Wednesday, September 20, 2017

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 6


11:30 PM
Sial, anak-anak berisik itu tak bisa berhenti teriak. Christoper dan aku memang sedang dalam proses untuk mengadopsi anak, dan kami mencintai anak-anak, tapi anak-anak ini benar-benar tak bisa diam. Ditambah dengan tekanan yang telah kami rasakan, semuanya jadi makin tak karuan. Chris menggenggam tanganku, “Aku akan katakan pada mereka untuk berhenti berisik, sial, aku tak tahan lagi.”
“Tenangkan dirimu, fokus kepada apa yang sedang kita lakukan di sini, biarkan mereka.” Anthony, mencoba menenagkan Chris, dan sepertinya ucapannya cukup berhasil.

Tiap detik yang berlalu, tiap menit yang kami melewati, membuat kami merasa makin tertekan. Apakah ‘Chris’ lain itu akan melewati pintu masuk? Apakah dia akan mengenali kami di sini? Bagaimana dia bisa semirip itu dengan Chris yang asli? Dan yang terpenting, APka yang dia inginkan dari Chris-ku? Uang? Tentu, aku akan tanda tangani cek yang dia inginkan. Apak kekuasaan? Kekuatan? Kebutuhan seksual?? Jika itu yang ia butuhkan, aku bersedi melakukan apapun aslakan oarng palsu ini segera pergi meninggalkan kami.

Tak ada satupun diantara kami yang bicara selama 15 menit, kami semua duduk tanpa suara, kebisisngan yang ada di dalam restoran saat itu entah mengapa membuat kami sedikit lega, jika kedai kopi ini sepi mungkin akan lebih sulit bagi kami untuk menahan tekanan menunggu ‘tamu’ kami ini.

11:45 PM
Kami melihat ke sekeliling kami. Tak ada apapun. Tak ada yang berubah. Anak-anak yang teriak itu masih tak mau berhenti, orang-orang berlalu lalang memesan makanan, pelayan yang tersenyum saat melayani pelanggan tapi tak ada yang aneh. Christoper terus memainkan kunci mobil, tapi tetap saja, tak ada yan gberubah. Anthony baru saja menghabiskan kopinya dan menggulung tepi bungku kopinya. Seketika wajahnya berubah. Pada tepian kopi undian itu harusnya hanya ada 2 kalimat, “Coba lagi” atau “Anda mendapatkan 1 Donut Gratis!”, tapi yang ini berbeda..

oNE uAnd oNe is ToO. wWwhY 3?

Anthony berkata, “Sial” dan menunjukan kepada kami tulisan pada undiannya. Makhluk itu entah bagaimana tahu kita berada di sini, dia tahu cara berkomunikasi dengan kami. Tapi, ia tidak dimana pun. Dan, sial, apa maksud kalimat itu?

Christoper, Anthony dan aku saling berpandangan. Mungkin dia tidak memunculkan dirinya di tempat ramai ini, dan memilih untuk mengirimkan pesan. Mungkin dia tak menyangka kami akan datang ke tempat umum, dan mengacaukan rencananya. Kami di sana waspada dan menungg-
“Hey, Pak, kenapa dengan bibirmu?”

Kalimat singkat itu terdengar bagai gong untuk kami, seperti ada bom yang tiba-tiba meledak di dalam ruangan ini. Chris dan aku langsung berbalik, Anthony dari posisinya sudah bisa melihat sosok itu di belakang kami. Ia duduk tepat di belakang kami, punggungnya membelakangi kami. Dia menggunakan topi dan jaket dengan kerah di naikan ke atas. Disana juga, berdiri, seorang gadis kecil berusaha tak lebih dari 6 tahun, melihat ke arah sosok itu.

“Pak, kenapa bibirmu sangat bengkak? Itu menjijikaaaann!”

Aku tak pernah sepanik itu seumur hidupku. “LARI!” adalah satu-satunya ucapan Anthony yang bisa ku cerna, Christoper dan aku langsung berlari meninggalkan kedai kopi itu secepat yang kami bisa. Christoper  membuka mobil dari kunci otomatis yang sedari tadi dipegangnya, “beep, beep!” kunci mobil terbuka. Christoper langsung duduk di bangku sopir, aku di sebelahnya dan Anthony di bangku belakang.

Kami bertiga saling berteriak, semuanya tidak masuk akal. Christoper berteriak tentang bagaimana ia tak menyadari ada orang lain yang masuk ke cafe itu, padahal jelas-jelas bangku itu masih kosong ketika kami datang dan duduk di sana. Anthony hampir kehilangan kewarasannya ketika dengan kasar ia menerka makhluk apa itu, apa yang ia inginkan. Dan aku? tentu saja duduk sambil mengucapkan sumpah serapah.