Wednesday, September 20, 2017

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 4


Setelah beberapa menit menuggu, resepsionis itu mengembalikan SIM Christoper kepadaku. Chris masih tak mengucapkan apapun, hanya memegangi kopernya. Aku tau dia sedang ebrusaha unuk tidak panik, dan mencoba terlihat biasa saja. Tapi kelelahan yang ia alami tentu menjadikan kejadian ini menambah tekanan yang ia rasakan.

Bersama seorang pemandu kamar, kami bertiga mulai berjalan ke lift. Si pemandu kamar memencet angka 9 tempat lift kami akan berhenti. Semuanya tampak normal, keindahan hotel itu dan kebersihan sama sekali tidak tampak aneh. Christoper hanya terus menatap ke arahku. Matanya menunjukan kekhawatiran yang sudah sejak tadi ia berusaha tahan. Kami pun sampai ke lantai 9, di sini nuansa ruangan ruangan didominasi warna hijau. Pemandu kamar pun dengan ramah, menawarkan diri untuk membuka pintu hotel untuk kami. Ketika pemandu kamar membuka pintu, dia hampir terjatuh akibat bau yang tak terduga.

Bau busuk yang sangat tidak tertahankan. Sangat menjijikan, benar-benar seperti bau daging yang telah lama di biarkan membusuk. Baik aku maupun Christoper, secara otomatis bergerak ke belakang dan mencoba menjauh dari depan pintu.

"Astaga, bau apa ini?" Pemandu ruangan itu begitu syok sehingga ia tak sadar jika pandangan matanya yang ramah telah berubah menjadi ekspresi jijik. Tentu saja, pemandu kamar itu langsung bertanya ke arah Christoper karena menurutnya -dan resepsionis tadi- Chris adalah orang yang pertama check in sebelum kembali lagi bersamaku. "Tuan, Bau apa ini???" Lagi-lagi tanya pemandu kamar itu dengan nada yang tak mengenakan.

Aku tahu bau apa itu, aku tahu. Aku berdiri di sana, menghirup bau busuk itu dan aku bisa rasakan tenggorokanku terbakar karenanya.

"Aku tak tau apa-apa, tentu saja bau itu tak mungkin berasal dari ku!" Christoper berteriak balik ke arah pemandu kamar. Chris berdiri sekitar 10 kaki di belakangku, tak tahan dengan bau busuk yang menyengak.

Pemandu kamar itu mencoba masuk ke dalam ruangan untuk mengecek, aku pun membuntutinya dari belakang. Tapi, ruangan ini benar-benar seperti tak tersentuh. Tak ada lipatan di kasurnya, tidak ada handuk seperti bekas terpakai, minibar yang masih bersih. Semua masih tampak seperti keadaan semula, belum tersentuh. Karena bau yang terlalu kuat itu, pemandu ruangan pun menyuruhku ikut keluar ruangan dan mengunci lagi pintunya. Kami berusaha menyelamatkan diri dengan berjalan ke area lebih terbuka untuk menghirup udara segar. Kami akhirnya kembali lagi ke lobi, pemandu kamar itu jelas tampak sangat marah kepada Christoper karena ia merasa bau itu entah bagaimana disebabkan setelah "Chris' check in. Seoran gpelayan lain dan mungkin manajernya, kini bergantian untuk memeriksa kondisi kamar.

Aku jadi ingat kejadian semalam. Ternyata semua itu nyata. Aku dapat melihat pandangan dan ekspresi Chris yang telah berubah jadi kaget. Aku takut. Aku benar-benar takut jika nantinya benar-benar bertemu dengan 'Chris' yang lain. Aku memandang Chris dengan cemas, dari matanya aku tahu kini Chris sudah sepenuhnya percaya kepadaku.

Dari anak mataku, terlihat pemandu kamar dan seorang yang menurutku adaah manajer yang bertugas memeriksa kamar kami telah kembali.

"Maafkan kami mengenai bau ini, Tuan. Kami telah memeriksa dan memang tak ada benda aneh di sana, bau tersebut mungkin berasal dari septitank atau sumber udara lain. Kami akan mencarikan Anda kamar lain, kebetulan malam ini hotel kami tidak terlalu penuh." Chris hanya terdiam di sana jadi aku yang segera menjawabnya.

"Oke, terima kasih. Tapi, kami ingin mencari udara segar sebentar," ucapku sambil memegang Christoper dan menuntunnya ke area tunggu dekat lobi itu.

"Maafkan aku, Babe, aku sangat mencintaimu, aku minta maaf karena tidak mempercayaimu." Chris tampak sangat menyesal, "Aku butuh minuman," katanya lagi, "tapi, ah, sial, aku perlu ganti baju, bau ini suda menempel di bajuku."

Aku duduk di lobi sambil menunggu Chris berganti baju di toilet, ia pergi sambil membawa kopernya. Di sini, aku merasa cukup aman karena di kellingi beberapa hotel staff yang berlalu lalang.

Belum ada 5 menit Chris pergi, dia sudah kembali lagi. Ia berlari dari arah kamar mandi, ia terlihat pucat. "Kita harus pergi, dan kita harus pergi SEKARANG"

Chris menarik ku keluar dari lobi hotel menuju ke parkiran, "Babe, tenang, ada apa?" aku bertanya bingung tapi tak sedikitpun aku berpikir untuk berhenti berlari.

"SEMUAnyajadi DUA. Dua sikat gigi, dua kaos, dua celana, semua isi di koper itu jadi dua, SEMUANYA JADI DUA." Kami tiba di mobil kami, aku segera masuk ke dalam mobil. Ini benar-benar malam paling tak masuk akal dalam hidupku. "Apa maksudmu? Kenapa semua bisa jadi dua?" aku bertanya.

"Aku buka koperku dan dari semua bajuku, sepatu dan semuanya entah kenapa menjadi 2 pasang." Saat itulah aku baru benar-benar sadar apa yang terjadi, Chris begitu ketakutan ia bahkan tak membawa kopernya kembali dari toilet pria.

"Seseorang telah membongkar koperku, dan, entah bagaimana caranya, dia mereplika segala. Aku tidak tau apa yng terjadi. Ini tidak benar. Kita harus pergi ke rumah Anthony."

Chris menjalankan mobil dan mulai mengebut. Anthony tinggal tidak jauh, hanya 20 menit berkendara. Dengan kecepatan saat ini, kami akan tiba di sana dalam 10 menit. Anthony adalah fisikawan, ahli saraf, dan tentu saja kami tak akan pulang ke rumah jika Anthony meminta kami mengambil perawatan medis jika diperlukan, jika itu bisa membuat kami berpikir lebih jernih tentang apa yang sedang terjadi.

Christoper tampak sangat menderita, ia terlihat seperti ingin menangis tapi juga marah karena seseorang telah menggunakan identitasnya. Privasinya telah diganggu, seseorang di luar sana sedang berperan sebagai dirinya. Aku meletakan tanganku di bahunya, selama 8 tahun aku mengenalnya, aku tak pernah melihatnya sedepresi ini.

Aku menghubungi Anthony.

"Anthony, ini Rose, aku dan Chris akan menginap di sana malam ini, aku akan jelaskan semuanya di sana."
"Oh, um, Ok. Apakah semua baik-baik saja? Apakah kau membutuhkan sesuatu?" jawab Anthony,
"TIdak, tapi pastikan ada tempat untuk kami parkir malam ini" jawabku
"Tentu, sampai ketemu. Ah, sampaikan terima kasihku lagi kepada Chris untuk hadiahnya" ujar Anthony, aku sat itu berpikir mungkin Chris memang benar-benar mengirimkan Anthony hadiah saat ia ada di Vienna, Chris memang sering mengirimkan oleh-oleh ketika ia bepergian. Dia sudah seperti saudara bagi Anthony.

Kami pun tiba di rumah Anthony. Chris bergegas menuju pintu rumah Anthony setelah kami parkir. Anthony tampak bingung ketika membuka pintu, sebelum ia sempat mengucapkan apapun Chris sudah terlebih dahulu memberikan perintah. "Masuk Roose dan kunci pintunya. Anthony, nyalakan alarm keaman ruamhmu."

Anthony yang kebingungan bertanya apa yang sedang terjadi saat ini. Dan Christoper pun mulai bercerita,
"Kami mengalami malam paling tak masuk akal, Tony, kami harus tinggal di sini sementara karena aku tak merasa aman dimanapun.

"Kenapa?! Apa yang terjadi? Kau kan baik-baik saja sejam lalu." Anthiny bertanya dengan nada khawatir

"Sejam lalu?" ujar Chris,

"Iya, kamu kelihatan bingung beberapa sekitar satu jam lalu saat kemari, kamu bahkan tadi masih membawa kopermu. Aku pikir mungkin kau jet lag. Tapi setidaknya, bibirmu sudah lebih normal sekarang, baguslah ternyata bendryl yang aku berikan bekerja. Dan aku juga senang kau kembali lagi setelah mandi, kau benar-benar bau tadi!"

Christoper terdiam saat mendengarkan cerita Anthony, dia terjatuh di sofa di belakangnya tanpa bisa berkata apapun.

"Anthony apakah kau membiarkan Christoper masuk tadi? Dia datang satu jam lalu?" tanyaku penasaran,

"Tentu saja aku membiarkannya masuk ke dalam rumah, Chris bahkan memberikanku hadiah, aku katakan padanya untuk masuk ke dalam rumah karena bibirnya tampak bengkat tadi. Chris bilang itu akibat alergi nanas saat makan salad di pesawat, jadi aku membantu memberikannya salep alergi dan katakan padanya untuk minum banyak air putih"

"Apakah dia terlihat berbeda? Apakah dia jadi lebih gemuk?" tanyaku lagi,

"Apa? Apa maksudmu? Apakah dia terlihat lebih gemuk dari pada Chris saat ini? Tentu saja tidak"

"Mobil apa yang ia gunakan?" cecarku ,

"BMW kalian, mobil kalian"

"Maksudmu mobil itu, yang kami parkirkan di halamanmu sekarang?"

"Iya, tadi Chris bilang dia akan jemput kau dan kemudian pergi makan malam di King Edward. Christoper Joseph Tillman, apa yang sebenarnya terjadi?? Kalian berdua membuatku takut." Ujar Anthony akhirnya penasaran.

Aku menarik napas panjang, "Anthony, aku baru saja menjemput Christoper dari bandara, sepanjang siang aku bersama dengannya mengendarai mobil kami. Seseorang yang datang ke rumah ini sejam lalu bukan Christoper."

Anthony tampak tidak percaya dengan ucapanku, tapi tentu saja dia tak pernah melihat seeorang yang sembuh menggunakan salep alergi dalam waktu kurang dari 1 jam. Aku mulai meceritakan kepada Anthony semua yang terjadi, muali dari awal malam kemarin. Aku dapat melihat kini wajah Christoper sudah makin pucat, aku tak bisa membayangkan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Saat itulah teleponku berbunyi. Itu dari Vass, rekan peniti yan gaku mintakan tolong menguji sample dari koper aneh tadi pagi.

"Hey,ada apa?" kataku, "Apakah kau akan datang ke kampus besok? Aku perlu bertemu denganmu. Kami telah mendapatkan hasil labnya. Dan hasilnya benar-benar tidak biasa. Tak akan menyakitimu tentu saja kau tak usah khawatir, tapi hasilnya hanya tidak.. normal." jelas Vass.

"Vass, katakan padaku sekarang apa hasil lab-nya. Apa yang kau temukan? Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi." ucapku tak sabar.

Vass adalah pria besar Rusia yang sangat tegas, yang saya kenal selama beberapa tahun. Aku belum pernah mendengarnya terdengar bingung atau cemas. Malam ini, suaranya bergetar karena kedua emosi itu. Ini hampir terdengar seperti berada di bawah tekanan.

"Baik, dengar. Aku tak akan langsung sampai ke kesimpulan. Tapi sample yang kau ambil dari bawah tanganmu adalah jaringan manusia. jaringan yang telah membusuk, jaringan manusia. Apa golongan darahmu?" ucap Vass,

"O-negatif"

"Jaringan manusia ini AB-positif. Aku pikir kau harus datang, karena aku punya beberapa pertanyaan untukmu Rose."

"Um, aku.. Oke, aku akan datang besok pagi ke lab. Thanks Vass," ucapku akhirnya,

"Tak apa, untunglah kau tak menemukan koper itu lagi. Selamat malam," tutup Vass

Saat aku menutup telepon, aku baru menyadari jika aku tak pernah mengatakan apapunkepada Vass mengenai koper yang hilang itu.

Aku berpaling ke arah Christoper, dia tengah memegang hadiah yang katanya "ia" berikan ke Anthony satu jam lalu. Isi kotak itu hanya souvenir Austria biasa, dan tak ada catatan apapun. Kecuali sebuah kartu di dalam amplop, Chris membuka amplp itu, "Apa-apaan!" ujarnya. Kartu itu berisi tuisan yang di ketik.

6:08 - Aroive at Aeropurt
6:44 - Dey git Home
7:33 - HuTel
7:41 - Gho TO rooUm
7:58 - LEave Kwik. Gho TO car
8:15 - Nthony
8.33 - Fone rIng - Kemist
11.45 - ME

Saat ini jam menunjukan pukul 10:45. Aku, Anthony dan Chris sedang duduk di Tim Hortons (Toko Kopi) di seberang jalan Divisi 52 (sebuah kantor polisi). Menunggu.