Tuesday, September 19, 2017

UBLOO - Bagian 3


Garis putih di tengah jalan perlahan nampak menghilang saat aku melaju cepat menuju kota lain. Jika aku melihatnya cukup lama mereka akan berubah menjadi satu garis yang panjang di lautan aspal ini, ketika aku menatap dengan tajam, dan mereka akan kembali terpisah.
Tanganku mengarah ke tempat duduk disamping dan mengambil botol gin. Sangat menyedihkan bagaimana aku bisa membuka tutup botol itu hanya dengan satu tangan, ketika tangan satunya lagi menempel di setir. Kuteguk dengan cepat sampai habis, kubuang botol tersebut ke jalanan dan terdengar suara pecahan botol yang sangat menenangkan.
"Itu adalah tidur singkat." aku terus mengatakan hal ini kediriku sendiri. Tidak kupahami apakah aku sudah mulai gila atau aku hanya terlalu mabuk di siang hari ini, tapi entah bagaimana aku harus merasinalisasi fakta bahwa aku melihat Ubloo, dan tidak mendengarnya lagi setelah itu.
Pada akhirnya aku berhalusinasi yang dikarenakan oleh kekurangan tidur ini, dan aku harus tidur minimal 5 jam hari ini pikirku. Dalam beberapa minggu terakhir ini yang kudapatkan adalah 4 jam semalam atau selama aku bisa menahan mimpi buruk itu.
Aku mengecek ke kotak berisi "Barang" Robert Jennings dengan kaca spion tengah. Hari ini akhirnya aku bisa mempelajari apa arti buku itu. Tidak bisa kubandingkan berapa lama aku membandingkan tulisan yang ada di laptopku, dan itu tidak lama sampai keberuntungan menghampiriku dan kupahami apa artinya itu.
Di bar hotel itu seorang pria datang dan duduk di sampingku. Kami berbasa-basi dahulu tapi kurasa dia cukup takut dengan penampilan acak-acakanku. Setelah terdiam beberapa saat, pria itu tiba-tiba berbicara.
"Kau bisa membaca omong kosong itu?" tanyanya dengan berhati-hati.
"Sayangnya tidak." aku membuang nafas. "Sejujurnya aku juga masih berpikir bahasa apa ini."
"Oh." sambil melihat birnya dan mulai menatap ke arah label. "Apakah aku boleh melihatnya?"
"Tentu saja, tapi tolong berhati-hati dengan itu." kuberikan buku itu dengan hati-hati kearahnya. Dia mulai membuka cover depan dan membalik ke halaman pertama.
"Well, kupikir ini adalah penulisan Afrika." katanya.
Telingaku seperti mendapatkan angin segar.
"Afrika?" aku bertanya lagi dengan antusias.
"Yeah, dulu aku bekerja sebagai penjaga di musium National History New York. Aku bersumpah aku melihat tulisan yang sama disana."
Aku bahkan tidak berpikir saat berterima kasih ke orang itu. Kuambil buku itu dari dia dan berlari ke kamar hotel untuk memulai pencarian ini. Kupikir email yang kusebar hampir mencapai 500 malam itu, dengan beberapa contoh tulisan yang kuattach, ke semua profesor Sejarah Afrika, kepala museum, dan instruktur bahasa afrika yang bisa kutemukan alamatnya.

Itu adalah awal dari pertemuanku dengan Eli.
Eli adalah seorang profesor sejarah Afrika yang tinggal di Natchez, Missisipi. Dari email balasannya dia terlihat kaget dan gembira. Eli memberitahuku bahwa tulisan ini adalah bahasa yang sudah hampir punah yang dia terjemahkan untuk profesornya saat dia masih kuliah. Kukatakan padanya bahwa aku akan membayarnya untuk membantuku menerjemahkan buku ini, selama aku mengantarkan buku itu, Eli akan menerjemahkannya untukku. Aku tidak bisa meresikokan buku ini hilang di jasa pengiriman, lagipula, Natchez berada di rute menuju rumahku di Louisiana.
Buku Harian Robert sudah kubaca habis 2 minggu lalu. Dia menulis tentang mimpi, betapa berat bebannya dan betapa itu berefek kepada keluarganya. Robert mengetuk pintu salah seorang penyewa rumahnya, setelah tidak ada kabar dari sang penyewa (atau belum menerima uang sewanya) selama seminggu. Robert masuk dan menemukan pria itu, dengan nadi teriris di dalam bathtub. Robert menemukan foto rumah Louisiana di celana jeans yang tergantung di toilet, dengan alamat yang dituliskan dengan buru-buru di balik foto. Membuatku curiga bagaimana dia tidak menyebutkan dimana dia menemukan buku itu.
Robert juga berteori tentang apa yang Ubloo ingin lakukan. Dia percaya bahwa ini seperti roh jahat yang memiliki dendam, dengan memakan ketakutan dan mimpi buruk. Sejujurnya buku harian itu tidak terlalu membantu, isinya hanyalah apa yang dilakukan Robert selama 3 tahun saat dia terkena kutukan ini.
Aku membiarkan pikiranku mengambang saat aku mendengar teriakan perempuan.

BRAK

Dan tabrakan parah yang menyebabkan kaca depan mobilku terlihat seperti jaring laba-laba. Aku terkejut dan kehilangan kontrol mobil. Berbelok dari jalan raya menuju ke arah tanggul, dan menghempaskan tubuh wanita malang itu sampai tubuhnya menghantam pohon, dan aku mendengar suara tulang punggungnya patah seperti dipecut dengan benda tajam.
Mobilku akhirnya berhenti dan aku mendengar lelaki ini berteriak.
"OH TUHAN! MARY!!!"
Seorang pria tua berlari menuruni tanggul menuju ke wanita tersebut.
"MARY! JANGAN MATI SAYANG!"
Dia berlutut dan membaringkan kepala wanita itu di tangannya, kakinya yang patah terbentuk mengerikan. Pria itu melihat kearahku, masih shock, dan kepalan tangan yang masih memutih karena menahan setir. Itu sampai beberapa saat aku mulai memproses apa yang telah terjadi.
"MINGGIR! AKU ADALAH DOKTER!" Teriakku, membuka pintu dan berlari menuju ke pria itu.
"Dia sudah MATI IDIOT! Kau MEMBUNUHNYA!" Teriak pria tua itu sambil terisak di rambut wanita itu.
Aku berhenti diantara pohon dan mobilku. Mereka berdua tidak lebih muda dari 70 tahun. Tidak jauh dari sana aku melihat mobil yang berhenti. Kupikir mereka pasti rusak atau ban nya kempes, perempan itu kemungkinan mencoba memberhentikanku atau berdiri terlalu jauh dari jalur.
"Aku minta maaf, aku..." sambil tergagap, dan terasa seperti dicekik. "Aku sedang tidak fokus."
"Kau mabuk bajingan!" sambil berteriak. "Seorang pemabuk seperti ayahmu! Itu yang menyebabkan dia mati dan ibumu juga terbunuh!"
Aku terkejut oleh ini.
"Tidak, itu tidak benar!"
"Itu benar!" teriak pria tua itu sambil mengambil pistol dari kantongnya. "Lihat apa yang telah kau perbuat nak! Ini semua salahmu!"
Dan dengan itu dia mengokang dan mengarahkan pistol itu ke mulutnya, aku hanya melihat serpihan otaknya yang tercecer setelah itu.
Masih terkejut dan terdiam. Aku menggaruk kepalaku dan melihat ke pria dan wanita itu. Bagaimana cara aku lolos dari masalah ini? Lagi dan lagi aku menggarukkan kepalaku, betapa menyentilnya kejadian ini.
Kemudian aku merinding. Aku berbalik dan terkejut dia ada disana. Belalai panjangnya berada di belakang kepalanya dan lidah panjang berwarna hitamnya menggantung. Dia menatapku dengan mata hitamnya. Sangat gelap sampai aku bisa melihat pantulan di dalamnya. Pantulan diriku yang berdiri dengan ketakutan. Dia bergoyang dan mundur perlahan. Kepalanya memutar ke samping dan tanpa pergerakan aku mendengar itu.

"Ubloo!"

Aku terbangun dengan terkejut. Segalanya terlihat nampak perlahan ketika aku melihat sekelilingku, dan akhirnya semua kembali normal. Di tempat peristirahatan tepat di luar Natchez aku berhenti untuk buang air kecil dan membeli kopi. Aku pasti tertidur di mobil.
"Brengsek!" kuhantamkan setir itu.
Sudah 50 mimpi tentang hal itu yang sudah kualami dan tetap saja itu membuatku lengah. Aku membuka laci di samping tempat duduk dan mengambil sebotol Adderall. Kutelan dua dengan bantuan gin.
Untuk sekian detik aku duduk disana, sampai kunyalakan kembali mobil, dan meninggalkan tempat parkir itu.
Memakan waktu 30 menit untuk mencapai rumah Eli. Rumahnya besar namun terlihat tua. Jalan untuk mobilnya lebih besar dari yang pernah kumiliki. Tanah sekitarnya membentang luas. Kupikir hidup di kota membuatku merasakan tempat ini tidak natural.
Kuarahkan mobilku ke depan rumahnya dan dia melambai kearahku. Dia sudah menungguku, dia sama tingginya sepertiku tapi lebih tua, mungkin sekitar umur 60an. Rambutnya sudah beruban semua dan janggut warna putihnya terasa serasi. Kulitnya mengkerut dan dia menggunakan kacamata.

Dia menyalakan rokoknya ketika aku keluar dari mobil dan meregangkan kakiku.
"Siang dokter." Dia memanggil dari depan rumahnya. "Bisa dikatakan bahwa aku sudah mencari buku milikmu. Sekarang ini sangat sulit menemukannya, dan jika aku bisa menemukan sesuatu yang baru, well kupikir kita impas."
Dia berbicara dengan aksen Missisipi yang cukup dalam tapi tetap bisa kumengerti. Dia melihatku beberapa saat dan berbicara lagi.
"Kau terlihat berantakan dokter. Perjalanan panjang" dia bertanya dengan nada yang tulus.
"Hanya malam panjang prof."
Aku hanya bisa tersenyum. Kubuka pintu belakang mobilku dan mengambil buku itu dari kotaknya. Kututup pintu dan memeriksa cover 1 kali lagi sebelum aku berjalan ke arah Eli.
"Ini dia." sambil memberikan buku itu.

Eli mengambil buku itu dan membetulkan kacamatanya. Dia memicingkan mata ke arah covernya sekitar 3 detik sebelum aku melihatnya dia sudah bertanya.
"Dokter." dia berkata dengan serius. "Dimana kau menemukan ini?"
"Temanku memberikannya padaku." kataku setengah berbohong. "Ada apa, apa buku itu?"
Eli menatapku dengan tajam beberapa saat lamanya, dan dia sepertinya mengerti kondisiku.
"Itu adalah teks keagamaan." Eli berkata sambil melihatku. "Ditulis oleh seorang dukun dari Suku Binuma."
"Dukun?" aku bertanya dengan penuh ingin tahu. "Seperti Voodoo?"
"Ya dokter." Eli melihatku lagi sambil berkata. "Tapi bukan sembarang Voodoo. Suku binuma, dan paling spesifik dari dukun ini, bahwa dia adalah yang paling kejam dalam sejarah Afrika."
Kami terdiam beberapa saat. Hanya terdengar suara angin.
"Well dokter." Eli kembali berkata. "Mari masuk, dan kita lihat apakah ini palsu atau tidak sebelum kita membuat kesimpulan."
Kami masuk kedalam dan Eli mulai mengecek buku itu. Teks, Kertas, dan segalanya. Ketika dia mengecek ini aku membantunya mengambil beberapa contoh dari lemarina, dan mencari teks yang tidak bisa ditemukan di internet, membuatkan teh manis. Setelah 2 jam akhirnya dia kembali duduk dan menatapku.
"Aku tidak bisa berkata-kata dokter, ini original."
Aku bahagia mendengar itu. Sejujurnya aku bahkan tidak memikirkan apakah itu palsu, dan sekarang aku hampir mendapatkan jawaban tentang Ubloo, tentang bagaimana aku bisa menghentikan atau membunuhnya, setidaknya beban di pundakku terangkat sedikit.
"Diatas ada ranjang untuk tamu. Jikalau kau tidak memiliki tujuan selanjutnya kau bisa bersamaku disini dan kita bisa menerjemahkan buku ini dalam --aku tidak yakin-- mungkin sekitar 3 hari?"
Perutku seperti ditinju.

"Maaf Eli, tapi aku tidak memiliki waktu sebanyak itu." Dia melihat kearahku lagi. "Aku harus pergi saat matahari terbenam."
Eli terlihat terkejut, dan dia berhak beropini seperti itu.
"Wow dok, kau terlihat seperti orang yang sudah tidak tidur beberapa hari! Aku yakin kau bisa beristirahat 1 hari saja?"
"Maaf prof, tapi aku betul-betul kehabisan waktu." sambil berdiri dan aku berjalan menuju tempat Eli menaruh buku. "Apakah aku boleh membacanya?"
"Well tentu saja dokter, itu adalah milikmu"
Sembari membalik halaman demi halaman menuju ke halaman yang kubutuhkan.
"Tidak lagi Eli." sambil mencapai halaman yang kuinginkan. "Ketika kutinggalkan ini, maka semua ini adalah milikmu, lakukan apa yang kau inginkan dengan ini."
Aku mendapatkan halaman yang kubutuhkan. Gambar Ubloo yang menyeramkan dan disekitarnya terdapat teks.

"Tolong prof, ini adalah teks yang kubutuhkan." Kataku sebelum dia bisa mengatakan apa-apa.
Eli melihat halaman itu dan terdiam selama beberapa menit, dan saat dia sudah mengerti. Akhirnya dia melihatku dengan mata sedih.
"Sudah berapa lama?"
"Sekitar 2 bulan." kataku kembali, hatiku sedih akhirnya ada yang bisa mengerti apa yang kurasakan.
"Ya ampun..." katanya sembari bergumam "Mohon menunggu dok."
Dia berdiri dan berjalan ke dapur, dan kembali dengan nampan berisi 2 gelas es batu, dan 1 botol whiski. Aku tertawa, dan untuk beberapa saat aku menjadi manusia lagi. Eli menuangkanku segelas, dan kami minum bersama dalam kesunyian.

"Jadi sekarang kau sudah mengerti mengapa aku tidak bisa tinggal." kataku membuka percakapan.
"Aku paham dokter. Nah sekarang kau mungkin ingin duduk, karena ini adalah cerita yang panjang."
Kusiapkan diriku dan duduk di sebelah Eli, berdebar ingin mengetahui apa yang akan diceritakan.
"Mahkluk ini, adalah 'Daiala Bu Umba.'"
"Daiala Bu Umba?" aku bertanya dengan penasaran, aku merasakan bahwa nama itu asing dengan yang dikatakan Robert dan Andrew.
"Ya, Daiala Bu Umba, yang artinya adalah 'Dia yang menunjukkan.'"
Bulu kudukku merinding saat mendengar penjelasan Eli.

"Disini tertulis bahwa dukun ini sangat kuat, dan kelompok mereka -Klan Binuma- sedang dikejar oleh klan musuh di padang gurun. Daripada mereka mengejar dan berperang, mereka mengirimkan pasukan terkuatnya ke kemah Binuma tengah malam, dan membunuh mereka ketika mereka tidur.
Dukun itu sedang berdoa agar klan mereka bisa selamat, tapi dewa telah meninggalkan mereka karena dukun itu menggunakan Voodoo untuk membunuh lawannya, jadi doanya tidak dikabulkan.
Ketika dukun itu kembali ke kemah, dia menemukan bahwa seluruh klannya sudah dibantai, termasuk istrinya yang sedang hamil. Dengan penuh amarah dan kekecewaaan, dukun itu melakukan Voodoo terkuat yang pernah dilakukan manusia untuk membunuh klan musuh itu, dan juga meninggalkan dewa yang telah meninggalkan klan mereka.
Dukun itu mengumpulkan semua yang ditinggalkan dari serangan itu; Gading Gajah, Kulit Ular, Tulang binatang, dan yang lainnya. Dia mengumpulkan semua barang itu bersamaan dengan mayat klan mereka, untuk mengutuk dengan roh yang akan menghantui tidur mereka."
Eli berhenti dan melihat kearahku.
"Kau ingin aku tetap bercerita dokter?"
Aku meminum whiskiku dan mengiyakan.

"Hanya dalam beberapa hari, klan musuh itu mengalami mimpi buruk hebat, dan tidak bisa tidur. Mereka bermimpi diserang oleh klan lain dan melihat para perempuan dan anak-anak diperkosa, dan dibudaki, hasil panen yang dibakar dan musim kemarau berkepanjangan. Tanpa mereka sadari, klan itu membunuh satu sama lain, atau bunuh diri, sampai tidak ada yang tersisa.
Tapi, sesuatu yang aneh terjadi. Ketika dukun itu merayakan kemenangan atas musuh mereka, dia tetap mendengar orang yang dirasuki oleh Daiala Bu Umba. Dia menyadari bahwa roh itu tidak bisa dihentikan, karena sudah memiliki nafsu yang tidak bisa dihentikan. Satu demi satu semua dirasuki, sampai mereka mati, dan mereka mengoper ke orang lain, dan terus seperti itu."
Dia berhenti dan melihat lagi ke arahku.
"Well, apakah mereka bisa menghentikannya?" tanyaku
"Sayang sekali dokter, tidak tertulis disini." kata Eli dengan sedih. "Dikatakan kalau suku itu mengasingkan semua yang sudah dirasuki oleh roh jahat itu, karena itu tidak mungkin dilawan. Meninggalkan roh jahat itu untuk merasuki suku lain."

Perutku terasa ditinju. Itu dia.. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk lari dari Ubloo.. Sekarang aku mengerti mengapa Andrew dan Robert bunuh diri.
Mataku terasa berat dan Eli menuangkan whiski lagi.
"Aku yakin kau mau kembali keluar sekarang dokter. Aku akan tetap menerjemahkan dan akan menghubungimu kalau aku sudah mendapatkan sesuatu yang membantu."
Aku meminum langsung whiski itu dalam 1 kali teguk dan menghapus air mata yang turun.
"Terima kasih Eli. Mohon beritahukan aku jika ada update. Aku akan pergi sekarang."
Aku berdiri sebelum dia bisa menghentikanku dan menuju ke pintu depan.Sebelum aku masuk ke mobil Eli ada di dekat pintu dan memanggilku.
"Dokter! Kemana kau mau pergi? Jikalau aku boleh bertanya." tanyanya dengan kesedihan yang mendalam.
"Untuk mengikuti jejak orang mati." jawabku. "Itu mengarah ke suatu tempat di Louisiana."
Eli menatapku kembali dan sedikit meneteskan air mata.
"Well aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu dokter. Aku tidak membayangkan hal yang kau lihat dan aku tidak akan berpura-pura. Tapi Tuhan memberkatimu."
Aku mengangguk dan membuka pintu mobil, tapi aku berhenti dan menatap Eli.

"Daiala Bu Umba." Kataku sedikit tertawa. "Itu jauh lebih baik dari apa yang selalu kupanggil."
"Apa nama yang kau panggil dokter?"
Aku berpikir sejenak betapa konyolnya nama itu.
"Ubloo." jawabku sambil tersenyum simpul.
"Ubloo?" Eli melihatku dengan bingung.
"Yeah, itu adalah kata yang diucapkan mahluk itu di ujung mimpi." kataku ragu-ragu. "Apakah itu berarti sesuatu?"

Eli melihatku dengan tatapan yang tidak pernah kulupakan, dia terlihat seperti orang yang tidak akan pernah menatap seperti itu seumur hidupnya, dan dia berkata:
"Ya dokter. Ubloo adalah kependekkan dari 'Ubua Loo.'"
Angin berhembus sangat perlahan dan rumput-rumput bergoyang dibawah cahaya matahari ketika aku menunggu kata-kata yang mungkin terakhir kalinya kudengar dari Eli.

"Itu artinya Bangunlah"

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat