Skip to main content

Lock The Door

Kejadian itu terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas. Waktu itu aku tinggal sendirian di sebuah apartemen dekat dengan universitasku.

Suatu malam, aku tidur dengan nyenyak di ranjang hingga aku terbangun oleh suara bel pintu apartemenku. Kulihat ke arah jam dinding, ternyata sudah dinihari. Aku pun terbangun dari ranjang dan membuka pintu depan.

Ada seorang pria berdiri disana dengan memakai sweater hijau. Ia terlihat berumur sekitar 25 atau 26 tahun.

"Apakah anda tuan Fukumoto?" tanyanya

"Oh iya... ada apa?" jawabku

"Aku adalah ketua perkumpulan di lingkungan gedung ini." ujarnya dengan tenang

"Pembunuhan terjadi di area ini. Pembunuhnya menghilang dan sampai saat ini belum tertangkap.

Hal itu sangat berbahaya. Kumohon jangan pergi keluar hari ini dan pastikan pintumu tetap terkunci." lanjutnya

Karena masih ngantuk, kepalaku agak pusing.
"Ok! aku mengerti!" jawabku

Kututup pintu depan dan juga memastikan bahwa pintu itu sudah terkunci lalu pergi ke ranjangku.
Keesokan paginya, aku membaca koran dan menonton berita di tv. Namun, tidak ada berita tentang pembunuhan yang terjadi di area apartemenku ini. Hal itu membuatku merasa ada yang aneh.
Seorang pria asing yang bukan petugas kepolisian membuatku terbangun di tengah malam untuk memperingatiku tentang pembunuhan yang mungkin tidak terjadi. Aku pun mulai curiga.

Malam berikutnya, aku bergegas untuk pergi ke ranjang hingga ku dengar dering bel pintu. Itu bukan bel pintu apartemenku. Itu adalah bel pintu tetanggaku.
Nampaknya tetanggaku tidak ada di rumah, karena ku dengar bel pintunya berdering 3 sampai 4 kali.
Kubuka pintu depan dan melihat ke arah koridor.

Pria yang sebelumnya kulihat, berdiri di luar apartemen tetanggaku, ia memencet belnya lagi dan lagi. Ia tetap memakai sweater hijau. Pria itu mendengar suara pintu kamarku lalu ia melihat ke sekitarnya dan menatapku yang sedang memperhatikannya. Kami saling tatap.

Agak mengerikan memang, tapi aku cukup kesal padanya.

"Dia mungkin tidak dirumah! ada yang bisa kubantu?" tanyaku

"Oh tuan Fukumoto...Halo!" ujarnya

"Tidak aku hanya takut karena pembunuhnya masih hilang.Jadi, sampai ia tertangkap, aku akan pergi ke area ini, memperingati setiap orang untuk berhati-hati dan tidak pergi keluar tengah malam." lanjutnya

Aku merasa curiga terhadapnya.

"Aku memeriksa koran dan berita tv pagi ini, tapi kulihat tidak ada berita tentang pembunuhan di area ini! siapa kamu?" ujarku

Aku berbicara kepada pria itu dengan jelas, tapi pria itu nampak diam.

"Tidak, itu tidak benar!" balas pria itu tenang

"Selain pelakunya belum tertangkap. Itu sangat berbahaya. Jadi, jangan pergi keluar tengah malam!" lanjutnya

Pria itu menatapku dingin. Tatapannya membuatku terpaku. Aku merasakan merinding di tulang belakangku.

"Akan kulakukan itu!" ujarku lalu menutup pintu dan mengunci pintu

Aku pergi ke ranjangku malam itu dengan perasaan yang aneh.

Hari berikutnya, saat aku pulang dari universitas, kunyalakan tv dan melihat sesuatu yang hampir membuat darah di pembuluh darah ini membeku.

Adalah berita tentang pembunuhan yang terjadi di area apartemenku. Disana muncul gambar gedung apartemenku. Korban pembunuhannya adalah tetanggaku. Ia dibunuh semalam saat ia berbaring di tempat tidurnya. Pembunuhnya mempunyai cara untuk masuk ke kamar apartemennya sementara tetanggaku itu tertidur. Pembunuhnya terlihat kabur setelah melakukan pembunuhan itu. Mereka berkata bahwa pembunuhnya memakai sweater hijau.

Aku merasa takut.

Malam ini setelah tengah malam, bel pintu kamarku berdering lagi. Aku pergi ke pintu depan, tapi takut untuk membukanya. Bel pintu apartemenku berdering satu...dua...tiga kali.

"Siapa disana?" tanyaku

dibalik pintu aku mendengar suara "Tuan Fukumoto?"

Aku mengingat suara itu. Itu adalah suara pria yang memakai sweater hijau kemarin.

"Pembunuhnya masih menghilang tuan Fukumoto!" pria itu berbicara dengan tenang

"Mohon hati-hati! pastikan pintu dan jendelamu terkunci!" lanjutnya

Tiba-tiba teringat bahwa aku sudah menutup jendela namun lupa menguncinya.

"Ok aku akan melakukan itu! terima kasih!" ucapku

Setelah yakin bahwa pintu depan sudah terkunci, dengan cepat aku menuju kamar tidur. Aku pun bergegas menutup jendela kamar, tetapi saat ku buka tirai jendela, hal yang menakutkan muncul.
Pria yang memakai sweater hijau itu berdiri di luar jendela. Aku terkejut dan tak tahu harus apa. Aku kesulitan bernafas, tubuhku membatu, terdiam sambil menatapnya.

Sebelum aku bergerak, ia mengulurkan tangannya dan membuka jendela.
"Seharusnya kau tutup jendelamu!" ucapnya dengan seringai

"Kau harus menguncinya dengan rapat, jika tidak seseorang bisa masuk ke kamarmu, seseorang sepertiku!" lanjutnya

Setelahnya, ia mulai memanjati jendela.

Aku berteriak histeris dan berlari keluar kamar. Dengan jari yang gemetar cepat-cepat ku buka pintu depan dan berlari menuju koridor. Dengan cepat aku melarikan diri. Namun, suara pria itu terasa dekat di belakangku.

"Tuan Fukumoto, kamu lupa mengunci pintu depanmu! ini sangat berbahaya kalau kamu keluar di tengah malam ini! Mohon kembali sekarang!" teriaknya

Aku tidak ingin menanggapinya dan terus berlari. Saat aku sampai di tangga, dengan buru-buru kuturuni tangga sambil melompat hingga tiba di lantai dasar dan berlari ke jalan raya.
Aku berlari dan berlari hingga sampai di kantor polisi. Kudobrak pintu kantor polisi itu kemudian berlari ke meja depan dimana ada seorang polisi muda sedang duduk. Karena sangat ketakutan aku hampir saja pingsan disana.

Karena terdengar kegaduhan, seorang polisi tua keluar dari ruangannya dan menghampiri sumber suara. Dengan terenga-engah, aku mencoba bernafas dengan normal. Akhirnya, aku bisa tenang dan menjelaskan apa yang terjadi. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengawalku kembali menuju apartemen untuk memeriksa kebenarannya. Awalnya aku enggan untuk kembali kesana, namun kupikir aman jika bersama dua petugas kepolisian itu. Hal itu membuat ketakutanku mulai hilang.
Akhirnya kami sampai di apartemenku dan menggunakan lift untuk sampai ke lantai dua. Polisi muda itu lalu membuka pintu depan dan melihat kedalam. Terlihat kosong di dalamnya dan tidak ada siapa-siapa.

"Apa kau mau memeriksanya?" Polisi yang tua bertanya

Kulihat sekeliling apartemen, namun semuanya terkunci seperti saat aku pergi. Jendela kamar juga terkunci dan tirainya juga tertutup.

"Jadi semuanya terlihat baik disini!" ujar polisi yang tua

"Maafkan aku, tapi sepertinya tidak ada yang bisa kami bantu. Tetaplah berhati-hati dan jika pria itu mengganggumu lagi, telponlah kami segera!" lanjutnya

Sebelum mereka pergi, polisi yang muda memberikanku selembar kertas dengan nomor telepon.
"Jika ada hal lain, kamu bisa hubungi kami lewat nomor ini! ujarnya dengan tersenyum

"Terima kasih! pasti akan kuhubungi jika dia datang lagi!" ujarku

Kemudian kututup pintu depan, polisi muda itu memberikanku senyum, namun tiba-tiba mukanya berubah tanpa ekspresi.

"Mohan hati-hati! Karena pembunuhnya belum ditemukan! pastikan pintu dan jendelamu tetap terkunci tuan Fukumoto!" ujarnya

Ku rasakan merinding yang luar biasa di tulang belakang.

Setelah polisi-polisi itu pergi, aku bergegas memeriksa apartemenku, memeriksa apakah pintu dan jendela sudah benar-benar terkunci. Kemudian, kunyalakan semua lampu dan tv kemudian duduk di ranjangku. Aku terjaga hingga pagi.

Setelah kejadian itu, aku tidak lagi melihat pria yang memakai sweater hijau itu. Dua minggu kemudian, aku pindah dari apartemen itu.

Aku merasa tidak bisa bersantai dengan mudah sampai polisi bisa menangkap pria yang memakai sweater hijau itu.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...