Skip to main content

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 8


Dia sedang memberikan sinyal yang berkaitan dengan undian di tepi cangkir teh tadi. Anthony tak seharusnya ada di sini. 1+1 adalah 2. Dia hanya mengingikan aku dan Chrisotoper, ia tak membutuhkan Anthony. Makhluk itu bergeser melihat ke arahku, lalu ke arah Christoper. Entah kenapa ia langsung berpaling ketika melihat Chris. Karena posisiku yang sedang merentang di depan tubuh Chris-ku, saat itu aku benar-benar tak tahu ekspresi apa yang ditampilkan oleh suamiku ketika sesosok makhluk yang menyerupainya ada di hadapan matanya.

Kemudian, makhluk itu pergi. Ia membalikan tubuhnya, dengan koper yang masih dipegang ia berjalan menjauh. Makhluk itu meninggalkan kami, hanya sebatas itu yang kami lihat. Kami tak pernah tau kemana ia pergi. Makhluk itu hanya tiba-tiba menghilang bersama dengan kegelapan malam. Seketika makhluk itu pergi, bau busuk yang sedari tadi menusuk pun mulai menghilang.

Mobil yang sedari tadi terkunci, tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, kami bertiga langsung bergegas keluar dari mobil. Anthony mulai tak sadarkan diri, kejadian barusan memberikan dampak tekanan yang sangat kuat baginya, aku mencoba menahan tubuh Anthony sambil berjalan ke arah kantor polisi dan Christoper membukakan pintu agar kami bisa masuk ke dalam kantor polisi.

Seorang petugas polisi menghampiri kami,

"Apa yang terjadi? Apakah dia baik-baik saja?" tanya polisi itu. Dia meraih radio di bahunya dan mulai bicara "DI 52, DI 52 tiga orang, satu terluka. Staff medis segera ke lobi."

Udara sejuk, dan tidak berbau di dalam kantor polisi akhirnya membuat Anthony sadar kembali. Ia mengerang, masih sambil bersandar padaku.
"Kami diikuti, ada orang aneh, kami, kami.. sial," Anthony langsung mengeluarkan suaranya, ia adalah salah satu yang pernah secara langsung bertemu makhluk itu, makhluk itu bahkan menunjuk ke arah Anthony semuanya tak masuk akal. Anthony berusaha menjelaskan tapi ia kehabisan cara bagaimana menjelaskan apa yang baru saja terjadi.

"Pak Polisi, kami butuh berkas untuk membuat laporan sekarang," Chris, saat ini tampak seperti seorang pengacara, ia mengambil alih situasi.

"Ok, Aku Michael Han, Aku akan bawakan berkas laporan untuk kalian, tapi temanmu ini butuh bantuan," seselesainya petugas polisi itu bicara, seorang staf medis laki-laki menggunakan masker dan membawa kotak P3K menghampiri kami. Staf medis itu jelas dapat melihat jika saat ini Anthony masih syok.

"Baik, sekarang bisa katakan padaku apa yang terjadi?" kata Michael padaku dan Chris,

"Aku Dr. Rose Tillman dan ini suamiku Christoper Tillman, kami telah diikuti dan diancam oleh seseorang dan kami butuh perlindungan." terangku,

"Orang ini menguntit kami, dia menggunakan identitasku bahkan menggunakan credit card atas namaku, ia berusaha menggunakan kendaraanku, bahkan masuk ke rumah kami ketika istriku sedang sendirian." cerita Anthony,

"Oke, aku mengerti kepanikan kalian. Tapi, siapa teman kalian itu dan apa hubungannya kejadian ini dengannya?" tanya Michael

"Namanya Dr Anthony Jovid, dia adalah sepupuku. Dia menolong kami sejak kami menyadari bahwa ada yang tidak beres dan kami tak merasa aman." jelas Christ,

"Sejak kapan kalian diikuti stalker ini?"

Christoper dan aku saling menatap, kami tak tahu harus menjawab apa. Kami jelas tak bisa mengatakan pada polisi ini semua yang terjadi dari awal karena dia pasti akan berpikir kami gila, tapi saat ini, kami benar-benar harus mengatakan apa yang sedang terjadi.

"Sejak kemarin, sekitar jam 8 malam. Itu adalah waktu ketika stalker itu masuk ke rumah ku, berpura-pura sebagai aku dan berusaha untuk menyakiti istriku."

"OK, apakah kau tau dimana stalker ini sekarang?" tanya Michael,

Anthony melepaskan masker oksigen yang terpasang di mulutnya. Sebelumnya, seorang suster telah memindahkan Anthony ke kursi, sehingga jika Anthony pingsan lagi akan lebih aman. "Tunjukan mobilnya!" pekik Anthony.

Aku dan Christoper mengajak Michael untuk keluar kantor polisi dan menunjukkan mobil duplikat yang ada di depan kantor polisi. Tapi tak ada apapun. Mobil itu telah hilang. Aku melihat ke seberang jalan dan seperti yang bisa kau bayangkan, aku dapat melihat mobilku, mobil asliku masih terparkir di lahan parkir Tim Hortons tempatnya semula.

Kami mengajak Michael untuk menyebrang jalan dan melihat langsung ke mobil kami. Ia berbicara dengan seseorang di radio, ia katakan kemana ia pergi dan lalu kami pun mulai  berjalan. Anthony tetap di dalam kantor polisi, bagaimanapun dari yang terakhir kami tau makhluk itu tak memiliki urusan dengan Anthony.

Kami bertiga telah tiba di mobilku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi. Polisi itu mengambil senter dan mencoba melihat ke dalam mobil.

"Apakah ini mobilmu, Pak?" tanyanya
"Iya, mobil ini atas nama kami" jawab Christ
"Tolong buka pintu mobilnya. Jika kau tidak keberatan."
"Tentu," ucap Chris

Polisi itu dengan siaga melihat ke dalam kendaraan kami untuk memeriksa, bahkan ia membuka bagasi, mengobrak-abrik isi laci. Kami hanya membiarkan Michael melakukan tugasnya.

Tentu saja, ia tak menemuka apapun. Tak ada satupun barang bukti.

"Ayo kita kembali ke kantor polisi, dan lengkapi berkas laporan kalian. Kita akan lihat bagaimana keadaan temanmu. Jika ia membutuhkan rumah sakit, aku akan mengantarkan kalian ke sana. Jika tidak, aku takut kami tak dapat melakukan hal lain lagi." terangnya

"Tapi, kau, aku, uh, bagaimana bisa?" Chris tak tau harus berkata apa

"Tak bisa apapun?" tanyaku

"Dia benar, tak ada yang bisa ia lakukan tanpa bukti. Terima kasih, Pak. kami akan melengkapi berkas laporan kami." ucap Chris

Kami bertiga masuk ke dalam mobil, termasuk Michael, tentu kami memaksanya untuk ikut naik ke mobil ini. Kami pun menuju kantor polisi lagi. Kurang dari 20 menit kami menyelesaikan berkas laporan kami,  dan Anthony tampaknya telah cukup tenang hingga ia pun ikut pulang bersama kami. Kami berterima kasih kepada polisi dan berjalan gontai ke parkiran.

Aku membuka kunci mobil dan memeriksa ke dalam mobil sekali lagi. Hanya memastikan, tentu saja sedikit harapan untuk menemukan sedikit saja jejak dari kejadian tadi. Tapi tentu saja bagaimana cara kami membuktikan makhluk ini nyata? Apa yang aku tahu? Tak ada.

Kami bahkan tak bisa memastikan apakah yang kami alami ini nyata atau khayalan.

Kami semua duduk di mobil, mesin mobil sudah menyala sejak 15 menit yang lalu tapi kami masih berdebat mengenai apa yang akan kami lakukan. Ide-ide bermunculan mulai dari tinggal sementara di hotel, kembali ke rumah Anthony atau kembali ke rumah kami dan menunggu di halaman parkir.

Berdasarkan yang sudah terjadi, kemanapun kami pergi makhluk ini selalu bisa menemukan kami. Setidaknya sekarang kami telah mengisi berkas laporan di kantor polisi dan Michael menangapi serius laporan kami. Ia bahkan meminta untuk bertemu besok untuk mengecek keadaan kami. Saat ini menunjukan pukul 1 malam.

Anthony dan aku sepakat malam ini kami akan bermalam di rumah Ibuku di Yorkville. Sebuah penthouse dengan banyak ruang kamar yang tentunya akan sangat cukup untuk menampung kami semua. Meski begitu kami sadar jika makhluk ini, Chris palsu ini hanya tertarik untuk menemuiku dan Christoper. Walau begitu kami tetap merasa akan cukup aman di rumah Ibuku. Rumahnya bahkan hanya berjarak beberapa menit dari tempat ini.

Aku menghubungi Ibuku, dia berkata kami bisa menginap di sana. Ibuku memang sering begadang, meski begitu aku tak mengatakan detailnya kenapa kami tiba-tiba ingin datang dan menginap disana. Ibuku hanya mengatakan kami bisa mampir sekarang, jadi tentu kami langsung menuju ke sana.

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...