Wednesday, September 20, 2017

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 11


Aku tidak tau sudah berapa lama aku duduk di teras. Pagi hari sangat cepat, terutama untuk bulan Juli, tapi ini di Toronto, dan Kanada mengalami musim panas yang mengerikan akhir-akhir ini. Aku pikir alasan kenapa aku begitu fokus dengan cuaca pagi ini adalah agar aku dapat teralihkan dari kenyataan mengerikan yang baru saja aku ketahui. Kenyataan pahit yang tidak memberikan aku jalan keluar apapun.

Makhluk ini mampu memunculkan dirinya di Jerman, Kanda, Inggris dan dimanapun. Orang tuaku dan aku sering bepergian ketika aku masih kecil, dan kemanapun kami pergi pesan-pesan aneh dari makhluk itu selalu bisa kami temukan. Pesan-pesan itu tidak pernah berakhir, ibu dan ayah tidak pernah diizinkan untuk melupakan bahwa anak mereka telah ditawar untuk kesuksesan yang telah terjadi dalam semalam.

Aku menyenderkan tubuhku di kursi, aku telah menghabiskan hampir sebungkus rokok, dan dua botol wine. Aku pasti setengah tak sadarkan diri sekarang, karena aku tak tau sekarang jam berapa, mungkin 4.30 pagi? Karena aku bisa melhat burung-burung yaang beterbangan, aku ingin yakin jika matahari terbit akan mampu membantuku melewati malam yang mengerikan ini. Tapi setelah itu, apa yang bisa kulakukan?

Aku memiliki seluruh uang yang bahkan mungkin aku tak butuhkan, dan Christoper dan aku bisa saja kabur ke suatu tempat. Tapi dimanapun itu, makhluk ini pasti bisa menemukan kami. Demi Tuhan, aku bahkan tak melakukan apapun hingga harus mengalami kemalangan ini.

Aku menghentikan kecanduanku, aku bahkan telah menyembuhkan diriku untuk menjadi orang lebih baik. Sial, tapi untuk apa? Aku harusnya sia-siakan saja hidupku, tinggal di Bern, atau London atau Venice. Aku harusnya membuat banyak pesat. Berpesta sepanjang malam dan menikmati hidupku! Sebelum makhluk sialan ini mendatangiku untuk mengambil 'bayaran'nya. Semua hutan harus dibayar, semua bayaran harus dikumpulkan.

Aku akhirnya masuk ke condo dan menuju ruang keluarga bagian barat. Aku menjatuhkan tubuhku di sofa. Aku sangat marah, kecewa dan mabuk. Dan siapa sangka aku masih punya kelas yang harus ku hadiri beberapa jam lagi? Sial, bagaimana mungkin aku masih memikirkan mengajar di situasi gila semacam ini.

Christoper dan aku telah merencanakan banyak hal untuk beberapa tahun ke depan. Anak-anak, rumah tinggal untuk liburan, pensiun, berkeliling dunia. Bagaimana caraku melakukannya sekarang? Bagaimana bisa aku melakukan ini kepada Chris? Bagaimana bisa kami hidup bersama jika sewaktu-waktu makhluk berwujud Chris sialan itu bisa datang dan membawaku pergi.

Para pelayan berganti shift pukul 5 pagi, aku lihat dua pelayan telah berganti seragam menjadi pakaian bebas. Aku merasa inilah saatnya aku menghadapi teror ini. Aku mengambil teleponku. Kelas akan dimulai pukul 8.30 dan jika aku mengirimkan pesan broadcast ke mahasiswaku, aku tentu akan menyelamatkan mereka dari bangun pagi buta hanya untuk datang ke kampus ketika profesornya tidak akan hadir di kelas.

2% sisa baterai. Ya, siapa yang sempat berpikir untuk mengisi daya batrey mereka saat menjadi diriku saat ini? Aku memencet tombol untuk memanggil pelayan, beruntung Sylvie belum berganti shift kerja, aku memintanya untuk mencari charger untuk iPhoneku. Meski aku tampak menyedihkan saat ini, dan bahkan semalam smpat bertengkar dengan Ibuku tapi Sylvie tampak tetap begitu ramah seolah tak terjadi apa-apa. Ia pergi sebentar lalu kembali dengan membawa charger ditangannya. Tuhan, dia adalah seseorang yang sangat berguna. Disaat semua hal dalam hidupku terasa berantakan.

"'Ini Dr. Tillman. Kau harus mengecek teleponmu, dia tak suka menunggu." Sylvie meletakan charger di meja, dan pamit untuk meninggalkan ruangan. Aku memang mabuk, tapi aku paham apa yang yang baru saja diucapkan olehnya. Setelah Sylvie pergi, teleponku berdering.

Tertera nomor dengan kode area 647.

ittsS Kolde enN dahH TerIce. (It's cold in the terrace)

Aku sadar seketika. Ini dia. Makhluk itu di sini, ia ada di luar dan makhluk pasti tau apa jika kini aku telah mengetahui segalanya.
Aku berdiri dan berjalan menuju teras. Aku telah sampai di depan pintu dan mulai memutar handle. Jika aku tak mabuk, aku pasti bisa merasakan sepenuhnya bau busuk yang kuat ini. ku dapat merasakan kehadirannya yang dekat. Bau yang sangat kuat seakan membakar tenggorokanku. Hanya saja kali ini aku tak menghindari bau ini karena akhirnya aku mengetahui siapa makhluk ini. Aku tau makhluk ini menginginkan ku.

Aku berbelok ke sisi lain teras dan aku dapat melihat makhluk itu berdiri di sana, membelakangi ku. Aku membeku. Aku sempat dipenuhi kemarahan karena tiba-tiba dijadikan 'bayaran' untuk kesuksesan keluargaku, tapi kini melihatnya di hadapanku membuat seluruh tubuhku kelu. Apakah ini waktunya? Apakah hidupku akan diambil sekarang? Apakah hutangnya harus dilunasi sekarang? Aku hanya berhenti dan diam disana.

Dan kemudian suara Christoper terdengar, suara dari pria yang sangat aku cintai, suara dari seeorang yang rela kuberikan segalanya, makhluk itu bicara

"Halo, Rose."

Aku tak mampu merespon. Aku hanya berdiri di sana sambil menunggu ia mencabut nyawaku.

"Halo, Rose."

Lagi, aku tak menjawab apapun. Aku tak mampu mengeluarkan suara. Setiap atom dalam tubuhku kini sedang dalam ketatukan. Aku benar-benar taku.

"Halo, Rose. Aku akan menghargai jika kau menjawabku." ucap makhluk itu tak sabar. 'Chris' sepertinya ingin bicara.

"Sialan" hanyalah satu-satunya kata yang terucap dari bibirku. Aku sudah terlalu lelah, terlalu lemah, dan tertekan oleh segala yang terjadi.

"Paola bicara denganmu, dia mengatakan kesepakatannya padamu" Makhluk itu melanjutkan, masih membelakangiku, tidak ada tanda-tanda ia bergerak. Aku masih tak sanggup bicara. Situasi ini benar-benar seperti mimpi buruk, seakan aku hanya bisa pasrah menunggu gream reaper ini mencabut nyaawaku.

"Dia (Paola) hanya menceritakan padamu setengah dari kisah ini. Kau harus tanya pada Christoper untuk melengkapi ceritanya." ia bicara, masih bersuara seperti Chris. Kemudian ia berbalik.

Aku dapat melihat bibirnya dari jarak kami berdiri. Bibirnya seperti meletus akibat bengkak besar yang tak bisa ditanggungnya, ada cairan hitam yang jatuh dari bibir ke jubahnya.

Aku mundur ke belakang, tapi tak ada cukup ruang untukku kabur saat ini. Pemandangan yang sangat mengerikan ini membuat tubuhku tak berdaya. Saat ini aku seperti melihat Christoper yang sedang terluka, tapi melihat itu bukan Christoper membuat perasaanku tak karuan.
Makhluk itu maju ke depan.

Aku berusaha mundur merapatkan tubuhku ke tembok. Aku tak bisa kabur kemanapun. Kaki ku seakan berkhianat saat ini, tak mau bergerak se-inci pun. Makhluk itu maju ke arahku, aku menyadari betapa cara berjalannya sangat mirip dengan Chritoper.

Aku menutup mataku. Seperti seorang anak yang ketakutan melihat adegan film horor, dan bau dari makhluk itu semakin kuat bersamaan dengan keberadaannya yang semakin dekat. Aku menagis, bukan karena takut tapi karena ketidakberdayaanku. Aku masih punya banyak hal yang ingin kulakukan, aku punya banyak cita-cita yang masih ingin aku wujudkan. Dan semuanya akan hilang sebentar lagi.

Makhluk itu berhenti ketika telah sampai dihadapanku, ia mengangkat tangan kanannya ke wajahku. Bau busuk ini benar-benar tak tertahankan. Aku telah mencium bau busuk ini beberapa kali dalam 24 jam ini, tapi bau pada saat ini benar-benar bis membuatku muntah. Aku masih tak membuka mataku, aku masih berharap agar segera terbangun dari mimpi buruk ini. Aku berharap keajaiban datang saat ini, dan aku bisa terbangun dari mimpi buruk ini dengan Christoper di sebelahku.

Makhluk itu meletakkan tangannya di wajahku persis seperti yang dilakukan Christoper. Hangat. Persis seperti sentuhan yang chris berikan padaku ketika aku terjatuh di lantai saat house party ketika kami pertama kali bertemu. Sentuhan hangat yang sama seperti yang aku rasakan ketika ia menemui orang tuaku dan bilang ingin menikahiku. Sentuhan yang sama yang menguatkanku saat sidang thesis doktoral. Sentuhan hangat yang sama ketika kami di pantai Seychelles, dan ia langsung memelukku setelah aku berkata "I do."

Mengetahui kenyataan jika semua kenangan manis itu dapat hilang seketika saat ini, membuatku makin tak berdaya. Aku pingsan, dan kepalaku membentur tembok cukup keras.

"Oh, Tuhan! Rose! Anakku! Bangun, Nak!" aku dapat melihat tiga figur samar yang berada di sekitarku. Kepalaku pusing dan aku butuh waktu untuk dapat melihat jelas. Disana Christoper, Anthony dan Ibuku.

Aku langsung berdiri, aku dapat merasakan sinar matahari yang sangat cerah. Sudah berapa lama aku pingsan?

Aku masih tak tau apakah saat ini nyata atau bukan, dan aku tak tau apa yang telah dilakukan oleh makhluk itu setelah aku pingsan. Aku berbalik ke arah Christoper.

"SIAPA KAU? APAKAH KAU NYATA? KAU MENGINGINKANKU? APA YANG KAU INGINKAN? KENAPA HARUS AKU? KENAPA? SIALAN!" Aku berteriak ke arah Chris sambil menangis. Aku kembali terjatuh ke lantai. Ibuku berusaha menenagkanku, tapi aku terus berteriak.

"KAU YANG MELAKUKANNYA, INI SEMUA SALAH MU DAN AYAH! SIALAN KALIAN SEMUA! AKU TAK PERNAH MELAKUKAN APAPUN! KAU MENJUAL KU! KAU BERBOHONG KEPADAKU! AYAH SIALAN MENJUALKU!" aku tak bisa menahan diriku lagi. Aku makin tak terkendali, aku berusaha berdiri tapi aku terjatuh lagi.

Anthony lalu maju ke arahku, ia menyandarkan tubuhku di badannya. Anthony membantuku menggapai kursi, ia masih tak melepaskan pelukannya. Aku mengalami hiperventilasi (bernapas tidak stabil;bernapas dengan kecepatan yang tidak normal, sehingga meningkatkan laju hilangnya karbon dioksida), ia lalu meletakkan wajahnya sangat dekat diwajahku.

"Liat aku, Rose. LIHAT AKU! Ikuti aku. 1-2-3-4. 1-2-3-4. 1-2-3-4. Tetap bernapas." ucap Anthony.

Aku membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk akhirnya dapat bernapas normal dan menjadi lebih tenang. Pikiranku masih kalut, tapi tubuhku lebih bisa terkontrol sekarang. Hiperventilasiku telah berhenti. Aku melihat ke jam tanganku, ku lihat masih jam 7 pagi. Bagus, masih pagi.

"Aku ada dua operasi hari ini, apakah aku akan baik-baik saja disni tanpa aku?" tanya Anthony padaku, ia masih berada di dekatku.

"Ya, aku rasa aku akan baik-baik saja, dapatkah kau kembali setelah kau selesai? pintaku,

"Tentu, bukan masalah. Operasi terakhirku jam 3 sore, ku dapat kembali kemari. Aku akan menghubungimu setelah tiba di rumah sakit dan kalau aku harus pergi kemanapun, kau tau, untuk berjaga-jaga." jelas Anthony,

"Kami sayang padamu, Rose, jangan khawatir, kita akan temukan jalan keluarnya," aku tersenyum ketika ia pamit untuk pergi dan lalu berjalan keluar teras, seorang pelayan mengikutinya dari belakang.

"Kau harus membatalkan kelasmu." perintah Chris,

"Kau harus jelaskan padaku apa yang kau ketahui," aku berkata tajam padanya. Chris benar, aku harus membatalkan kelasku tapi saat ini aku benar-benar butuh jawaban melebihi segalanya. Makhluk itu berkata Christoper tau cerita lengkap dari rangkaian teror ini, dan aku benar-benar harus tau apa yang sedang terjadi.

"Apa maksudmu?" tanya Christoper, kebingungan tampak di wajahnya.

"Kau tau apa yang kumaksud, Christoper. Setelah kau tidur semalam, Mom menceritakan semuanya padaku." aku berusaha tegar,

"Rose, aku tidak tau apa yang kau bicarakan. Apakah kau bertemu dengan makhluk itu? Apa yang ia katakan tentangku?" tanya Chris.
Aku memicingkan mataku ke arahnya, aku hampir memukul Chris saat ini, "Apa maksudmu dengan 'kau tak mengerti yang ku katakan?' demi Tuhan, Chris! Kumohon! Kau harus mengatakan padaku apapun yang kau ketahui!" Aku mulai berteriak lagi, aku benar-benar hampir gila. Keluargaku 'menjual' nyawaku demi kekayaan dan sekarang satu-satunya alasanku ingin hidup menyembunyikan sesuatu dariku.