Skip to main content

KISAH NYATA PEMAIN HITORI KAKURENBO - Bagian 2

Aku bolos kelas untuk pergi ke kuil. Pertama, saat aku membaca komentar, kalian meminta foto mata Akane, aku tidak bisa memberikannya. Dia agak menutup diri sejak kecelakaan. Aku saja jarang melihatnya keluar kamar, kalau dia keluar juga, dia tidak mau mengobrol, hanya mengambil makanan lalu masuk lagi ke kamarnya. Dia seperti cangkang kosong. Dia tidak mau masuk sekolah, aku pribadi merasa dia khawatir kalau teman-temannya nanti mengejeknya. Masalah bullyingitu cukup buruk di sekolah Jepang, tapi aku sendiri juga merasa bersalah.

Aku rasa kalau meminta bukti foto itu agak tidak sopan, karena keluarga tempat aku tinggal meminta untuk jangan mengganggunya, mereka bertindak seolah tidak ada apa-apa, yang mana menurutku aneh tapi mungkin itu cara mereka menyesuaikan diri.

Kalau mau lihat, ini ada fotoku bersama Akane di kuil Nikko:


Hari ini aku bolos kelas, untuk ke kuil Shinto terdekat, aku tidak tahu apa yang kulakukan, karena Akane tidak mau ikut. Aku merasa pusing jika di rumah dan sesekali melihat sesuatu bergerak di sudut mataku. Seolah ada di sekelilingku.

Kemarin, jam 3 pagi, aku terbangun karena mendengar suara langkah kaki, tapi setelah suara langkahnya berhenti, ada suara cakaran di pintu, seolah ada yang ingin menajamkan kukunya di pintu. Aku hanya berdiam dalam selimut dan menaburkan garam di sekitar bahuku.

Saat aku bangun, ada simbol æ­» (mati) di pintu dan dituliskan oleh sesuatu seperti darah. Aku menghapusnya sebelum ada yang melihatnya, dan melihat pintu Akane juga tertulis simbol tersebut, kemudian aku masuk ke kamarnya dan membangunkannya dan menunjukkan simbol itu.

Dia hanya setengah tersenyum, dan bilang, "Jadi sudah dimulai ya".

Aku hanya sedikit kaget dan menatapnya, dan aku baru sadar ada sedikit goresan di lengannya.

"Akane, kamu terluka?"

Dia lalu menepis tangannya dariku saat aku memegangnya dan berteriak, "TINGGALKAN KAMI SENDIRI."

Suaranya seperti bukan miliknya, seperti berbeda, dan aku berani sumpah, matanya yang tidak tertutup, berubah jadi hitam. Aku tidak tanya apa maksudnya dari "kita", dan membiarkannya masuk ke kamar.

Aku membersihkan darah dari pintunya dan menanyakannya apa dia mau ke kuil lagi, dia hanya menjawab tidak mau dan menyuruhku pergi, padahal kemarin dia mau.

Aku ke kuil, aku dapat petunjuk jalan dari anak sekolah yang lewat. Semakin aku dekat ke kuil, semakin aku merasa sakit, kepalaku mulai pusing, perutku mulai sangat sakit, tapi karena suatu hal, aku memilih terus jalan, saat aku sampai ke gerbang kuilnya, aku muntah, dan pingsan.

Saat aku bangun, delapan jam berlalu, kata pendeta di kuil. Dia bilang aku dikutuk oleh sesuatu yang kuat, aku cerita tentang permainan itu dan dia hanya menggelengkan kepala.

Dia bilang, "Permainan itu sangat bahaya, ada gadis dari sekolah lain khusus wanita yaitu SMA Kasukabe yang juga datang kesini. Kamu tidak boleh main itu."

Dia lalu terdiam.

"Ritual permainan itu intinya, jika si arwah menemukanmu, maka tubuh kamu menjadi milik si arwah."

Dia lalu melanjutkan, "Kamu memang tidak dirasuki, tapi kamu dikutuk, dan hal ini membuat kamu tidak bisa masuk kuil."

Dia bilang dia sudah berdoa sekian jam dan melakukan pembersihan, tapi ini sudah berlangsung lama. Dia lalu memberiku jimat khusus, dan memintaku untuk menggantungnya di pintu, untuk menghindari makhluk jahat masuk.

Setelah berterima kasih, aku pulang. Aku merasa ada beban terangkat, oleh bapak ini, dan dia bilang aku beruntung. Aku cuma sedikit bersentuhan dengan kutukan itu, tapi karena aku tidak kerasukan artinya Akane yang terkena.

Aku sudah yakin dia kerasukan. Saat dia ditemukan dan ditusuk, tubuhnya menjadi cangkang untuk "Erina". Saat dia buka pintu pagi hari, garam yang ditaburkan depan pintu tidak ada lagi, dan dupanya juga dibuang ke tempat sampah.

Saat aku pulang sejam lalu, meski baru jam 7 malam, tidak ada orang di rumah kecuali Akane. Ada catatan di atas meja, dalam bahasa Inggris.

"Sarah sayang,
Erina kecil sakit dan masuk rumah sakit. Jangan khawatir. Kami pergi menjenguk.
Salam sayang ayah dan ibu."


Erina kecil. Akane menamakan bonekanya Erina, dan menusuknya. Ada pengguna yang komentar bilang itu voodoo, Erina kecil, sepupu Akane masuk rumah sakit. Pintu Akane tertutup, lampunya mati. Dia tidak mau jawab meski aku sudah ketuk pintu padahal aku mau tahu keadaannya.

Aku ke balkon, coba mengintip kamarnya, tapi jendelanya ditutuip tirai, kecuali satu mata, yang menatap balik kepadaku.

Aku lari ke kamarku secepat yang aku bisa, menutup pintu, dan menaburkan garam kemana saja, bahkan depan pintu, menggantung jimat, dan membakar dupa. Aku sudah tidak melihat lagi barang bergerak, tapi sekarang aku takut Akane, sebagian diriku berpikir untuk mengganti keluarga, tapi sebagian diriku juga tidak tega, aku berencana tinggal hingga masalah ini selesai, tapi aku sudah tidak tahu mau melakukan apa.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...