Skip to main content

Saat Musim Semi Datang (Kisah Nyata)

Teman baikku, sebut saja Neneng, cerita seram yang dia alami tahun lalu, dan cerita ini sudah dikonfirmasi kebenarannya oleh orang-orang yang juga hadir saat itu. Kejadian ini terjadi akhir tahun 90an saat Neneng berumur awal 20an.

Neneng tinggal di peternakan di suatu tempat di Appalachia dengan orang seumuran dia karena mereka rata-rata orang yang pulang kampung setelah lulus kuliah. Kebanyakan tetangga sangat ramah dan ringan tangan, banyak ibu-ibu sekitar yang memberi makanan buatan mereka, dan mantan pekerja tambang yang bisa bantu-bantu di peternakan. Ada satu tetangga, sebut saja Asep, yang dikenal bekas pengguna narkoba, tapi sudah berhenti dan saat itu bekerja sebagai tukang yang serba bisa. Peternakan tersebut sangat tua, terutama rumah utama di situ yang dibangun awal tahun 1900an. Setiap orang disitu punya kamarnya masing-masing, termasuk Neneng, yang kamarnya dekat pintu depan.

Sampai suatu ketika, salah satu tetangga cerita ke Neneng dan teman-temannya bahwa rumah yang ditinggali itu berhantu, hantu tersebut adalah hantu pria yang dulu tinggal di situ tahun 1930an. Neneng dan kawan-kawan tidak menganggap itu serius dan terkadang saling iseng menakut-nakuti satu sama lain.

Suatu malam, Neneng terbangun karena dia merasa ada sosok yang hadir di kamarnya. Dia buka mata dan melihat sosok hitam berdiri di depan pintu kamar, menatap dia. Dia kemudian menyuruh berulang kali sosok tersebut untuk pergi dan mengatakan "Pergi. Aku tidak mau kamu disini." Beberapa menit kemudian, sosok tersebut pergi. Neneng tidak cerita ke teman-temannya karena dia tidak mau membuat mereka ketakutan, atau dia dianggap gila.

Beberapa hari kemudian, salah satu wanita yang tinggal di rumah tersebut cerita ke Neneng bahwa ada hantu muncul depan pintu kamarnya dan masuk, tapi dia berbaring diam saja di kasurnya. Neneng akhirnya cerita bahwa hal tersebut juga dia alami, tapi hantunya pergi saat dia suruh pergi. Si hantu tersebut sesekali muncul di kamar Neneng, tapi Neneng selalu menyuruh dia pergi, dan pergilah hantu itu.

Pada musim gugur, mereka berhenti membayar Asep si tukang karena tidak ada lagi uang untuk Asep sehingga mereka tidak bisa mempekerjakannya. Asep marah, lalu dia mulai membuat kerusuhan di peternakan, merusak fasilitas, mengacak-acak taman dan lainnya. Mereka tidak punya bukti jelas, makanya polisi tidak bisa berbuat apa-apa, tapi mereka yakin pelakunya Asep.

Hingga di pagi di musim dingin, Neneng keluar di pagi hari dan menemukan anjing milik peternakan tergantung di pohon depan rumah. Mereka berasumsi pelakunya Asep dan memanggil polisi, tapi Asep tidak ada di tempat tinggalnya, sepertinya Asep kabur keluar kota.

Saat musim semi datang, salju mencair dan salah satu tetangga menemukan mayat Asep di sungai yang tertutup salju sebelumnya. Polisi datang investigasi kasus tersebut, dan menyimpulkan Asep memakai narkoba lagi, teler, kemudian jatuh ke sungai, kepalanya kena batu dan akhirnya mati kedinginan. Dia meninggal di waktu yang sama di saat anjing peternakan mati.

Bagian terseramnya, Neneng sadar bahwa "hantu" tersebut berhenti muncul saat Asep menghilang, dan dia tidak sadar saat mayat Asep belum ditemukan. Neneng cerita bahwa dia yakin, yang mengunjungi dia malam-malam adalah Asep.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...