Thursday, September 21, 2017

BOTH SIDES OF THE STORY

MIKE – BUTA
Aku mengambil langkah-langkah kecil, hanya untuk memastikan aku tak tersandung sesuatu dan jatuh. Lantai kayu yang kami injak berdecit ketika kami semakin memasuki rumah Amytiville. Anna memeluk lenganku erat dan ia berkata akan memanduku. Namun ini bukan kali pertamanya ia membuat kami tersesat. Akupun menuliskan isyarat dengan jariku di telapak tangannya, “Kau baik-baik saja?”
Aku mendengarnya mendengus kesal dan menjawab dengan suara sengau, “Mike, aku baik-baik saja. Ayo kita tetap mencari, oke?”
Ia jelas terdengar takut. Napasnya pendek-pendek, seakan ia baru saja menangis. Ia berpegangan amat erat di lenganku, menunjukkan bahwa ia tengah ketakutan. Ia hanya tak mau mengakuinya. Ah, andai saja ia mau jujur dan terbuka denganku.
Aku sudah tahu ada sesuatu yang salah. Aku tahu gadis-gadis lain membully-nya. Kami berusaha mencarikannya pertolongan, namun itu hanya membuat apa yang ia alami bertambah buruk. Setiap hari, aku mendengar suara isakannya dan merasakan memar di tangannya. Dan tentu saja aku tahu apa yang sedang kami cari. Gadis-gadis nakal itu mungkin melempar alat bantu dengarnya lagi. Kami sudah mencarinya selama dua jam dan mungkin ini waktunya untuk menyerah dan pergi. Saat hendak mengatakannya, tiba-tiba aku mendengar suara aneh.
“Anna, apa itu kau?” Tanganku naik dan berusaha merasakan wajahnya. Begitu aku melakukannya, kurasakan ia menoleh dan menggunakan tangannya yang lain untuk mengelus pipiku. Aku kemudian menurunkan tanganku kembali dan menulis isyarat di telapak tangannya.
“Kupikir aku mendengar sesuatu. Bisakah kau periksa di belakangmu?”

ANNA – TULI
Cerita kami terdengar seperti klise: cewek tuli dan cowok buta, namun itulah kami. Kami berdua selalu saling memperhatikan dan melengkapi. Dia menjadi telingaku dan aku menjadi matanya.
Aku tahu Mike merasa cemas akan keadaanku dan itu membuatku merasa bersalah. Jika saja aku bisa membela diriku sendiri, maka aku takkan perlu membuatnya menemaniku seperti ini. Dan aku juga tak perlu menariknya ke tempat berhantu ini.
Wanita-wanita j****ng itu melakukannya lagi: melemparkan alat bantu dengarku ke rumah Amytiville yang terbengkalai dan terkenal angker. Semua orang tahu tentang cerita rumah ini, tempat dimana pemilik sebelumnya membantai seluruh keluarganya. Juga urban legend tentang siapapun yang masuk ke rumah ini takkan bisa keluar lagi.
Tentu saja, aku tak percaya pada hantu. Namun bukan itu yang membuatku ketakutan dan menggenggam tangan Mike begitu erat. Aku hanya amat cemas bila tak memakai alat bantu dengarku. Namun tetap saja, kemanapun cahaya senter kuarahkan, alat terkutuk itu masih belum kutemukan.
Ia menulis isyarat di tanganku, “Anna apa itu kau?”
Aku merasakannya menyentuh wajahku. Akupun menoleh dan mengarahkan senter. Ia menulis lagi, “Kupikir aku mendengar sesuatu. Bisakah kau periksa di belakangmu?”
Tak perlu.
Apapun itu, ia tak ada di belakangku, sebab aku melihatnya berdiri di depan kami, sedang mengelus pipinya.

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat