon, dan suara lembut Sylvie terdengar di seberang sana.

"Halo Dr. Blochbauer, Ibu Anda sedang membaca buku di teras, apakah Anda ingin berbicara dengannya?"

'Membaca buku' sepagi ini? aneh, tapi aku tak peduli. Ibuku di sana! Ibuku hidup! Ibuku--

Pikiranku mendadak kosong. Aku menghentikan mobilku dengan paksa di pinggir jalan. Beruntung tak ada siapapun di belakangku.

"Sylvie kau panggil aku apa tadi?" tanyaku,

"Dr. Blochbauer.. Maafkan saya, apakah Anda lebih suka dipanggil Rose?" ia menjawab dengan lugu.

Entah sejak kapan, tapi aku tak memakai cincin pernikahanku.

"Sylvi, Dimana Christoper??" tanyaku, aku mulai kesulitan bernapas. Aku tak tahu apa yang terjadi. Kenapa dia memanggil aku dengan nama keluargaku, kemana CINCINKU!?

"Maafkan saya Dr. Blochbauer, Saya tidak tau siapa Christoper yang Anda maksud.." aku merasa jiwaku hilang. Apa yang terjadi? Jaminan apa yang telah ku bayar?

"Dr. Blochbauer.. Dr.Blochbauer... Rose? Anda masih di sana?" Sylvie memanggil-manggil namaku, tapi aku masih tak menjawab. Aku matikan telpon dan langsung tancap gas lagi. kali ini aku sangat mengebut, terlihat angka 204 km per jam di speedometer digital mobilku. Tapi aku tak peduli. Saat ini aku harus pulang ke rumah kami.

Tak lama aku harus menurunkan kecepatan di jalan Yonge karena lampu merah. Aku menggunakan SIRI Voice Assistantku lagi,

"PANGGIL CHRISTOPER!" aku berteriak padanya.

"Memanggil 'Mommy'" jawabnya lagi. Aku langsung mematikan panggilan itu.

Aku mengambil iPhone ku, "PANGGIL CHRISTOPER" kataku lagi.

"Tidak ditemukan Christoper di Kontak, apakah Anda ingin melakukan pencarian lokasi?" Lampu kini berubah Hijau. Aku berusaha tak mempercayai apa yang terjadi. Aku segera melaju untuk sampai di rumah kami.

Aku telah di jalan rumah kami ketika aku dapat melihat pintu garasi rumah kami terbuka. CHRISTOPER PASTI DI RUMAH!!! Aku akhirnya bisa bernapas lega.

Aku memarkirkan mobilku dengan terburu-buru. Aku berniat memasukan mobilku ke garasi tapi disana.. di tengah garasi ada koper itu. Koper itu hampir rusak dan kotor, tapi aku tak mencium bau apapun. Tak ada bau aneh apapun.

Aku tak punya waktu untuk itu. Aku berlari masuk ke rumah. Tapi rumah itu tampak berbeda. Dekorasinya sama, tapi foto-foto yang terpasang di dinding berbeda. Di foto itu tampak aku sedang bersama teman-teman yang aku tak kenal. Aku dengan Sonya saat di Fshion show. Diriku dan Bing sedang marathon di Boston Maraton, SUmentha dan aku sedang makan siang di Paris. Tapi hanya ada itu, tak ada fitiku dengan Christoper. Tak ada.

Aku mulai kesulitan bernapas. TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK, jangan lagi, aku mohon, aku tidak bisa melalui teror ini lebih lama lagi, aku pikir semuanya telah selesai.

Aku berlari keluar menuju garasi tapi koper itu telah hilang. Aku berlari masuk lagi ke rumah, berharap bertemu makhluk itu dan bertanya apa yang terjadi. Tapi tak ada apapun. Aku bergegas menuju kamar kami, tapi hanya baju-bajuku di sana. Tidak ada satupun barang-barang milik Christoper di rumah ini. Seakan christoper tak pernah ada disni.

Aku berlari lagi ke ruang tamu, aku mengambil album pernikahan kami dari rak. Bukannya berbahan kulit warna krem, album ditanganku ini berwarna merah dan bermaterial plastik. Kenangan di Seychelles, proses adopsi, perjalanan ke Venice, cintaku, CINTAKU!! Apa yang telah aku lakukan!?

Aku membuka kasar album foto kami. Tiap halaman hanya menampilkan aku dan teman-temanku, fotoku dengan pria tak dikenal. Foto aku berciuman dengan pria yang aku tak kenal dan lagi lagi foto bersama teman-temanku. Tak ada satupun jejak Christoper.

Aku terus membuka album foto itu hingga di laman terakhir, ada sebuah kata di sana. Aku menjatuhkan album di tanganku berbarengan dengan tubuhku yang ambruk, aku mulai menangis.

KoLLEcted