Wednesday, September 20, 2017
THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 10
"Siapa mereka?! Apa sebenarnya yang terjadi?!" aku benar-benar membutuhkan jawaban. Kemarahanku seketika berubah menjadi ketakutan akan sesuatu yang tak aku ketahui dan ketakutanku bertambah melihat kesedihan di wajah ibuku yang tak bisa aku ungkapkan.
"Nak, masa lalu kita adalah sebuah kebohongan. Ayahmu tak pernah sangat hebat.. ia tak pernah sangat hebat dalam hal apapun. Kedua orang tuaku dan ayahmu telah saling mengenal bahkan sebelum perang, waktu itu mereka bertemu di camp penampungan sebelum perang. Orang tua ayahmu dikirim ke Buchenwald dan orang tuaku dibuang ke Mauthausen. Beruntung orang tua kami tak ada yang di kirim ke Aushwitz atau Bergen Belsen, tapi sudah jelas Buchnwald juga bukan tempat tinggal yang cukup nyaman."
"Ketika meninggalkan camp penampungan pada akhir tahun, mereka bertemu lagi dan saat itu Eropa sedang di landa perang. Ibuku dan Kakekmu bahkan mulai membangun bisnis bersama. Mereka membuka toko baju. Jangan bayangkan toko besar banyak pelanggan, tahun 40-an itu mereka bukan buka usaha untuk menjadi kaya, tapi untuk bertahan hidup. Ketika itu kami sangat miskin, kemiskinan kami berasal dari generasi ke generasi, meski begitu kami masih mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari."
"Singkat kata, orang tuaku dan orang tua ayahmu tiba-tiba harus berpisah, dan kami hilang kontak. Ketika ayahmu masih remaja, ia datang ke Jerman untuk mencari pekerjaan, di sanalah ia bertemu denganku. Kami langsung jatuh cinta dalam waktu sigkat, orangtua kami tak ada yang tau, dan tentu saat itu kami sama sekali tak pernah terpikir jika orangtua kami pernah memiliki sejarah. Ketikan hubunganku dan ayahmu makin serius, kami pun menyadari jika sudah saatnya untuk kami mengenalkan diri ke orang tua masing-masing. Ayahmu menulis surat untuk ayah dan ibunya, dan aku mengajak ayahmu untuk menemui orang tuaku."
"Belum sampai 5 menit ayahmu bertemu orang tuaku, dan ketika ayahku tau siapa orang tua ayahmu, ayahku sangat marah. Ia bahkan mengusir ayahmu dan menyuruhnya agar jangan pernah menginjakkan kaki di rumah kami lagi."
Aku mendengarkan cerita Ibu dengan perasaan tak karuan. Aku tak pernah tau cerita ini sebelumnya dan aku masih tak paham apa hubungan cerita ini dengan makhluk itu.
"Lalu apa hubungannya cerita itu dengan makhluk sialan ini, Mom?" selaku tak sabar
Ibu mengabaikan pertanyaanku dan masih terus bicara,
"Kakekmu memerintahkan aku agar segera pisah dari ayahmu, Nenekmu saat itu bahkan tak berkata apapun. Aku sangat kaget, aku tak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Malam hari setelah pertemuan kacau itu, aku menemui Nenekmu aku bertanya apa yang menyebabkan Papa bisa sekereas itu padaku. Nenekmu seketika menangis, ia mengatakan padaku jika Ayahku dan Ibu dari Ayahmu saling menghindar.. mereka berdua sibuk untuk saling memisahkan dari satu sama lain,"
Aku paham jika ini artinya, Kakekku dan Nenek dari Ibuku pernah menjalin hubungan. Aku mencoba menelaah cerita ini dengan sedikit kekecewaan, tapi kejadian itu terjadi sudah berpuluh tahun lamanya Kakek dan Nenekku bahkan sudah tak ada di dunia ini, lalu apa hubungannya semua ini dengan makhluk itu?
"Masing-masing pasangan orang tua kami akhirnya mengetahui hal ini, mereka sangat marah. Tapi Kakekmu lebih keras lagi, saat hubugan Nenekmu dengan Kakek dari Ayahmu ketahuan ia terus mengancam akan meninggalkan Ibuku dan tak akan pernah berbicara dengannya lagi, Ayahku bahkan memanggil Ibuku pelacur, ia berkata jika saat ia sedang berada di camp militer kelaparan dalam perang demi mencari nafkah, bisa-bisanya Ibuku malah berhubungan dengan orang lain. Ibuku saat itu sama sekali tidak mencoba melawan, ia menerima semua cacian itu hingga menjadi sangat depresi setelah hubungan gelap dengan Kakek Ayahmu terbongkar."
"Meski begitu, Ayahmu dan aku menolak untuk saling berpisah. Kami tak ingin membiarkan kebencian orang tua kami menodai cinta kami berdua. Kami saling mencintai, Rose, kau harus percaya itu. Kami saling mencintai dan menolak untuk saling melepaskan. Kami berdua diusir dari rumah kami, bahkan kami dilarang untuk kembali pulang. Saat itu, kami sangat miskin. Baik aku maupun Ayahmu, kami berdua tak punya pendidikan yang tinggi, kami tak punya modal untuk membangun usaha apapun, dan saat itu kondisi Eropa sedang berubah kami harus menghasilkan uang untuk bisa bertahan hidup."
"Ayahmu akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah bank dengan upah sangat sedikit. Ayahmu bekerja sebagai teller, dan aku sangat yakin saat itu si manager bank sialan itu berpikir dia bisa menguasai ayahmu,"
Aku tak pernah mendengar ibu bicara dengan ucapan kotor seperti itu. Tapi aku masih mendengarkan,
"Hingga suatu haru semuanya berubah. Segalanya berubah. Ayahmu pulang kerja dan mengatakan padaku jika ia telah menggunakan seluruh uang tabungannya untuk bisnis saham. 'Kita akan jadi kaya Paola!' katanya, 'Kita tak akan pernah kesusahan lagi.' Ayahmu saat itu baru berusia 22 tahun."
"Dan ucapan ayahmu menjadi kenyataan. Kami jadi kaya. Bukan hanya orang kaya, tapi SANGAT kaya. Kami jadi sangat amat kaya. Miliyaran dolar dalam beberapa tahun dapat kami dapatkan. Aku sering bertanya padanya mengenai bagaimana keadaan pasar (saham) yang kita tanamkan sahamnya dan dia terus berkata, "Jangan khawatir Paola, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi dengan kita, keluarga kita akan baik-baik saja! Anak kita akan bahagia!' menginjak usia 30 tahun, kekayaan keluarga kita sudah melebihin kekayaan seluruh rakyak yang digabungkan. Ayahmu dicintai seluruh orang di Jerman dan seorang penanam modal yang sangat disenangi. Orang-orang akan berbondong-bondong datang dari jauh hanya untuk bertemu ayahmu, hanya untuk mendapatkan bantuan apapun dari Ayahmu. Dan semua bantuan itu selalu akan berbalik ke kami. Aku tak pernah menanyakan apapun saat itu karena aku sibuk menghabiskan uang kami."
"Kemudian suatu hari kami sedang di taman. Semua orang di taman mengenal kami, semuanya berjalan dengan sangat baik. Kau masih ada di dalam perutku baru 4 bulan. Saat itu kami keluar untuk mencari udara segar. Tapi tiba-tiba bu busk itu tercium. Oh, Rose bau busuk itu.. Itu seperti seseorang meletakkan babi busuk di hadapan wajahku. Aku langsung muntah saat itu. Ayahmu tiba-tiba berubah pucat. Aku berbalik dan melihat ke arahnya setelah mengeluarkan isi perutku."
"Kita harus pergi Paola, kita harus pergi sekarang! Ayahmu berkata sambil menarikku pergi dari tempat itu. Tapi, belum 10 langkah dari tempat kami berjalan seseorang berdiri di depan kami, dan orang itu adalah.. ayahmu. Aku hampir pingsan. Jika bukan karena khawatir dengan kau di kandunganku, aku tak mungkin masih punya kekuatan saat itu. Ayahmu dan aku langsung berbalik badan, tapi ketika kami berpaling makhluk itu 'ayahmu' sudah berdiri di belakang kami. Itu adalah hal paling tidak mungkin yang pernah aku alami, Rose. Makhluk itu lalu berjalan ke arah kami. Aku melihatnya membawa koper. Dan astaga bau busuk itu semakin kuat dan menguat. Tapi anehnya, tak ada seorangpun di taman yang menyadari keanehan ini, seakan hanya kami yang mengalaminya. Taman saat itu sangat ramai dan ada suamiku berdiri di hadapan dirinya yang lain tapi tak ada orang lain yang menyadarinya."
"Makhluk itu berjalan ke arah kami, matanya sangat besar hampir keluar dari kepalanya, dan bau busuknya, Tuhan, bau busuknya sangat kuat. Ayahmu dan aku hanya bisa berdiam dalam teror itu. Genggaman tangan ayahmu terasa makin erat ketika makhluk itu menghampiri kami. Wujudnya benar-benar seperti manusia umumnya kecuali matanya. Makhluk itu mengangkat tangannya dan meletakkan di perutku sambil mengelusnya."
Aku benar-benar tak percaya yang dikatakan Ibuku saat ini, apa yang sudah dilakukan orang tuaku. Apa yang terjadi?
Ibu sepertinya tak peduli dengan wajah bingungku ini, dia terus melanjutkan.
“Makhluk ini lalu bicara, ia terdengar seperti ayahmu, tidak ada yang berbeda, suaranya adalah copy-an yang sempurna. ‘Ketika waktunya tiba, kami akan datang. Suamimu berhutang pada kami, dan kami akan menagih saat waktunya tiba.’ Aku pingsan. Aku tak sadarkan diri setelah makhluk itu bicara. Ketika aku terbangun, ada sekitar 10 orang sudah berada di sekitarku, ayahmu saat itu sedang berusaha menopang tubuhku. Aku mencoba untuk bangun dan berpura-pura tak terjadi apapun. Kerumuman orang itu akhirnya mulai meninggalkan kami dan kami pun berjalan lagi menuju bangku taman di sana untuk berisitirahat. Bau busuk itu sudah hilang. Aku tak bisa lagi menahan diriku, aku berteriak ke ayahmu. Aku bertanya padanya tentang apa yang terjadi, tentang siapa makhluk aneh itu dan bagaimana makhluk aneh itu seakan tahu aku sedang mengandung.”
“Ayahmu mulai bicara, ‘Aku hanyalah pecundang, Paola! Aku terlalu arogan, orang serakah yang bodoh, dan sekarang adalah waktunya untuk membayar hutang itu. Paola, uang kita, rumah-rumah, mobil-mobil dan..dan.. segalanya.. semuanya ada karena sebuah janji! Beberapa tahun lalu ketika aku bekerja di bank, aku sedang di belakang kantor untuk merokok. Aku menyadari ada seorang pria berdiri di sana, pria itu berbau sangat tidak enak dan ia membawa sebuah koper. Semua orang di Eropa sedang dalam kemiskinan dan kelaparan, dan aku kasihan pada orang itu, aku berpikir saat itu aku harus menolongnya. Tidak ada seorang pun yang harus kesusahan hingga berbau sebusuk itu. Aku menghampirinya dan menawarkan makanan. Pria itu tersenyum ke arahku dan berkata jika ia baik-baik saja. Saat itu aku bahkan mengajaknya datang ke rumah kita untuk tinggal sementara, pria itu kesulitan, jelas dia butuh bantuan. Aku selalu ingat pesan Ayahku, kadang setiap orang butuh bantuan! Oh, Paola, maafkan aku.’
“Ayahmu mengatakan padaku, jika saat itu pria tak dikenal itu memegang bahu Ayahmu dan berkata jika mulai saat itu semua yang diimpikan oleh Ayahmu akan jadi kenyataan, karena ayahmu telah baik hati padanya. Pria itu berjanji kepada Ayahmu jika segalanya akan baik-baik saja, jika ayahmu dan aku akan menghasilkan uang, dan segala yang dilakukan Ayahmu akan berbuah kebaikan berkali-kali lipat. Saat itu, ayahmu berpikir jika pria itu mungkin sudah gila, dan hanya mengucapkan kata-kata baik untuk membalas kemurahan hati ayahmu. Tapi besoknya, saham yang ditanamkan oleh ayahmu tiba-tiba melonjak. Ayahmu tidak menanam banyak saham saat itu, karena kami tak punya banyak uang untuk itu tapi sambil berjalannya waktu ayahmu mulai mengumpulkan saham-saham lainnya dan berharap untuk keajaiban. Dan kemudian harga saham melonjak lagi dan terus begitu. Ayahmu merasa keberuntungan sedang dipihak kami.”
“Setelah semua saham-saham itu menjadi uang jutaan dolar yang aktif dan terus meningkat harganya, ayahmu keluar dari bank dan mulai membangun perusahaannya sendiri. Hari saat ayahmu pindah ke kantor barunya di Hamburg, sekretaris barunya berkata jika ‘seorang teman lama darang dan ingin bertemu dengannya.’ Ayahmu tentu saja memiliki banyak ‘teman lama’, apalagi setelah kekayaan yang ia miliki tentu makin banyak ‘teman lama’ yang ingin lagi berhubungan dengannya. Ayahmu menyuruh sekretaris itu mengajak tamu itu ke ruangannya, tapi sekretaris itu bilang jika ‘teman lama’ ini ingin menemuinya di luar kantor.”
“Ayahmu masih duduk di sana, ketika tiba-tiba bau itu tercium. Bau busuk yang datang dari pria dengan koper yang ia pernah temua beberapa tahun lalu, kau tak akan pernah melupakan bau busuk seperti itu. Ayahmu langsung bergegas turun dari ruangannya untuk menemui pria yang telah memberinya keberkahan ini. Bagaimana mungkin seseorang yang mendoakan kebaikan dan keberuntungan untuk ayahmu bisa menjadi orang jahat? Ayahmu hanya terus berjalan ke luar kantornya dan menuju ke jalanan, dan di sana di seberang jalan pria dengan koper itu berdiri di sana.”
“Ayahmu berlari menyebrangi jalanan, pria itu tampak berbalik dan berjalan menjauh. ‘Tuan, Teman, tunggu! Aku ingin berterim kasih! Doa baikmu telah memberikan keberkahan luar biasa bagiku!’ pria itu berbelok ke arah lain dan ayahmu masih mengikutinya. Lalu tiba-tiba pria itu berhenti dan berbalik. Dia kini memiliki bibir yang sangat bengkak dan mengerikan. Jauh berbeda daripada saat pertama kali saat Ayahmu bertemu dengannya, tapi tentu saja baunya tetap sama. Bau busuk kuat itu.”
“Wilhelm, kau telah melakukan semuanya dengan baik, aku senang kau menyukai hadiahku’, kata pria itu. Ayahmu jelas bingung dengan ucapannya, ayahmu tak merasa diberikan apapun oleh pria ini, hanya doa baiknya. ‘Hadiah apa yang kau maksud?’ tanya ayahmu. ‘Segalanya,’ kata pria itu, ‘Kami telah memberikanmu segalanya, tapi kalau kau ingin yang lebih lagi, kami dapat mewujudkannya,’ Ketika ayahmu menceritakan padaku kisah ini, ia bilang jika seakan pria itu mampu melihat ke dalam jiwanya, makhluk ini tau apa yang diinginkan ayahmu, Rose. Ia tau Ayahmu masih menginginkan lebih banyak uang.”
“‘Wilhelm, kami telah memberikanmu seisi dunia, dan kami bisa memberikanmu lebih banyak lagi, kami hanya meminta bayaran yang sebanding. Jutaan, bahkan milyaran dollar, segalanya yang kau inginkan.’ kata makhluk itu seolah dia tahu Ayahmu menginginkan segalanya Rose, dia menginginkan lebih banyak dari yang bisa ia habiskan. Keserakahan telah menguasai dirinya.”
“‘Keberkahan lainnya, temanku? Tentu saja! Aku akan menerika apapun yang kau berikan!’ kata ayahmu, lalu makhluk itu meletakkan lagi tangannya di bahu ayahmu dan mengatakan padanya jika waktunya telah tiba, segalanya akan kembali pada dirinya, dan segalanya harus sebanding. Segalanya harus sebanding. Semua hutang harus dibayar. Semua bayaran harus dikumpulkan. Ayahmu tak menyetujui ataupun menyangkal ucapan makhluk itu, seolah makhluk itu benar-benar paham jika ayahmu tak mungkin menolaknya. Aku mendengar cerita itu sambil duduk lemas di kursi taman, dengan kau di dalam kandunganku, memegang perutku dan menyadari apa yang telah ayahmu perbuat. Aku bersumpah Rose, aku tak tau apapun sampai saat itu.”
“Dan tahun demi tahunpun berlalu, kekayaan kita makin banyak. Selama bertahun-tahun kami mengalami kejadian aneh di sekitar kami: seperti kata-kata di dalam buku dapat teracak dengan sendirinya, orang asing yang tiba-tiba bertanya apakah kami telah menemukan koper itu, pesan-pesan di struk belanja, bahkan kami pernah menemukan satu pesan di dalam tasmu saat kau masih kecil. Tapi, semua teror itu berhenti untuk beberapa saat, tapi aku tau jika hari seperti itu akan datang lagi. Pesannya selalu bilang jika, mereka akan datang lagi setelah aku dan ayahmu mati. Setelah kau merasakan kehidupanmu.”
“Tapi kemudian Ayahmu meninggal. Kami tak pernah melihat pria itu lagi, tapi kami tak bisa melupakan pria itu. Pada hari pemakaman Ayahmu, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diriku. Aku sendirian di sana hingga tiba-tiba aku mencium bau itu. Bau itu masuk dari ventilasi udara. Aku berusaha keluar dari kamar mandi tapi pintu kamar mandi tak mau terbuka. Aku berbalik dan aku dapat melihatnya, dia berdiri di sana. Sosok ayahmu dengan matanya yang bengkak. Aku memandangi jasad Wilhelm yang dingin di dalam peti mati sepanjang pagi ini, tapi sekarang ‘ayahmu’ berdiri di hadapanku.”
“‘Jangan takut, aku tidak kemari untukmu’ kata makhluk itu dengan suara Ayahmu ‘Kami hanya mengambil apa yang kami miliki. Wilhelm mengalami serangan jantung sehingga tanggungannya kini jadi bebanmu. Kau tau apa yang kami inginkan dan kami akan ambil milik kami ketika waktunya telah tiba.’ dalam sekilas makhluk itu menghilang. Pintu kamar mandi terbuka dengan sendirinya dan aku berlari ke hall. Aku dapat melihat makhluk itu, ia berjalan ke luar hall menuju parkiran.”
“Rose, ereka datang untuk menagih hutang kita, mereka menginginkan bayaran setimpal yang telah dijanjikan ayahmu.”*
Ibuku berjalan ke arah balkon dan aku masih duduk terdiam di sana. Aku tidak menanyakan apapun, aku hanya benar-benar syok. Aku selalu diberitahu jika kekayaan ini berkat warisan yang dimiliki kakekku yang sudah meninggal sejak lama sebelum aku dilahirkan. Kini aku harus berhadapan degnan makhluk itu, atau hidup selamanya dalam teror.
Ibuku kembali, ia menangis pelan dan memberikaku sebuah kartu nama. Itu adalah kartu nama dari perusahaan pertama ayahku. Ketika pertama kali ia ‘mendapatkan berkah’ dari makhluk itu.