Wednesday, September 20, 2017

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 13 (FINAL)


Cahaya yang keluar dari koper makhluk yang terbuka itu benar-benar terang. Aku tak pernah merasakan terang yang luar biasa seperti ini, aku tak bisa melihat apapun. Aku tak berpikir akan ada cahaya seperti ini yang keluar dari koper itu. Aku tak tau apa yang aku harapkan. Sesosok mayat, darah-darah, atau jasad ayahku? Entahlah.

Silau sekali, aku sampai terjatuh dari tempatku dan beruntung kali ini aku tidak membenturkan kepalaku ke tembok, dan berbeda dengan sebelumnya saat ini aku tak mabuk. Aku sepenuhnya sadar. Aku mencoba menyesuaikan mataku dengan keterangan ini. Aku melihat ke sekeliling, aku masih di teras tapi ibu dan Christoper tak ada di sini. Aku berdiri, ah, telapak tanganku terluka saat menahan tubuhku jatuh tadi. Aku menyeka sedikit darah yang keluar di celanaku.

Aku melihat ke kejauhan tempat makhluk itu berdiri dan ia masih ada di sana. Masih berwujud seperti Christoper, bibirnya masih menjijikan. Dia mengangkat tangannya dan memberikan gestur "kemari" dengan jarinya. Ke arahku. Tentu saja aku berlari ke arah sebaliknya, aku segera masuk ke dalam condo.

"CHRISTOPER! MOM! DIMANA KALIAN?!" Aku berteriak panik. Apakah ini bayaran yang diminta makhluk itu? Dia akan mengambil segala yang aku cintai hanya demi uang? Tawa ibuku dan senyum Christoper jauh lebih berharga daripada semua harta kekayaan kami; jika mereka hilang, entah apakah aku masih bisa hidup, aku tak punya lagi alasan untuk hidup tanpa mereka.

Sial, kenapa Ibu harus memiliki rumah sebesar ini! Aku mulai mengutuk rumah besar ini karena kini aku harus berteriak ke segala arah dalam kalut agar bisa menemukan Christoper dan Ibuku. Aku pergi ke kamar Ibuku, naik ke melalui tangga rahasia dibalik tempat tidur ibuku yang menuju ke balkon. Mungkin aku pingsan terlalu lama sampai tak sadar mereka berdua meninggalkanku terlebih dahulu.

Keluarga kami memang memiliki beberapa akses rahasia di rumah ini, alasannya sudah pasti demi keamanan jika ada hal yang diluar kendali, Ibu bisa menyelamatkan dirinya ke balkon lantai 2 yang terletak paling jauh dari pintu utama. Tapi tak ada apapun, ibu tak ada di sana. Aku tak bisa menemukannya dimanapun.

Christoper dan aku sempat tinggal di condo ini selama beberapa waktu ketika rumah kami di renovasi, jadi Christ tak akan tersesat di rumah ini. Aku berlari dari satu kamar ke kamar yang lain, berteriak seperti orang gila, memohon padanya untuk muncul tapi tak terjadi apapun. Tak ada siapapun.

Aku mulai kelelahan, napasku mulai tak beraturan. Inilah salah satu saat ketika aku menyesal kenapa menghabiskan waktu merusak paru-paruku dengan merokok.

"CHRISTOPERRRR!!!" Aku berteriak sekuat mungkin, dengan seluruh kekuatanku yang tersisa. Aku memohon agar Christoper kembali tapi tak terjadi apapun. Hanya keheningan.

Aku menolak untuk menyerah, aku berlari ke pintu keluar dan turun ke lorong. Aku mengedor pintu Mrs. Thompson-Fitch tetangga condo ibuku. Aku hanya berharap ibu dan Christoper berlari kesana untuk berlindung.Tak ada apapun. Tak ada jawaban, tak ada suara apapun. Aku berusaha terus menggedor pintunya tapi tak ada jawaban. Aku harus bagaimana? Alarm Kebakaran!

Jika aku tak bisa menemukan keluargaku, aku akan membuat seisi gedung ini panik! aku berlari menuju elevator dan menarik alarm kebakaran di sana. Tak terjadi apapun. condo seharga $15,000 perbulan memiliki alarm kebakaran yang tak berfungsi! Benar-benar sial. Aku memencet lift agar bisa keluar dari tempat itu tapi tombol lift itu tak berfungsi. Aku memaksa otakku berpikir lebih keras.

Meskipun paru-paru perokokku ini telah menyerah tapi aku harus segera pergi dari tempat ini, aku akan lari melalui tangga darurat lalu memanggil petugas keamanan. Aku tak peduli lagi apakah mereka akan percaya atau tidak, aku hanya akan pergi dari sini.

Aku berlari ke pintu tangga darurat, ketika aku memegang gagangnya. Rasa panas langsung membakar tanganku. "AH!" Aku berteriak sambil melihat ke arah tanganku, lukanya tidak tambah besar tapi gagang pintu yang sangat panas itu membuat tanganku melepuh.

Aku melepas kaosku dan mengikatkannya ke tanganku yang tidak terluka. Aku memegang gagang pintunya lagi, aku bisa merasakan rasa panas itu tapi kini rasa panasnya lebih bisa kutahan. Aku mencoba memutar kenob pintunya. Tak berhasil tak bisa ku buka. Aku jadi teringat kejadian saat terkurung di dalam mobil. Sial, makhluk ini sudah pasti tak mau membiarkan aku pergi. Aku membiarkan diriku lunglai dan duduk di lantai, aku tak punya pilihan lain. Aku harus menghadapinya.

Setelah meyakinkan diri selama sekitar 2 menit, aku kembali berjalan ke condo ibuku. Saat aku membuka pintu, aku baru menyadari jika bukan hanya Chritoper dan Ibuku yang menghilang, tapi semua orang di tempat ini. Tidak ada satupun pelayan yang tampak.

"Sylvie! Astrid!" teriakku, tapi tak ada jawaban apapun. Aku benar-benar sendirian sekarang. Aku berbalik dan kembali lagi keluar, aku berjalan ke arah koridor dan menuju jendela. Aku keluar jendela dan kini telah berdiri di ujung teras. Aku berpikir untuk lompat dari tempat ini meski begitu aku sedang memastikan jika aku akan terjadi tepat di tanah dan bukan di balkon orang lain. Aku tidak bisa hidup tanpa Christoper ataupun Ibuku. Kehilangan dua orang yang aku cintai pada waktu bersamaan terlalu berat untuk kutanggung.

Aku meletakkan tanganku di railing dan bersandar di sana. Gedung ini merupakan yang tertinggi di Toronto dan aku harusnya bisa melihat ratusan mobil dan orang-orang yang lalu lalang di bawah, tapi anehnya aku tak melihat siapapun. Jalanan kosong. Tak ada satu orangpun. Aku mencoba melihat ke gedung pencakar lain di sekitar gedung ini, tapi tak ada siapapun. Apakah makhluk ini benar-benar memiliki kemampuan sehebat ini? Apakah aku bisa membunuh diriku sendiri?

Padahal semua kejadian ini terjadi kurang dari 2 hari dan hidupku telah berantakan karenanya. Kalau kau ada di medan perang, kau akan bertahan karena kau memiliki orang-orang yang kau cintai yang menunggumu pulang. Kau bertahan karena punya alasan. Tapi aku kini tak punya alasan untuk berjuang.

Aku bersandar di balkon dan duduk di pagar pembatas yang mengelilingi seluruh teras; Kakiku menggantung dengan bebas. Aku melemparkan sepatuku, hanya untuk memastikan jika benda itu akan benar-benar jatuh dan sepatuku yang pasrah terlihat jatuh terus ke bawah hingga akhirnya menghantam tanah. Aku mungkin telah kehilangan akal sehatku, tapi apakah yang sedang ku alami ini bisa kupikirkan dengan akal sehat? Makhluk ini mampu menghilangkan orang-orang yang aku cintai hanya dengan membuka kopernya, apa aku pikir akan bisa mengalahkannya?

"Kau mungkin mau melihat ke dalam isi koper ini sebelum memutuskan untuk lompat."

Itu suara Christoper. Aku tau suara itu pasti dari makhluk sialan ini, tapi mendengar suara Chris-ku. Bahkan dengan kurang dari 1% keyakinan aku tetap berharap yang berdiri di sana adalah Christoperku. Makhluk itu, bibirnya kini telah diselimuti dengan sesuatu berwarna hitam, darah yang mengalir.

Aku memandangkan masih dari tempatku duduk.

"Apa yang kau inginkan?" kataku hampir serupa bisikan, tak ada lagi kekuatan untuk berteriak.

Makhluk itu bejalan ke arahku dan bicara dalam suara yang sangat merdu: "Kami ingin menagih hutangmu. Kami membawamu hidup kembali, dan kalau kau pikir bunuh diri adalah jalan keluar, tentu kau tidak akan sebodoh itu. Kau hanya bisa pergi jika kami mengizinkanmu pergi."

Aku terkekeh kecil, 'jika aku diizinkan.' Dia benar. segala hal yang telah aku hasilkan, semua yang telah aku capai, bahkan semua kegagalan yang aku alami dalam hidupku tak lain karena campur tangan makhluk ini dan 'kebaikan'nya.

"Kau ini sebenarnya apaa? Bagaimana kau bisa melakukan ini semua? Apakah kau iblis?"

Makhluk itu tersenyum, ia berjalan makin dekap menghampiriku. Pada tahap ini aku sudah tak lagi merasa takut, aku sudah tak bisa merasakan apapun lagi.

"Kami adalah apa yang manusia sebut dengan.. takdir. Kami adalah tangan-tangan yang mrnuntun manusia. Kami adalah kekuatan yang mampu membuat manusia mampu mewujudkan impiannya. Duniamu dan duniaku saling berdampingan satu sama lainnya. Seperti melihat air di dalam gelas kaca. Kau merasakan kehadiran kami, dan hanya ketika waktunya tepat, kau bisa menemui kami."

" Kami ditugaskan untuk menjaga keseimbangan di dunia ini untuk setiap makhluk. Sehingga tak ada satu orangpun, pria, wanita, binatang atau makhluk apapun yang akan menerima 'keberkahan' melebihi apa yang bisa ia tanggung. Ketika kau melihat seorang Ayah mendobrak pintu untuk menyelamatkan anaknya dari kebakaran, kami mengizinkan hal itu terjadi. Ketika kau berdiri atas panggung, memegang hadiah Nobel, kamilah yang mengizinkan risetmu menjadi kesuksesan. Dan di waktu yang sama, ketika misil nuklir menyerang sebuah kota dan membunuh ratusan jiwa dalam sekejab, kamilah kekuatan yang mengizikan pemicu bom itu aktif."

Aku punya begitu banyak pertanyaan. Aku berbalik menghadap ke condo, kini kakiku telah aman di atas lantai teras, "Siapa 'kami'?"

Makhluk itu tersenyum dengan wajah Chris, tapi tentu saja dengan bibir menjijikannya.

"Ada banyak dari kami, bagaimanapun kami bekerja sama sebagai satu kesatuan. Kami tak memiliki pembagian tim ataupun divisi, karena efisiensi bagi kami yang terpenting. Kami memilih untuk hadir dalam wujud yang lebih meyenangkan, wujud ayahmu untuk ibumu, wujud Christoper untukmu, Dr Meagan untuk Christoper. Namun ada perwujudan nyata kami ketika masuk ke dunia duniamu yang tak berubah."

"Apa maksudmu, wujud nyata yang tak berubah? apakah bau busuk itu?" kataku,

"Ya, bau. Apa yang kau cium itu bukanlah bau bangkai busuk, meskipun di dunia sains mu mereka menyebutnya demikian. Tapi kami tak pernah membutuhkan daging, tapi bau itu memang benar merupakan bau dari sesuatu yang busuk. Bau dari kemiskinan luar biasa yang orang tuamu harus alami,  bau busuk akibat hidup yang kau sia-siakan dengan obat-obatan, bau itu merupakan bentuk dari tiap kegagalan, ketakutan dan keburukan yang pernah kau alami. Christoper mencium bau dari kematianmu, kau mencium bau dari hidup yang kau sia-siakan, ibumu mencium bau kemiskinan, perempuan di hotel (maksudnya petugas Hotel King Edwards yang mencium bau saat membuka pintu kamar hotel kami) mencium bau dari hubungan gelap yang ia harap tak pernah ia lakukan, dan Anthony mencium bau dari tabrak lari yang tak pernah ia laporkan."

Anak kecil di restoran Tim Horton tidak pernah mengatakan apapun mengenai bau busuk, karena ia masih terlalu muda untuk bisa melakukan keburukan. Anak itu hanya bicara mengenai bibir makhluk ini. Sial, semua ini makin terasa masuk akal.

"Lalu kenapa bibirmu aneh dan berdarah?" aku benar-benar ingin menanyakan ini,

"Karena kami juga harus menanggung ganjaran. Tidak ada sesuatu yang tidak terkendali, dan sampai kami menghapus ketidakseimbangan yang harus dibebankan untuk diperbaiki, sampai kami mengumpulkan semua hutang, sampai kami memastikan pembayaran semua hutang, kami juga menanggung akibat ketidakseimbangan yang terjadi. Kami membusuk dan akan terus membusuk sampai semua hal telah seimbang. Sampai seluruh hutang yang kecil, bahkan sangat kecil telah dibayarkan. "

"Kenapa kau tak bisa menulis seperti manusia normal?" aku merasa harus tau ini,

"Kami tidak menulis. Kami memanipulasi objek di dunia ini untuk mengirimkan catatan dan pesan. Pesan-pesan itu agar kalian terus ingat akan tanggungan tanpa kami harus selalu mengunjungi kalian. Semua orang punya hutang, bukan hanya dirimu."

Aku tak bisa menahan diriku untuk tak melihat ke arahnya. Dia dengan santainya menceritakan semua hal tentang dirinya.

"Tapi kau dan makhluk seperti kalian entah apa kalian menyebutnya, bagaimana bisa kau membuat perjanjian dengan ayahku, kau bahkan membuat perjanjian untuk Christoper dengan nyawaku. Bagaimana bisa kau menganggap dirimu makhluk pembawa keseimbangan, jika sejak pertama kalianlah yang telah membawa ketidakseimbangan!" Ini pertama kalinya aku bicara dengan sisa-sisa api kemarahan dari dalam diriku.

"Jangan pernah memperkirakan harga dirimu, bahkan jika kau tergoda oleh takdir Jangan pernah mengambil kesepakatan tanpa memahami bahwa kau mungkin tidak pantas mendapat kelebihan itu, dan ini berlaku bukan hanya untukmu. Tapi semua orang" Makhluk itu mengaitkan ini seolah-olah dia telah berkali-kali ditanyai mengenai hal ini sebelumnya.

"Lalu, bagaimana caraku mengembalikan keseimbangan hidupku? Bagaimana aku membayar hutangku?" tanyaku tanpa rasa takut,

"Semua yang kau miliki akan menjadi milik kami. Semua yang kau pinjam harus kau kembalikan." Ucapnya dengan nada suara Christoper yang lembut dan menenangkan.

"Apakah aku harus mati?"

"Apakah kau mau melunasi hutangmu?"

"Kau menanyakan itu sekarang?" balasku

"Apakah kau akan melunasi hutangmu, apakah kau ingin mengembalikan keseimbangan hidupmu?" tanya makhluk itu, nada suaranya sangat datar. Makhluk itu pasti bisa merasakan jika sebentar lagi urusannya denganku akan segera selesai.

"Ya." jawabku, tentu aku tak punya pilihan lain kan? Ia bisa mengosongkan seisi kota hanya membuka kopernya, apa lagi pilihanku?

"Ikuti aku." perintanya.

Aku mengikutinya, jarak ku sekitar 5 kaki di belakang makhluk itu. Kami berbalik ke arah tempat pertama kami bertemu. Koper itu masih bersinar dengan terang. Dia menunjuk ke arah kopernya dan mengangguk.

Aku menghampiri koper itu, aku baru sadar jika cahaya putih itu sebenarnya cukup tertahankan. Mataku tak lagi sakit. Aku melihat ke dalam koper itu. Itu seperti melihat ke dalam televisi, ada gambar yang disusun. Aku dapat melihat banyak sekali orang yang berhutang disana, semuanya baik yang telah dilunasi atau masih memiliki tanggungan.

Joseph P. Kennedy (Ayah JFK), jutawan dalam semalam, anak perempuan meninggal dalam kecelakan pesawat mengerikan di usia 27 tahun. Seorang wanita yang mirip eperti Mrs. Thompshon-Fitch, kekayaan tak terhingga dan memenangkan sidang perceraian, meskipun ia orang tak tahu diri, terkena kanker di usia 65. Seorang laki-laki miskin yang tampak seperti ayahku saat muda sedang menyaksikan liputan saham yang akhirnya membawanya ke kekayaan yang tak terhingga. Anthony, sedang menangis di dalam mobil setelah menabrak seorang anak berusia 9 tahun saat berlibur di Italy. Dan jutaan cuplikan lainnya.

"Apa ini?" tanyaku,

"Ini adalah semua pinjaman yang harus dilunasi. Kau berikan dirimu dengan masuk ke dalamnya, dan kami akan anggap hutangmu lunas." jelasnya.

"Aku harus masuk ke dalam sini?" Tak ada lagi hal yang mengagetkanku saat ini. Jika aku harus membeikan hidupku, untuk mengembalikan semua orang yang kusayangi kembali mendapatkan hidup mereka, demi dunia yang seimbang lagi, demi Christoperku agar ia bisa menggapai segala impian hidupnya meskipun tanpa diriku. Ini lah yang terbaik.

Aku memasukan kakiku ke dalam koper itu dan aku jatuh ke dalam.