Skip to main content

BOTH SIDES OF THE STORY

MIKE – BUTA
Aku mengambil langkah-langkah kecil, hanya untuk memastikan aku tak tersandung sesuatu dan jatuh. Lantai kayu yang kami injak berdecit ketika kami semakin memasuki rumah Amytiville. Anna memeluk lenganku erat dan ia berkata akan memanduku. Namun ini bukan kali pertamanya ia membuat kami tersesat. Akupun menuliskan isyarat dengan jariku di telapak tangannya, “Kau baik-baik saja?”
Aku mendengarnya mendengus kesal dan menjawab dengan suara sengau, “Mike, aku baik-baik saja. Ayo kita tetap mencari, oke?”
Ia jelas terdengar takut. Napasnya pendek-pendek, seakan ia baru saja menangis. Ia berpegangan amat erat di lenganku, menunjukkan bahwa ia tengah ketakutan. Ia hanya tak mau mengakuinya. Ah, andai saja ia mau jujur dan terbuka denganku.
Aku sudah tahu ada sesuatu yang salah. Aku tahu gadis-gadis lain membully-nya. Kami berusaha mencarikannya pertolongan, namun itu hanya membuat apa yang ia alami bertambah buruk. Setiap hari, aku mendengar suara isakannya dan merasakan memar di tangannya. Dan tentu saja aku tahu apa yang sedang kami cari. Gadis-gadis nakal itu mungkin melempar alat bantu dengarnya lagi. Kami sudah mencarinya selama dua jam dan mungkin ini waktunya untuk menyerah dan pergi. Saat hendak mengatakannya, tiba-tiba aku mendengar suara aneh.
“Anna, apa itu kau?” Tanganku naik dan berusaha merasakan wajahnya. Begitu aku melakukannya, kurasakan ia menoleh dan menggunakan tangannya yang lain untuk mengelus pipiku. Aku kemudian menurunkan tanganku kembali dan menulis isyarat di telapak tangannya.
“Kupikir aku mendengar sesuatu. Bisakah kau periksa di belakangmu?”

ANNA – TULI
Cerita kami terdengar seperti klise: cewek tuli dan cowok buta, namun itulah kami. Kami berdua selalu saling memperhatikan dan melengkapi. Dia menjadi telingaku dan aku menjadi matanya.
Aku tahu Mike merasa cemas akan keadaanku dan itu membuatku merasa bersalah. Jika saja aku bisa membela diriku sendiri, maka aku takkan perlu membuatnya menemaniku seperti ini. Dan aku juga tak perlu menariknya ke tempat berhantu ini.
Wanita-wanita j****ng itu melakukannya lagi: melemparkan alat bantu dengarku ke rumah Amytiville yang terbengkalai dan terkenal angker. Semua orang tahu tentang cerita rumah ini, tempat dimana pemilik sebelumnya membantai seluruh keluarganya. Juga urban legend tentang siapapun yang masuk ke rumah ini takkan bisa keluar lagi.
Tentu saja, aku tak percaya pada hantu. Namun bukan itu yang membuatku ketakutan dan menggenggam tangan Mike begitu erat. Aku hanya amat cemas bila tak memakai alat bantu dengarku. Namun tetap saja, kemanapun cahaya senter kuarahkan, alat terkutuk itu masih belum kutemukan.
Ia menulis isyarat di tanganku, “Anna apa itu kau?”
Aku merasakannya menyentuh wajahku. Akupun menoleh dan mengarahkan senter. Ia menulis lagi, “Kupikir aku mendengar sesuatu. Bisakah kau periksa di belakangmu?”
Tak perlu.
Apapun itu, ia tak ada di belakangku, sebab aku melihatnya berdiri di depan kami, sedang mengelus pipinya.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...