Skip to main content

Japan Doll


Karena pekerjaanku, aku harus pindah ke daerah lain dari tempat tinggalku. Perusahaan telah membayar uang sewa rumah untuk keluargaku di mana kami akan tinggal nanti untuk sementara. Rumah itu merupakan rumah yang cukup besar dan lokasinya berdampingan dengan pegunungan. Satu-satunya masalahnya hanyalah terlalu sunyi dan terpencil.

Kami sudah tinggal sekitar sebulan lamanya ketika anak perempuanku menemukan sesuatu yang aneh di tamannya. Dia menemukan sebuah kotak kecil. Ketika dia menunjukkannya padaku, aku merasa sesuatu yang tidak baik tentang kotak itu. Aku mengambil kotak itu darinya dan mengatakan bahwa aku akan membuangnya segera.

Jika waktu itu aku hanya membuangnya begitu saja, mungkin kejadian ini tidak akan menimpa kami. Entah mengapa, aku malah memutuskan untuk membakarnya.

Beberapa hari kemudian, sesuatu yang buruk terjadi. Salah satu sahabatku mengalami kecelakaan dengan mobilnya. Kendaraannya tiba-tiba terbakar. Sahabatku yang malang terjebak di dalamnya dan terbakar hidup-hidup. Dia meninggal sebelum akhirnya pemadam kebakaran tiba di tempatnya.

Tak lama dari hari itu, temanku yang lain mengalami kejadian tragis. Dia sedang menyalakan api unggun di luar rumahnya ketika tanpa sengaja membakar pakaiannya. Dia kemudian menderita luka bakar di sisi kanan wajah dan lengannya.

Aku kemudian pergi menjenguk temanku itu ketika dia sudah sembuh di rumah sakit, dan dia menceritakan seluruhnya padaku tentang kejadian itu. Dia bilang, beberapa hari sebelum kejadian itu terjadi, dia mengalami mimpi yang sangat aneh. Dalam mimpinya itu, tubuhnya terbakar dalam api.

Walau aku tidak pernah mau percaya dengan takhyul, aku merasa ngeri ketika memikirkan kembali kotak yang ditemukan putriku waktu itu.

Aku segera pulang ke rumah dan mencari di taman, melihat ke lubang di mana aku membakar kotak itu. Aku menemukannya dan ketika aku mengambilnya, aku merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhku.

Dalam kotak hangus itu, ada tiga boneka. Boneka Jepang tradisional, yang mengenakan kimono. Satu telah hangus terbakar, yang kedua hanya terbakar di satu sisinya, dan ketiga belum tersentuh dengan api. Ketika aku mengangkat boneka yang hanya terbakar separuh itu, kimononya yang sudah compang-camping jatuh ke tanah.

Di saat itulah aku melihat punggung boneka itu, dan tersentak ketakutan. Ada nama temanku terukir di punggung boneka itu. Nama dari sahabatku, yang sudah meninggal, juga terukir di belakang boneka lain yang seluruhnya telah hangus terbakar itu. Boneka yang masih utuh dan tersisa memiliki namaku, terukir di atasnya.

Seketika bulu kudukku berdiri dan menyisakanku untuk berpikir siapa yang melakukan hal ini. Siapa yang telah meninggalkan boneka-boneka ini di taman rumahku? Aku tidak merasa memiliki musuh. Tidak seorang pun yang punya alasan untuk mengutukku. Aku tidak habis pikir.

Aku lalu membawa istri dan anakku pindah dari rumah itu segera. Kami tidak bisa membuang begitu saja boneka-boneka itu, jadi kami titipkan di kuil Buddha. Bahkan hingga kini, kata-kata dari biksu Buddha yang menerimanya masih terus terngiang di kepalaku.

"Aku sudah mencoba memberkati boneka-boneka ini agar kutukannya lepas," kata biksu itu. "Tapi itu tidak mungkin lagi. Kutukan yang melekat di boneka-boneka ini bukan berasal dari manusia ..."

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...