Wednesday, September 20, 2017
The Dare Game
Matt dan aku berkenalan di kemah musin panas. Umur kami sama dan tak butuh waktu lama bagi kami untuk menjadi sepasang sahabat. Bahkan, teman-teman kami mengira kami bersaudara.
Kami seringkali bermain “Dare” di perkemahan.
Suatu hari, kami menemukan sebuah pondok kayu tua di dalam hutan. Tempat itu terlihat tak terawat dan menakutkan.
“Kutantang kau untuk mengetuk pintu!” tantang Matt.
Aku berjalan mendekati pintu dengan perlahan lalu mengetuknya dua kali. Sesegera mungkin aku langsung berlari kembali.
“Aku tantang kau mengintip melalui jendela!” aku balik menantang.
Dia pergi mendekat dan melihat melalui jendela. Namun kemudian dia kembali dan mengatakan bahwa ia tak bisa melihat apa-apa karena debu yang menempel tebal di kaca. Namun ia mengira melihat sebuah dapur tua di dalam.
“Giliranku,” kata Matt, “Kutantang kau kembali ke pintu dan membukanya!”
Aku berjalan mengendap-ngendap lagi ke depan pintu dan membukanya. Ternyata mudah sekali, bahkan tak dikunci.
“Krieeeeet ...” pintu itu mengeluarkan suara deritan ketika dibuka. Akupun segera berlari kembali ke tempat kami berdiri tadi.
“Pintunya nggak dikunci dan sepertinya tak ada siapapun di dalam.” Kataku, “Baik, sekarang giliranku. Kutantang kau untuk masuk ke dalam!”
“Apa kau yakin tak ada orang di sana?” tanyanya.
Aku mengangguk. Matt mengambil napas panjang dan melakukannya. Dia masuk ke dalam pondok itu melalui pintu yang tadi kubuka.
Aku tak bisa melihat apapun karena kegelapan yang menyelimuti bagian dalam pondok.
Akupun menunggu Matt untuk kembali sembari berpikir tantangan apalagi yang akan diberikannya sebagai balasan.
Namun, Matt tak kunjung keluar.
Aku merasa tak sabar. Namun segera, perasaan itu digantikan dengan rasa takut. Bagaimana jika ada seseorang di dalam dan menangkap Matt? Aku mengendap-endap kembali ke arah pintu. Baru saja aku mau menengok ke dalam ketika tiba-tiba pintu itu terbanting menutup! Aku amat terkejut hingga jatuh tersungkur ke belakang.
Aku lari sekencang mungkin ke arah hutan. Aku panik sekarang. Aku ingin kembali ke sana untuk mencari Matt, namun aku terlalu takut.
Tiba-tiba seseorang meraih bahuku dari belakang.
Aku berteriak dan jatuh tersungkur lagi. Namun kali ini aku mendengar suara tawa Matt. Aku menoleh dan menemukannya berada di belakangku.
“Matt!” teriakku, “Sialan kamu! Ini sama sekali nggak lucu!”
Matt memegangi perutnya sambil tertawa terbahak-bahak. Ia membuatku semakin kesal.
“Matt, aku serius! Tadi kupikir terjadi sesuatu denganmu!”
Aku mencoba berjalan kembali dengan kesal, namun Matt menghentikan langkahku. Ia meyakinkanku bahwa tadi hanyalah lelucon dan sebaiknya kami lanjut bermain. Namun aku sudah tidak “mood” lagi.
“Ayolah!” bujuk Matt, “Satu kali lagi lalu kita kembali ke perkemahan, oke?”
“Oke.” Aku akhirnya menyerah, “Apa tantangannya?”
“Aku menantang kamu masuk ke dalam pondok untuk menemukan Matt yang asli!"