Skip to main content

Koleksi Riddle Creepypasta Singkat - Bagian 2



Aku tinggal sendiri, dan aku tidak terlalu banyak kegiatan kalau malam hari. Agar aku tidak bosan, aku punya hobi baru, main jigsaw puzzle. Aku sekarang sedang menyelesaikan jigsaw puzzle yang bisa menyala dalam gelap. Suatu malam saat aku pulang, puzzlenya sedikit menyala, nyalanya itu membuatku bergidik. Kalau ini sudah selesai, sepertinya aku main jigsaw puzzle biasa saja lagi.

*********
Rumahku ini sangat tua, sudah ditinggali keluargaku selama beberapa generasi. Saat di ruang keluarga, mau siang atau malam, aku seperti mendengar dengungan. Rasanya seperti dengar suara gumaman pelan suara wanita.

"Hmmmmm...hmmmm...hmmmm..."

Suaranya sangat pelan, dan hampir tidak kudengar, tapi pelan-pelan makin hari ke hari makin terdengar. Kalau diabaikan, suaranya malah makin besar dan membuatku tidak bisa konsentrasi.

"Hmmmmm...hmmmm...hmmmm..."

Saat suaranya makin besar, aku mulai berdoa dengan suara besar juga, terus menerus hingga suaranya hilang.
*********
Musim panas itu mengganggu. Rasanya kemana-mana itu gerah dan bikin sesak. Kecapekan pulang kerja, aku tersiksa dengan keadaan jalan yang macet, jijik pikirku, sembari jalan ke apartemen.

Disana, ada wanita muda, pria tua, dua anak SD, satu anak SMA, pria dengan kemeja hitam, dan ibu-ibu muda yang menggendong bayinya sambil menggendong anaknya yang TK. Semuanya menunggu lift dan saat terbuka, semua masuk satu demi satu, dan aku masuk terakhir.

Namun pas saat pintu lift mau tertutup, gadis dengan baju putih mencoba masuk dan berhasil. Tapi lift berbunyi menandakan penuh. Kapasitas maksimum lift itu sembilan orang.

Dia terlihat malu dan mulai jalan keluar. Tapi aku mengalah dan keluar lift sehingga dia bisa masuk. Dia senyum dan berterima kasih, manis juga dia. Aku juga turun karena merasa enggan di lift penuh tapi senang juga membantu orang.

Sampai aku masuk ke apartemenku, aku menyalakan TV untuk menonton, dan kemudian ada tayangan berita.

Berita itu mengatakan ada pegawai wanita kantoran yang dinyatakan hilang. Sekitar sini. Aku merinding mengetahuinya.

*********
Ini ceritaku saat aku masih SD.

Di kotaku, ada bangunan kosong. Sepertinya dulunya itu apartemen dua lantai dan temboknya itu dari batu bata. Kaca jendela di apartemennya kebanyakan sudah pecah, temboknya juga sudah mengelupas dan kotor, makanya orang sekitar situ tidak ada yang mampir kesitu.

Suatu hari, aku dan temanku main kesitu untuk iseng. Waktu itu masih sore, jadi kami naik ke lantai 2 untuk lihat-lihat. Ada tulisan di salah satu pintu di lorong apartemen. Kami berjalan untuk melihat lebih jelas.

Tulisannya adalah, "Aku ada di salah satu kamar disini".

Kami masuk dan berjalan terus ke lorong, lorongnya itu berbentuk T di ujungnya, dan ada tulisan di dinding.

"Aku pilih kiri", ditulis dengan berantakan.

Kami sudah mulai takut tapi kami mengikuti petunjuknya dan jalan ke kiri. Jalan buntu lagi, tapi di kanan dan kiri ada pintu, dan di dinding ada tulisan, "Kepalaku di kiri, badanku di kanan."

Saat temanku lihat, dia sudah ketakutan dan kabur, tapi aku tetap di situ, memberanikan diri, dan masuk ke kamar yang kanan. Di dinding kamar, ada kertas catatan bertuliskan, "Badanku di bawah sini"

Aku lihat kebawah.

"Kepalaku sudah menemukanmu dari kamar kiri, jangan lihat."

Aku kabur dan lompat dari jendela, aku tak akan kembali kesana lagi.
*********

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...