Skip to main content

THAT WASN’T MY HUSBAND WHO SLEPT NEXT TO ME LAST NIGHT - Bagian 6


11:30 PM
Sial, anak-anak berisik itu tak bisa berhenti teriak. Christoper dan aku memang sedang dalam proses untuk mengadopsi anak, dan kami mencintai anak-anak, tapi anak-anak ini benar-benar tak bisa diam. Ditambah dengan tekanan yang telah kami rasakan, semuanya jadi makin tak karuan. Chris menggenggam tanganku, “Aku akan katakan pada mereka untuk berhenti berisik, sial, aku tak tahan lagi.”
“Tenangkan dirimu, fokus kepada apa yang sedang kita lakukan di sini, biarkan mereka.” Anthony, mencoba menenagkan Chris, dan sepertinya ucapannya cukup berhasil.

Tiap detik yang berlalu, tiap menit yang kami melewati, membuat kami merasa makin tertekan. Apakah ‘Chris’ lain itu akan melewati pintu masuk? Apakah dia akan mengenali kami di sini? Bagaimana dia bisa semirip itu dengan Chris yang asli? Dan yang terpenting, APka yang dia inginkan dari Chris-ku? Uang? Tentu, aku akan tanda tangani cek yang dia inginkan. Apak kekuasaan? Kekuatan? Kebutuhan seksual?? Jika itu yang ia butuhkan, aku bersedi melakukan apapun aslakan oarng palsu ini segera pergi meninggalkan kami.

Tak ada satupun diantara kami yang bicara selama 15 menit, kami semua duduk tanpa suara, kebisisngan yang ada di dalam restoran saat itu entah mengapa membuat kami sedikit lega, jika kedai kopi ini sepi mungkin akan lebih sulit bagi kami untuk menahan tekanan menunggu ‘tamu’ kami ini.

11:45 PM
Kami melihat ke sekeliling kami. Tak ada apapun. Tak ada yang berubah. Anak-anak yang teriak itu masih tak mau berhenti, orang-orang berlalu lalang memesan makanan, pelayan yang tersenyum saat melayani pelanggan tapi tak ada yang aneh. Christoper terus memainkan kunci mobil, tapi tetap saja, tak ada yan gberubah. Anthony baru saja menghabiskan kopinya dan menggulung tepi bungku kopinya. Seketika wajahnya berubah. Pada tepian kopi undian itu harusnya hanya ada 2 kalimat, “Coba lagi” atau “Anda mendapatkan 1 Donut Gratis!”, tapi yang ini berbeda..

oNE uAnd oNe is ToO. wWwhY 3?

Anthony berkata, “Sial” dan menunjukan kepada kami tulisan pada undiannya. Makhluk itu entah bagaimana tahu kita berada di sini, dia tahu cara berkomunikasi dengan kami. Tapi, ia tidak dimana pun. Dan, sial, apa maksud kalimat itu?

Christoper, Anthony dan aku saling berpandangan. Mungkin dia tidak memunculkan dirinya di tempat ramai ini, dan memilih untuk mengirimkan pesan. Mungkin dia tak menyangka kami akan datang ke tempat umum, dan mengacaukan rencananya. Kami di sana waspada dan menungg-
“Hey, Pak, kenapa dengan bibirmu?”

Kalimat singkat itu terdengar bagai gong untuk kami, seperti ada bom yang tiba-tiba meledak di dalam ruangan ini. Chris dan aku langsung berbalik, Anthony dari posisinya sudah bisa melihat sosok itu di belakang kami. Ia duduk tepat di belakang kami, punggungnya membelakangi kami. Dia menggunakan topi dan jaket dengan kerah di naikan ke atas. Disana juga, berdiri, seorang gadis kecil berusaha tak lebih dari 6 tahun, melihat ke arah sosok itu.

“Pak, kenapa bibirmu sangat bengkak? Itu menjijikaaaann!”

Aku tak pernah sepanik itu seumur hidupku. “LARI!” adalah satu-satunya ucapan Anthony yang bisa ku cerna, Christoper dan aku langsung berlari meninggalkan kedai kopi itu secepat yang kami bisa. Christoper  membuka mobil dari kunci otomatis yang sedari tadi dipegangnya, “beep, beep!” kunci mobil terbuka. Christoper langsung duduk di bangku sopir, aku di sebelahnya dan Anthony di bangku belakang.

Kami bertiga saling berteriak, semuanya tidak masuk akal. Christoper berteriak tentang bagaimana ia tak menyadari ada orang lain yang masuk ke cafe itu, padahal jelas-jelas bangku itu masih kosong ketika kami datang dan duduk di sana. Anthony hampir kehilangan kewarasannya ketika dengan kasar ia menerka makhluk apa itu, apa yang ia inginkan. Dan aku? tentu saja duduk sambil mengucapkan sumpah serapah.

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...