Wednesday, September 20, 2017

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 7


Kami telah tiba di depan pintu kantor polisi. Tak satu pun dari kami yang beranjak dari tempat duduknya. Iya, tentu kami tahu, kami harus masuk ke kantor polisi, tapi tak satu pun diantara kami yang bergerak. Bagiku, Christoper cukup hebat karena mampu mengendarai mobil tanpa menabrak apapun ketika kami bertiga panik tadi. Jalan Dundas terkenal karena kesibukannya. Tapi tetap saja, tidak ada yang bergerak di dalam mobil ini, kami hanya terduduk di sana.

Anthony memecah keheningan.

"Tetap di mobil, jangan masuk ke kantor polisi. Kita tak pernah melihat wajah 'orang itu', kita tidak tahu apa yang harus kita katakan kepada polisi kan? Tentu saja kKita tak bisa kalau 'seorang pria berbibir bengkak menakuti seorang anak kecil hingga kita melaporkan orang tersebut ke polisi' Apa yang akan polisi itu pikirkan? Sial, mereka akan berpikir bahwa kita gila."
"Apa kau bercanda?? Aku tak peduli lagi, aku akan ke masuk ke kantor polisi sekarang juga. Aku tak bisa  lagi." ucapku, tak tahan
"Stop! Anthony benar, kita tidak tahu apakah pria tadi benar 'makhluk' yang kita cari. Mungkin orang itu memang memiliki bentuk bibir aneh, entahlah, yang jelas kita belum tahu apapun saat ini. Memang semua itu terjadi tepat pukul 11.45, tapi, tetap saja kita belum bisa pastikan orang itu." jelas Chris,

"Kita harus memastikannya, matikan lampu dan kita lihat apakan orang itu sudah pergi." kata Anthony,
Kami masih duduk di sana, menyadari jika betapa takutnya kami, betapa kebetulan yang terjadi sangat tak masuk akal tapi kami memang tak memiliki apapun untuk dilaporkan ke polisi. Tak ada apapun. Kami tak bisa mengatakan pada polisi mengenai "Chris" pulang ke rumah, karena cerita itu sama sekali tak masuk akal dan tak meninggalkan bukti. Tidak ada SMS di telepon, tak ada apapun. Kami masih duduk di dalam mobil, tak melakukan apapun hanya menunggu.

11:47 PM

Kami duduk di sana, shok dan ketakutan. Kantor polisi sedekat jarak pandang kami, dan kami tahu jika kami melihat sesuatu kami bisa langsung melaku ke kantor polisi, tapi sampai saat itu.. kami masih tak tahu harus melakukan apa. Kami terus menatap ke satu-satunya pintu keluar di Tim Hortons, pintu yang telah berkali-kali kita masuki.

"Aku kepanasan, ini benar-benar membuatku panas." ucap Christoper. Aku hanya dapat membayangkan bagaimana ketegangan yang dihadapi oleh suamiku di saat ini, jadi aku mulai menyalakan AC. Jangan harap aku akan membuka jendela. Kami bahkan tak tahu bagaimana 'makhluk' itu bisa tiba-tiba datang ke restoran tempat kami menunggu, tak ada yang tahu apa saja yang bisa dilakukan olehnya.
"Kalau kau menyalakan AC, aku akan pakai sweater ini, Rose, ini punyamu?" tanya Anthony dari bangku belakang.
"Ya, tentu- Tunggu! Anthony, apa warna sweater itu?!"
"Warna biru dengan hoodie."
"KELUAR DARI MOBIL SEKARANG! AYO KELUAR!" Teriakku.

Aku telah mengambil sweater biruku dari dalam MOBIL KAMI ketika aku sedang merokok sambil menunggu tadi. Aku sedang menggunakan sweater biruku. Sweater yang barusan di pegang oleh Anthony adalah sweater replika dari 'makhluk' itu. Kami bahkan sekarang berada di dalam mobil makhluk sial itu. Kami tak dapat mengatakan perbedaannya karena semua tampak sangat persis. Mobil ini adalah mobil yang dipakai "Chris" mengunjungi Anthony untuk mengantarkan oleh-oleh.

Kami bertiga sekuat tenaga mencoba untuk keluar dari mobil itu tapi pintunya tak mau terbuka. Pintunya tak bisa terbuka, seakan di-las menyatu dengan body mobil sial ini. Christoper menjangkau palu pemecah kaca darurat yang ada di mobil, aku meringkuk ke arah lain ketika Chris mulai melayangkan palu itu ke kaca. Sial, tak terjadi apapun, bahkan tak ada goresan apapun di sana. Kami terjebak DI DALAM mobil makhluk itu.

"NYALAKAN KLAKSON!!" teriak Anthony dari bangku belakang. Saat ini kami sedang di halaman parkir kantor polisi, pasti mereka bisa mendengar kami. Tapi tak terjadi apapun, kami mencoba segala cara tapi tak terjadi apapun. ANthony bahkan sampai berbaring di jok agar bisa memusatkan kekuatan kaki nya untuk menendang kaca, tapi tak ada tanda-tanda mobil ini akan terbuka.

Hingga tiba-tiba, bau itu mulai tercium. Bau busuk, bau daging busuk, dan semua bau tak mengenakan lainnya keluar dari ventilasi AC. Aku mencoba untuk mematikan AC tapi bau itu tak mau menghilang, bau itu terus mengisi mobil ini. Tak ada yang bisa kami lakukan. Aku bisa mendengar Anthony mulai muntah di kursi belakang. Ini adalah sensasi pertama yang Anthony rasakan dan jelas ia tak bisa tahan dengan bau ini. Christoper sekuat tenaga menutup mulut dan hidungnya dengan tangan mencoba untuk tak muntah.

Kami bertiga masih bertahan untuk mencoba membuka mobil, tapi tak ada yang terjadi.

"Oh, sial, liat itu!" teriak Christoper, suaranya teredam oleh tangannya sendiri.

Di seberang jalan, seseorang, memegang koper, dengan sepatu dan jaketnya, berdiri di sana "Chris". Dia menujuk ke arah kami. Aku bahkan dapat merasakan jarinya yang menyentuh wajahku, aku tak pernah setakut ini dalam hidupku. Bau busuk ini terlalu kuat, dan melihat "Chris" di luar sana juga membuatku makin tak berdaya. Aku harap saat ini juga aku bisa pingsan, agar aku bisa terlepas dari situasi tak masuk akal ini, tapi apa daya tubuhku masih terus terjaga.

Makhluk itu tiba-tiba bergerak, ia mengacungkan tangannya ke arah mobil lain. Mobil lain yang terparkir di Tim Hortons, ia menunjuk tepat ke tempat di mana kami tadi memarkirkan mobil . Tidak mungkin. Sangat tidak mungkin. Makhluk apa dia? Apa yang bisa ia lakukan?
Bau yang sangat kuat ini membuat kami tak mampu berteriak, kami berusaha bernapas diantara udara yang tak tertahankan ini sambil dengan pasrah melihat ke arah "Chris" diseberang sana.

Dia mulai berjalan menyabrangi jalan. Perlahan, seperti layaknya manusia biasa menyebrangi jalan. Sebelumnya ia hanya berdiri di tempat parkir, dan sekarang sembari ia berjalan mendekat kami mulai bisa melihat wujudnya yang sebenarnya.
Ya Tuhan, itu suamiku. Dia Christoper. Cinta seumur hidupku, tapi dengan bibir bagian atas yang mengerikan, sangat besar. Tampak terinfeksi dan bengkak. Aku membentangkan tanganku untuk melindungi Christoper, melindunginya dari makhluk apapun itu yang akan menghampiri kami. Dia semakin mendekat.

Kami semua membeku karena teror ini. Tak ada satupun yang beranjak, Anthony mencoba menahan pintu di sebelahnya tetap tertutup sekuat tenaga. Jika tadi kami ingin membuka pintu mobil sialan ini, sekarang kami berharap pintu mobil ini tak akan terbuka.
Makhluk itu tlah sampai di sisi mobil kami, dia menuju ke arah Anthony ke sisi jendela. Meski makhluk itu tak berdiri terlalu dekat, tapi Anthony tahu jika makhluk itu akan masuk melalui pintu yang saat ini sedang ia tahan sekuat tenaga. Anthony bahkan tak bisa berteriak. Dia bukan, kami telah tenggelam sepenuhnya ke dalam ketakutan yang sangat mencekam ini. Makhluk itu meringkuk sedikit, dengan bentuknya yang 100% seperti Christoper, ia mulai mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Anthony. Lalu membuat gestur "tidak..tidak.." dengan mengayunkan telunjuknya ke samping beberapa kali.

Dia sedang memberikan sinyal yang berkaitan dengan undian di tepi cangkir teh tadi. Anthony tak seharusnya ada di sini. 1+1 adalah 2. Dia hanya mengingikan aku dan Chrisotoper, dan tak membutuhkan Anthony. Makhluk itu bergeser melihat ke arahku, lalu ke arah Christoper. Entah kenapa ia langsung berpaling ketika melihat Chris. Karena posisiku yang sedang merentang di depan tubuh Chris-ku, saat itu aku benar-benar tak tahu ekspresi apa yang ditampilkan oleh suamiku ketika sesosok makhluk yang menyerupainya ada di hadapan matanya.