Skip to main content

Amina

Berkisah tentang seorang pria bernama Sidi Nouman. Dia menikahi seorang wanita bernama Amina, yang wajahnya tidak pernah dilihatnya. Setelah pernikahan mereka, kisah seram pun dimulai. Ternyata istrinya adalah sosok yang sangat mengerikan.
Ada seorang pria muda bernama Sidi Nouman berasal dari keluarga muslim yang kaya. Dia segera akan menikah dengan seorang wanita yang belum pernah dilihat wajahnya. Pernikahan itu diatur oleh orang tuanya, bahkan saat penikahanpun dia tidak diperkenankan melihat wajah istrinya yang disembunyikan dibalik cadarnya. Yang dia tau hanya namanya saja Amina.
Setelah acara pernikahan, didalam kamar mereka sang istri membuka cadarnya. Alangkah terkejutnya Sidi melihat istrinya teramat sangat cantik, dia pun sangat gembira dan memeluk istrinya.
Keesokan harinya Sidi Nouman dan istrinya duduk si meja makan, para pelayan menyediakan berbagai macam makanan lezat, namun yang dia lihat istrinya tidak memakan apapun.
Kemudian istrinya mengeluarkan kotak kecil dari besi, dibukanya dan diambilnya batang panjang dari dalam kotak itu. Digunakannya untuk mengambil beberapa butir nasi untuk dimakan. Setelah itu dia memasukannya kembali. Demikian juga hari selanjutnya, dia hanya memakan sedikit remah dari roti dan mengatakan bahwa dia sudah kenyang. Melihat hal ini Sidi Nouman sangat kuatir.
Suatu malam, ketika mereka sedang tidur, diam-diam Amina bangun dari tempat tidurnya, pelan-pelan digantinya pakaian dan dengan mengendap-endap dia pergi keluar. Sidi Nouman yang saat itu mendengar istrinya keluar, diam-diam dia pun mengikutinya.
Amina berjalan keluar menuju area pekuburan.
Ditengah kegelapan malam, Amina berjalan diantara makam-makam itu hingga sampailah dia sebuah makam yang masih baru dimana ada seorang pria menunggu disana. Karena jaraknya yang cukup jauh, Sidi Nouman tidak dapat mendengar percakapan mereka, hanya dapat melihat bayangannya saja.
Mereka membongkar kuburan tersebut, mengangkat peti dan membukanya. Mereka menarik mayat yang ada didalamnya keluar, memotong-motongnya menjadi beberapa bagian dan memakannya. Menyantapnya dengan buas dan lahap untuk memuaskan rasa lapar mereka. Masih bertahan di tempatnya bersembunyi, Sidi gemetar menyaksikan pemandangan menjijikkan istrinya yang sedang mengunyah daging busuk dari mayat itu.
Ketika sudah selesai menyantap semuanya, Amina dan pria misterius itu mengumpulkan tulang-tulangnya dan memasukkan mereka kembali ke tempatnya, menutupinya dengan tanah. Tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikan, Sidi terpaksa pergi menjauh dari pemakaman itu. Berlari kembali ke rumah dan naik ke ranjangnya, berpura-pura tidur ketika istrinya kembali. Amina pun melepas gaunnya dan menyelinap dalam selimutnya, tak mengetahui bahwa rahasia buruknya telah terbongkar.
Sidi Nouman tidak bisa tidur di sisa malam itu, dan di pagi harinya, dia pergi dari rumahnya sebelum Amina bangun. Dia menuju ke kota untuk bertanya kepada seorang cenayang dan mencari tahu apa yang harus dilakukannya. Dia memberitahu padanya tentang pernikahannya dengan Amina, kebiasaan makannya yang mencurigakan dan pemandangan mengerikan yang dilihatnya saat di kuburan.
“Istrimu seorang Ghoul,” kata cenayang itu. “Salah satu setan yang berkeliaran di kota ini, membuat sarang mereka di gedung-gedung tua yang terbengkalai dan menyelinap di antara orang-orang untuk memakan daging mereka. Jika mereka tidak menemukan mangsa yang hidup, mereka akan pergi ke makam-makam untuk mencari mayat.”
“Apa yang harus kulakukan?” Sidi memohon dengan berlinang airmata. “Kumohon katakan padaku.”
Cenayang itu kemudian memberinya sebuah botol kecil di tangannya yang berisi cairan berwarna gelap.
“Ambil ini dan pulanglah segera.” katanya. “Ketika tiba saatnya, lempar ramuan ini ke matanya dan kau akan melihat apa yang harus kau lihat …”
Ketika Sidi pulang ke rumah, saat itu tepat waktu makan siang mereka. Istrinya kemudian menyambutnya, dan mengantarnya ke meja makan. Pelayan kemudian menyajikan beberapa makanan di hadapan mereka.
Seperti biasa, Amina mengeluarkan kotak besinya, mengambil jarum dan mulai mengait nasinya satu demi satu, dan menaruhnya di dalam mulutnya.
“Kenapa Amina?” kata Sidi pelan. “Apakah ada yang salah dengan makanannya?”
“Tidak, Aku hanya tidak lapar.” jawabnya.
“Mungkin ada sesuatu yang lain, yang ingin kau makan …” Sidi mengatakan itu dengan senyuman sinis di wajahnya. “Dari semua ini, pasti tidak ada yang lebih manis dari daging busuk sebuah mayat …”
Tak lama setelah mendengar kalimat itu, Amina berubah menjadi kasar. Wajahnya menjadi ungu, matanya melotot seperti ingin meloncat dari tempatnya. Menunjukkan giginya yang bergeretak, Amina menyeberangi meja itu dan dengan kasar mencoba menangkap Sidi. Tapi dia terlalu lambat.
Sidi telah membuka botolnya dan melemparkan cairan di dalamnya ke mata Amina. Segera Amina yang cantik rupawan, wajahnya berubah menjadi hitam. Kulitnya mulai berasap dan daging yang menempel di tubuhnya, berjatuhan dari tulangnya. Sidi ketakutan menyaksikan wajah istrinya yang mulai meleleh. Wanita itu lalu jatuh di atas lututnya dan tubuhnya hangus dan mencair di depan matanya.
Setelah semua itu, yang tersisa hanyalah kubangan lumpur hitam yang tebal di mana Amina terbuat.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...