Tuesday, September 19, 2017
THE PERFECT GIRL
Di suatu musim panas, ada seorang gadis yang pindah ke sebelah rumahku. Ia tinggal bersama ibunya dan mereka sangat malang. Ayahnya meninggalkan mereka tahun lalu. Ia baru tinggal di kota dan merasa sulit untuk menyesuaikan diri. Meskipun kami berdua berasal dari latar belakang yang berbeda, tetapi kami tetap harus berteman. Kami memang bukan teman dekat, tapi aku sering mengunjungi rumahnya untuk berbincang.
Saat aku menatap matanya, aku tau dia adalah gadis yang sempurna bagiku. Sayangnya, ia tidak merasakan hal yang sama. Ia menyukai pria yang tampan dan percaya diri. Jelas, aku bukan tipe yang seperti itu, jadi aku memutuskan untuk menunggu.
Ia tidak memiliki teman untuk berbincang, aku satu-satunya temannya. Seringkali ia mengeluh tentang hidupnya, menceritakan ibunya yang suka memukulnya, dan gadis-gadis di kelasnya yang mengucilkannya. Ia juga bercerita tentang seorang pria yang ia sukai. Pria itu sangat populer dikalangan gadis-gadis di sekolahnya.
Aku duduk dan mendengarkannya menceritakan masalahnya.
Suatu hari, ia tidak berangkat ke sekolah. Ternyata karena ia dibully. Ia mengatakan padaku bahwa salah satu gadis populer di sekolahnya mengetahui bahwa ia menyukai pria yang merupakan pacar si gadis populer itu. Ia selalu dibully setiap kali bertemu dengan gadis populer dan teman-temannya itu. Bahkan mereka menyebarkan keburukannya di hadapan teman-teman sekelas lain hingga membuat hidupnya seperti mimpi buruk.
Aku terdiam ketika mendengarkannya menceritakan masalahnya.
Setalah ia masuk SMP, sikapnya berubah. Ia kerap kali keluar malam dan mulai merokok bahkan meminum alkohol. Aku mendengar kabar bahwa ia juga memakai narkoba. Ia bergaul dengan orang-orang yang buruk bahkan pernah sekali tertangkap oleh polisi.
Kehidupan di rumahnya semakin buruk dan ia sering bertengkar dengan ibunya saat tengah malam. Semua gadis di sekolahnya membencinya. Bahkan seseorang menyemprotkan grafiti di sekeliling rumahnya dengan tulisan yang buruk dan tulisan mengenai hal-hal menjijikkan tentangnya. Seseorang bahkan membunuh kucing kesayangannya dan meletakkan di rumahnya dalam bentuk kiriman paket.
Akhirnya ia berhenti sekolah. Ia mengurung diri di kamarnya. Ia tidak lagi berbicara dengan ibunya dan tidak keluar kamar berhari-hari. Ia jarang sekali keluar kamar bahkan untuk makan. Ia tampak pucat, sakit-sakitan dan sangat kurus. Ibunya meninggalkan makanan di depan kamarnya. Ia hanya keluar kamar jika ingin ke toilet atau saat tengah malam ketika ibunya sudah tertidur. Hidupnya begitu menyedihkan.
Aku mengunjunginya pertama kali setalah lama tak berkunjung. Ia tidak mau keluar untuk menemuiku, meskipun aku berteriak melalui lubang kunci, ia tetap tidak menjawab. Ibunya memintaku mengantarkan sup untuknya. Sekilas aku melihatnya membuka pintu untuk mengambil sup tersebut. Ia tampak pucat, letih dan kurus kering. Ia tampak seperti kain basah yang telah diperas.
Aku mulai mengunjunginya setiap hari. Setelah beberapa saat, ia mulai berbicara kepadaku dari balik pintu. Ia bercerita tentang bagaimana ia dan ibunya terus berjuang ketika teman-teman lamanya sudah melupakan mereka. Ia bercerita tentang bagaimana ia terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk dan keluar di malam hari untuk mencuri, memakai narkoba, mendapat masalah hingga ia tertangkap polisi dan memiliki catatan kriminal.
Ia bercerita tentang ibunya yang awalnya mencoba membantunya tetapi ibunya justru marah dan memukulnya ketika ia tidak mendengarkan ucapan ibunya. Hidupnya tak tertahankan. Ia ingin mati bahkan berkali-kali mencoba untuk bunuh diri dengan menggorok pergelangan tangannya.
Sama seperti sebelumnya, ia terus berbicara dan aku tetap mendengarkan. Setiap kali ia meminta pendapat dariku, aku hanya mengangkat bahu atau memberikan komentar yang tidak menyakitkan.
Seiring waktu berlalu, suasana hatinya mulai membaik. Ia memutuskan untuk tidak mengunci diri di kamarnya. Segala hal menjadi lebih baik dan mencari masa depan yang positif. Ibunya terharu dan berterima kasih sebesar-besarnya kepadaku.
Suatu hari, ia pergi ke atap sebuah apartemen di dekat rumah dan melompat. Bangunan itu tidak terlalu tinggi hingga ia mendarat di semak-semak. Mungkin itu yang membuatnya masih terselamatkan. Namun, sumsum tulang belakangnya terluka saat terjatuh dan ia mengalami kelumpuhan di area leher ke bawah. Para dokter mengatakan bahwa ia akan menghabiskan sisa hidupnya di kursi roda.
Ketika ia pulang dari rumah sakit, aku menjenguknya. Ia berbaring di tempat tidur dan tidak bisa bergerak. Ia terus menangis dan berulang kali meminta maaf kepadaku. Ia berharap tidak selamat ketika ia terjatuh. Ia menyesal telah menyusahkanku dan ibunya.
Aku mencoba menenangkannya dan membuatnya berhenti menangis, tetapi sulit untuk menghibur seseorang yang terbaring tak berdaya. Aku memeluknya dengan perasaan canggung, ia terlalu banyak menangis sehingga tubuhnya gemetar. Ia bahkan tidak bisa menghapus air matanya sendiri.
Saat aku sedang memeluknya, aku memintanya untuk menikah denganku.
Ia berkata, "Sungguh? Apakah kau serius? Aku? Benarkah?"
Ia tidak yakin bahwa ada seseorang yang menginginkannya. Aku harus melamarnya berulang kali untuk meyakinkannya bahwa aku bersungguh-sungguh. Ia menangis dengan teramat sangat. Aku mencoba menenangkannya dan berkata bahwa aku ingin menikahinya karena aku selalu mencintainya.
Ia adalah gadis yang sempurna bagiku. Ia selalu sempurna.
Meskipun ia menolakku dan tidak membalas perasaanku.
Meskipun ia bergaul dengan orang-orang yang buruk.
Meskipun aku harus mendengarkan semua cerita bodohnya.
Meskipun ia tampak sangat kurus dan mengurung diri di kamarnya.
Bahkan saat aku mengadu kepada gadis populer bahwa ia menyukai pacar si gadis populer tersebut.
Bahkan saat aku menyebarkan keburukannya di hadapan teman-teman sekelasnya.
Bahkan saat aku menyemprotkan tulisan grafiti di sekeliling rumahnya.
Bahkan saat aku membunuh kucing kesayangannya dan meletakkannya dalam sebuah paket ke rumahnya.
Meskipun saat ini ia hanya bisa terbaring di tempat tidur, kecil, lemah dan tak berdaya.
Aku masih mencintainya.
Kau tau, ia adalah gadis yang sempurna bagiku.
Kami akan segera menikah.