Skip to main content

The Box in the Attic


The Box in the Attic - Ketika aku masih menjadi gadis kecil, aku berteman dengan seorang anak laki-laki bernama Ephraim. Dia orangnya pendiam dan pemalu, tetapi aku senang berteman dengannya. Dia adalah anak tunggal, namun ia berkata pernah memiliki seorang saudara perempuan. Namanya adalah Marlene dan dia mati sebelum lahir.

Suatu hari sepulang sekolah, ia mengundangku untuk datang ke rumahnya. Ibunya menghidangiku dengan susu dan kue sambil kami menonton kartun di tv. Setelah kami selesai makan, Ephraim mengatakan pada ibunya bahwa kami akan pergi ke lantai atas dan bermain.
"Ingatlah!" ujar ibunya
"Kamu dapat melakukan apa saja yang kau mau, tapi jangan pergi ke loteng!" lanjut ibunya
The Box in the Attic - Kami pun berkeliling dan melihat-lihat sesuatu untuk kami bisa bermain. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk bermain petak umpet. Ephraim menutup matanya dan menghitung sampai seratus sementara aku berlari mencari tempat sembunyi.
Aku memutuskan untuk bersembunyi di tempat dimana Ephraim belum pernah mengunjunginya, yaitu di loteng. Aku menaiki tangga loteng dan membuka pintunya. Didalam suasananya gelap dan lantainya di lapisi debu. Aku melihat di sekitarku dalam cahaya remang, terlihat sebuah kotak kardus besar di sudut loteng. Itu terlihat sebagai tempat sembunyi yang bagus.
Aku penasaran terhadap isi kardus itu dan kemudian mengintipnya. disana terlihat beberapa benda aneh yang berdebu dan berwarna abu-abu. Saat kulihat lebih dekat, aku meyakini bahwa benda-benda itu adalah tulang manusia dan di dasar kardus kulihat sebuah tengkorak.
Aku melihat sebuah label di sisi kardus, seketika aku pun merinding. Lalu ku tutup kardus itu. Aku dan Ephraim pun turun ke lantai bawah. Aku tidak mengatakan apapun mengenai kardus itu ke Ephraim. Aku pun pamit dengan alasan bahwa ibuku mencariku untuk pulang cepat ke rumah.
Beberapa tahun kemudian, Aku tetap mengingat label di kardus yang ada di loteng Ephraim itu.
Tulisannya,,,
"Marlene".

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...