Thursday, September 14, 2017

Xulub


Aku lahir di Mexico selatan, bagian dari kelompok etnik khusus. Kami memiliki banyak keanehan. Diantaranya adalah kurangnya kata-kata untuk “wanita”. Kami tidak membutuhkan kata-kata itu, karena di kebudayaan kami, anak perempuan menjadi wanita setelah mereka menikah.
Aku menjadi wanita saat berusia 13 tahun. Suamiku, Ikal, berusia 38 tahun. Pertama aku menolak, dan bahkan mencoba melarikan diri, tapi ayahku melembutkan hatiku. Sakitnya sama seperti waktu Ikal dan aku dinikahkan, malam yang sama.
Ikal adalah seorang pemabuk yang bertempramen buruk. Dia pulang setiap jam 3 atau 4 subuh, dengan bau alkohol menyengat. Jika dia menemukan sesuatu yang tidak membuatnya senang- Perabotan berdebu, cucian tidak selesai, atau makanan yang rasanya hambar- Dia akan memukuliku sampai habis. Dia pergi lagi saat pagi menjelang siang. Bahkan jika dia tidak disana, aku tidak bisa melarikan diri, pertama ini dikarenakan kakiku yang dirantai, kedua keluargaku akan dipenjara jika aku lari dari suamiku.

Tahun-tahun itu adalah bencana. Aku masih memiliki bekas luka dan tulang yang bengkok untuk membuktikannya. Setelah ulangtahunku ke 15 kapanpun aku sendirian, aku mulai mendengar suara. Suaranya serak, perlahan, dan penuh kebencian tapi terdengar melindungi. Itu merusak waktu istirahatku, waktu dimana Ikal sedang tidak di rumah.
“Anak yang malang,” katanya. “Ditakdirkan untuk memiliki hidup yang sedih.”
Pertamanya aku mengabaikan itu. Dia selalu mengatakan apapun yang kutahu. Tapi akhirnya aku tidak tahan lagi. Satu malam, aku berpura-pura tidur. Tapi ketika dia mulai berbisik, aku menyalakan api.
Fisiknya adalah lelaki pendek, dengan kulit kasar berwarna gelap dan punuk di punggungnya. Kurus dan hanya tulang, kecuali perutnya yang besar. Matanya serba hitam, menggantung di rongga matanya, dan mulutnya mirip seperti senyuman licik.

“Xulub,” aku berbisik, dan gemetar. Sang Iblis.
Xulub tertawa, kemudian meniup api yang menyala itu.
Setelah itu, Xulub tidak pernah menyembunyikan dirinya lagi. Dia selalu melecehkanku setiap saat, tidak hanya mengutuk dan memperlihatkan kelakuan yang tidak masuk akal, tapi merusak pekerjaan rumah tanggaku juga. Dia menabur banyak garam di makananku ketika aku tidak melihat. Dia mengencingi termos air yang kuisi. Dia membakar lilin dan menuang lilin panas ke ranjang.
Suamiku tentu saja tidak senang. Pukulan semakin brutal kurasakan sampai tetanggaku yang pria juga khawatir. Tidak ada yang membantuku pastinya. Itu adalah hukumnya.
Xulub terlihat sangat bahagia. Dia selalu meledekku dan meludahiku dan tertawa. Dia terus menghancurkan perabotan dari tanah liat, rok yang kumiliki, dan juga konstruksi kayu yang kusebut rumah.

Satu pagi, dia meninggalkan mayat anjing busuk di mejaku. Aku tidak bisa menerima ini lagi.
“Kenapa?” hanya itu yang bisa kukatakan.
Dia tertawa, dan menunjukku. Atau lebih tepatnya, dia mengarahkan kuku jari kotorya itu ke perutku.
Dengan stress yang panjang membuatku lupa. Aku menghitung tiap minggu dengan jariku. Bulan itu.. aku tidak mendapatkan tamu bulananku. Aku menangis beberapa jam. Ikal menemukanku di pojokan, sedang menangis dengan posisi membujur. Dia berteriak kepadaku, dan aku berteriak kembali untuk pertama kalinya. Aku memberitahu dia tentang bayi kami.
Pikiran menjijikan melewati pikiranku. Bagaimana kalau itu bayi Xulub?
Ikal meninju mulutku, dan langsung keluar dari rumah. Datang Xulub, menggali dari bawah tanah, senyumnya jauh lebih lebar dari sebelumnya. Dia mencoba membelai perutku, tapi aku memukul tangannya.

“Apakah kau mau membuat perjanjian denganku, Ix Chel?” dia bertanya, masih tersenyum.
Aku melihat wajahnya ketika dia menyebutkan namaku untuk pertama kali. Aku menggigit bibirku penuh kejijikkan.
“Berikan aku anakmu, dan aku akan menjadikan semua keinginannmu menjadi nyata.”
Aku mendengar cerita ini dari nenek. Xulub mempermainkan dirimu, dan memanipulasi dirimu, dan menghancurkanmu. Tapi dia tidak akan pernah berbohong. Dia tidak bisa.
“Apakah kau tidak membenci suamimu?” dia sudah tahu jawabannya. “Mengapa kau mau mengandung anaknya?”
Aku tidak memiliki jawaban lain. “Apa yang ingin kau lakukan kepadanya?”
“Apa yang aku lakukan dengan barang setelah perjanjian bukan urusanmu.”
“Barang?” Aku meludahkan darah ke kakinya. “Anakku tidak akan diperlakukan sama denganku.”
“Well, jika dia bisa lahir.”

Kata-katanya membuatkau menangis lagi, karena itu benar. Apa yang anakku bisa milikki dengan ayah seperti Ikal?”

“Ambil dia,” Bisikku. “Ambil suamiku.”
Dia membuat suara mengklik dari mulutnya. Itu membuatku lebih kesal, karena aku baru sadar dia tidak punya lidah.
“Hanya yang belum terlahirlah yang menarik.”
Aku tidak mau mendengar apapun lagi setelah itu. Dia ingin mencari perhatianku, pertama dia menjambak rambutku, dan mencakar tanganku, dan menjatuhkan lilin panas di tanganku. Tapi tidak kuperdulikan sedikitpun.
Ketika Ikal pulang, dia mulai memukuliku. Tapi kali ini pukulannya mengarah langsung ke pinggangku. Ketakutan, aku berteriak memanggil tetanggaku. Tapi itu semua sia-sia.
Suamiku tidak melihatnya, tapi Xulub ada disana, duduk di pojokan, masih tersenyum.
Ini masih terjadi sampai seminggu kedepan. Tapi apapun yang terjadi, bayiku masih berada didalamku. Dia mulai tumbuh, dan membuat Ikal semakin emosi.

Dia memukuliku dengan panci panas. Bau terbakar dari kulitku membuatku menggila. Aku mengambil pisau, bukan untuk mempertahankan diriku tapi untuk bunuh diri, yakin bahwa apa yang menungguku dibalik ini jauh lebih baik daripada neraka ini.
Darah berceceran ke badan suamiku. Matanya membelalak, mulutnya terbuka lebar. Dia melempar panci itu dan lari keluar dari rumah kami. Sementara, darah tetap tumpah. Aku mulai tergolek di lantai.
Sudah berakhir, pikirku.

Tapi Xulub tidak berpikir seperti itu.
Dia menekan leherku dengan tangannya yang kotor, dan darah itu terhenti. Beberapa saat kemudian luka itu menutup.
Aku berteriak di wajahnya, lelah, mual dan terlalu sakit karena kematianku tidak diberikan kepadaku.
“Keinginanmu, Ix Chel,” Dia berbisik. “Katakan padaku.”
Aku menggelengkan kepalaku. Menutupi wajahku dengan tangan.
“Aku bisa membuatnya membayar apa yang telah dia lakukan kepadamu. Aku bisa mengeluarkanmu dari sini. Aku tidak akan mengganggumu selamanya. Yang harus kau lakukan adalah memberikan anakmu. Cepat. Dia sedang kembali.”
Tangan kananku merasakan perutku yang memar, dan kehangatan didalamnya. Anak perempuanku yang manis. Alasan aku kesakitan selama beberapa bulan ini. Tidak hanya memakan tubuhku, tapi penderitaanku juga. Parasit.

“Permintaan apapun?” Bisikku. “Kau berjanji?”
“Aku berjanji. Aku akan memberikan apapun untuk anak itu.”
“Kalau begitu.” Kataku, “Keinginanku adalah kebahagiaan kekal untuk anakku.”
Untuk pertama kali, Xulub berhenti tersenyum. Aku tersenyum kembali, untuk pertama kalinya, dan merasakan diriku mulai tergeletak.

Atziri berusia 10 tahun hari ini. Dia adalah anak yang penuh semangat dan manis yang pernah kau lihat. Tidak ada seorangpun menduga dia dibesarkan oleh seorang ibu remaja dari masyarakat miskin. Yang lebih mengejutkan, adalah, jimat mengerikan yang dibawa kemana2 olehnya: Batu yang terukir dengan gambar tulang wajah dan mata menggantung. Dia merasa itu adalah pelindungnya.

Terkadang, hanya terkadang, aku menangkap dia melihatku, dengan penuh kebencian tapi aku tidak bisa menahan senyumku.

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat