Thursday, September 14, 2017

Room 733 - Kamar 733 #Bagian 2


Tidak bisa kusangkal masalah ini meluas. Pagi berikutnya Lydia dan aku memberikan permintaan pindah kamar ke layanan residen dan berharap yang terbaik. Untuk sementara, kami setuju untuk tidak pernah sendirian di kamar saat malam. Antara kami tidur di kamar bersama atau tidak sama sekali. Kamu mulai menghabiskan waktu bersama pacar kami.
Aku memberitahukan Ian segalanya yang terjadi dan dia berkata agar aku bertemu perkumpulan paranormal kampus. Aku agak ragu-ragu untuk membuat perjanjian, Lydia dan aku bertemu dengan orang yang agak kecil dan berpakaian rapi namanya Craig dan 4 “rekan kerjanya” di Selasa berikutnya.

Kami memberitahukan mereka semuanya yang bisa kami ingat, setiap kejadian, tidak perduli betapa kecilnya itu. Craig dan anggota lainnya duduk diam dan menulis selama setengah jam. Tidak sampai kami selesai mereka mulai berkata.
“Apakah ini cerita penuhnya?” Tanya Craig.
“Ya..” Jawabku perlahan.
“Apakah kau bersedia untuk menunggu di depan beberapa saat jadi aku bisa berunding dengan rekanku?”
“Tentu saja,” Lydia menjawab dan berdiri. “Apapun yang kau inginkan.”
Pintu itu tertutup perlahan ketika Lydia mendengus dan memutar matanya. “Ayo kita pergi.”
“Pergi kemana?” Tanyaku.
“Apakah kau serius?”
“Ayolah, Lydia, kita butuh bantuan, aku ketakutan. Kita tidak bisa tidur semalampun di kamar kita semenjak kamis jadi ini bukan sesuatu yang bisa kita bersantai.”
“Okay.” Dia menghempaskan tangannya. “Mari kita dengar apa yang ingin mereka katakan dan kita bisa pergi ke residen servis dan mengecek permintaan kita.”

Kami berkeliling di lorong selama 15 menit sebelum Craig keluar dan mengajak kami masuk ke dalam dan duduk.
Dengan semua kebesaran dan keadaan dari pertemuan parlemen, Craig mendehem dan mulai berkata.
“Apa yang kalian alami saat ini, adalah hantu yang sangat marah.”
“Apakah ini opini profesionalmu, Craig?” Tanya Lydia. Aku melotot kearahnya.
“Y-Ya,” dia bergidik. “Arwah yang dendam-“
“Arwah?” Tanyaku. Aku sangat ragu itu yang kami hadapi saat ini.
“Ya.” Jawab salah seorang rekannya. “Itu adalah hantu untuk orang awam.”
“Ya Tuhan,” Lydia menggeram dan menepuk jidatnya.
Menyalahartikan kefrustasian Lydia dengan putus asa, Craig langsung berbicara lagi.
“Jangan takut, kami akan membantu kalian. Sangat benar arwah itu bisa membuat kalian sakit kepala jika tidak mengerti cara mengusirnya yang mengapa sangat bagus kalian menemui kami. Bunuh diri selalu membuat arwah menjadi penasaran, mereka harus balas dendam.”
“Dendam dengan siapa?” Tanyaku.
“Ke murid lainnya. Ada kemungkinan arwah ini selalu diganggu sampai dia harus bunuh diri dan sekarang harus mengganggu yang lainnya.”
“Kami akan membantu kalian sekarang juga, yang kami butuhkan adalah sedikit donasi untuk masyarakat,” Lanjut Craig. “Kami tidak menyangka bahwa kamar ini memiliki aktifitas yang tinggi. Ini sangat menarik.”
“Bagus, terima kasih untuk waktu kalian,” Lydia menarik tanganku untuk berdiri dari bangku.
“Apakah kalian ingin kami langsung memproses akhir pekan ini?” tanya Craig.
“Kami akan menelepon kalian.”
Lydia langsung buru-buru keluar wajah lelah dan kami tidak berbicara sampai mendekati gedung Admin.”
“Itu sangat membuang-buang waktu.” Katanya.
“Dengar, bukannya aku tidak setuju denganmu,tapi-“
“Becca, katakan padaku kalau kau tidak percaya hal itu.”
“Jadi menurutmu itu bukan…. Hantu?” Aku sedikit malu saat mengatakan hal ini.
“Maaf, tapi aku tidak tahu, dan kupikir mereka juga (perkumpulan paranormal). Orang itu tidak mengerti apa yang dia katakan.”
Aku menarik tudung kepala jaketku sampai ke dekat mata ketika kami sampai di meja residen servis.

“Jadi kesimpulannya seperti ini.” Lanjut Lydia. “Mereka bermain sebagai Ghostbusters dan kita orang yang mengusir setan.”
“Baiklah.” Aku menghela nafas. “Jadi apa yang akan kita lakukan? Tetap tidur di tempat Mike dan Ian sampai kita dapat tempat baru?”
“Aku hanya ingin semua ini berakhir.” Lydia menyilangkan tangannya dan menatap kedepan. Kami ingin semua ini berakhir. Biarpun tinggal di kamar sebelah kamar terkutuk itu tidak menakutkan tapi tetap saja ini mengganggu.
“Baiklah, kurasa kita aman pada siang hari jadi selama kita tidak tidur pada malam hari di kamar itu kita akan baik saja. Kamar kita adalah batas setan lagipula, dan penempatan baru kita akan secepatnya terlaksana.” Kataku mengecek jam. “Sialan sudah hampir jam 2.”

“Kau serius? Aku harus pergi. Mike diterima di Sigma Chi dan itu akan dimulai hari ini.”
“Oh ya, aku lupa dia buru-buru.”
Wanita yang ada di meja itu melambai kearah kami. Aku tidak sadar kalau kami sudah sampai.
“Beritahu aku apa yang mereka katakan,” Kata Lydia sambil berlari keluar pintu.
Wanita itu memandangku dengan curiga saat aku mendekat.
“Hi, Aku-“
“Kau adalah wanita yang mau pindah dari kamar 734 di Reilly, bukan?”
“Ya, salah satu dari mereka. Bagaimana kau tahu?”
“Maaf aku mencuri dengar tadi. Aku melihat file mu di mejaku beberapa hari lalu dan aku ingin bertanya: Mengapa kau ingin pindah?”
Aku lelah dan tidak memiliki tenaga untuk berbohong.
“Karena ada sesuatu di kamar kosong sebelah dan itu cukup membuat kami takut. Suara, bisikan, ketukkan, dan malam lainnya aku melihat seseorang…”
“Kau melihat seseorang?”
“Ya.”
“Di kamar 733?”
“Ya, aku mengintip dari bawah pintu. Dan sudah pasti ada orang di dalam sana.”
Wanita itu menyipitkan matanya beberapa saat dan mengangguk untuk alasan yang tidak kuketahui.
“Well, kamarmu memang belum siap tapi aku sudah menekan mereka untuk memprioritaskan. Saat ini kalian masih tidak bisa melakukan apa-apa. Belum ada tempat lainnya.”
Aku menghela nafas. Sudah kuduga juga.
“Aku Alice,” Lanjutnya, “Dan, dengar, aku juga sudah melakukan pencarian tentang bunuh diri di Reilly dan aku pikir aku bisa membantumu. Atau paling tidak menawarkan sebuah wawasan.”
“Benarkah?” aku bertanya tanpa ragu-ragu.
“Tentu saja, aku tinggal di balai Taylor, kamar 310. Aku akan kembali ke kamar pukul 4 nanti.”
“Terima kasih. Kami baru saja dari perkumpulan paranormal kampus.”
“Ugh.. jangan katakan apapun lagi.” Alice memutar matanya.
“Ya, jadi aku akan menemuimu pukul 4.”
“Bagus sekali,” Alice berkata, dan tersenyum.

Aku datang terlalu cepat ke Taylor, tapi Alice pun begitu. Aku menceritakan semuanya untuk yang kedua kali hari ini dan Alice tidak ragu untuk memotong ceritaku dengan pertanyannya, meskipun pertanyaannya tidak mengkhianati pikirannya.
Ketika aku selesai dia menyender di bangkunya dan menghela nafas panjang.
“Aku tidak percaya itu,” dia menggelengkan kepalanya. “Aku memang selalu mendengar rumor tapi sejujurnya aku ragu apakah ini semua betul.”
“Aku katakana padamu – semua yang kuinformasikan ini betul.”
“Dan bagaimana sekarang? Ketika kau disana?”
“Kami tidak pernah lagi di kamar sewaktu malam tapi di siang hari kami mendengar suara mengais dinding, bisikan yang hening dan kadang kami mendengar bunyi jendela terbuka dan tertutup. Di siang bolong. Tapi setiap kami melihat jendela dari depan itu selalu terbuka.”
Alice mengangguk. “Well, untuk informasi aku tidak berpikir kalian dalam bahaya. Biarpun itu menyebalkan, kalian hanyalah seorang korban. Kalian hanya harus jauh-jauh dari kamar 733.”
Aku mendengus. “Apa kau bercanda? Aku bahkan tidak ingin kesana.”
“Aku percaya bahwa kau juga mempercayai itu. Tapi hal ini, apapun itu, ini sangat rumit. Memanipulasi. Kebohongan. Dan ini lebih pintar dari kau.”
“Aku tidak akan tersinggung dengan itu.”
“Tidak seharusnya.”
“Apa yang kau pikirkan tentang ini?”
“Sesuatu yang tua dan sangat jahat.”
Aku menganggap dia skeptic dan membiarkan mataku berkeliaran di kamarnya. Aku baru menyadari dekorasi kamar Alice bahwa dia memiliki ketertarikan dengan hal gaib adalah hal yang meremehkan.

“Aku tidak melihat situasi yang mana aku akan terpaksa masuk kesana.”
“Aku tahu. Tapi kau harus selalu siap dengan apa yang mungkin terjadi ketika kau membuat keputusan untuk masuk ke kamar itu. Karena apa yang kau hadapi? Itu sudah membunuh 5 orang.”
“Lima?! Kupikir hanya tiga!”
“Yeah, well, tidak semua orang melakukan pencarian sepertiku. Pertama ada Ellen Burnham di tahun 1961 – Dia lompat dari jendela. Dan kemudian Tad Collinsworth di tahun 1968 – Dia juga melompat. Marrisa Grigg di tahun 1975, dia gantung diri. Erin Murphy di tahun 1979 – dia melompat. Dan Erik Dousten di tahun 1992 – Dia gantung diri.”
“Lima kasus. Bagaimana kampus masih membiarkan orang tinggal disana?”
“Mereka, bagaimanapun tidak membiarkan. Makanya itu adalah Ruang persediaan.”
“Sebelum itu?”
“Well, setiap beberapa tahun, ketika orang sudah lulus, kamarnya akan ditinggali orang lain. Itu sebelum ada internet, kau tahu, para murid baru juga masih tidak tahu. Tapi setelah yang terakhir – Erik Dousten – Mereka menutup seluruh lantai 7 balai utara dan membangun kamar lainnya di balai selatan.”
“Jadi apa yang diinginkan hantu itu?”
Alice mengangkat bahu. “Kekacauan. Kematian. Nyawa. Siapa yang tahu? Bahkan tidak ada yang tahu apa itu.”
“Baiklah, jadi apa yang kita lakukan sekarang?”
“Kita tahu bahwa bagaimanapun mahluk itu berada di ruangan itu biarpun ada sedikit pengaruh ke luar. Kita juga tahu bahwa siapapun yang mati disana selalu sedang sendirian. Dan kita tahu bahwa itu adalah penipu.”
Ini tidak cukup. “Menurutmu mengapa mereka melakukan itu?” Tanyaku perlahan.
“Para korban?”
Aku mengangguk.
“Yang kutahu ada rumor beredar di dalam bukti. Semua korban ditemukan dengan gambar atau tulisan
Yang kelihatannya tidak bisa dimengerti saat itu. Mereka mengandung kata-kata jahat yang akan membuatmu sakit saat membaca atau bahkan hanya melihatnya, kata mereka.”
“Dan orang-orang ini, mereka yang menggambar? Mereka menulis semua itu?”
“Yep. Apapun yang ada di ruangan itu membuat mereka gila.”
“Itu sangat menakutkan.”
“Apakah kalian pernah terpikir untuk memanggil seseorang untuk menyucikan ruangan itu?”
“Tuhan..”
“Well, akan sulit memanggil Tuhan tapi mungkin seperti orang lain yang suci atau pendeta?”
“Maksudku.. Ya Tuhan, kau membicarakan tentang pengusiran setan.”
Alice mengangkat bahu. “Mungkin. Rumor yang beredar di tahun 70an, semua ini bermula ketika permainan Ouija yang tidak selesai di tahun 1961.”
“Serius? Hal itu dibuat oleh Hasbro.”
“Tidak di 60-an tidak tidak.. Tapi kembali lagi, itu semua cuma rumor. Hanya ada 1 orang di kampus yang tahu yaitu Tom Moen di Admin. Aku mencoba berbicara dengannya, tapi dia menolakku.”
“Apakah dia disini pada tahun 1961?”
“Ya, dan dia tinggal di Reilly.”
“Kita harus berbicara dengan dia tentang apa yang terjadi, atau aku tidak bisa hidup sebagai orang normal lagi.”
“Aku rasa besok kita bisa mengejarnya di kampus.”
“Apakah kita bisa berbicara dengan dia besok?”
“Kita akan mencoba.”

Pak Moen tidak ingin menemui kami hari itu ataupun berikutnya. Kami mencoba untuk menemuinya di jam makan siang dan lagi lagi dia meninggalkan kami tapi dia selalu ada di dekat kami setiap waktu. Itu sudah jelas bahwa orang tua ini menghindari kami.
Lydia dan aku kurang banyak bertemu lagi semenjak kami tidur di kamar lain. Aku kembali ke kamarku 2x sehari – satu kali di pagi hari dan satu kali lagi siang hari. Biasanya di kamar lain sangat sunyi, tapi tidak membuatku merasa lebih baik. Aku bisa merasakan ada sesuatu dibalik tembok itu, yang kurasakan memperhatikanku. Kelihatannya seperti cuaca cerah sebelum badai.
Hari kamis sebelum Halloween aku kembali ke kamar untuk mandi sore, sangat telat daripada biasanya. Aku sudah bertemu Lydia siang ini dan dia menginformasikan kepadaku kalau dia sudah membawa baju yang cukup sampai kelulusan jadi aku tahu aku akan sendirian.
Aku menggunakan kamar mandi di balai dan berjalan kembali ke kamarku untuk ganti baju. Aku seharusnya bertemu Ian 30 menit lalu untuk menuju ke pesta dan aku mau keluar secepatnya dari sini.

Sunyi yang terdengar disekitarku, aku menaruh iPodku dan memainkan lagu AC/DC.
Aku mulai berpakaian dan berdiri di depan cermin sambil mengeringkan rambutku. Aku memiringkan sedikit kepalaku dan mengeringkan keatas dan kebawah untuk memberikan rambutku sedikit volume. Tapi tiba-tiba aku menyadari adanya keanehan. Kamar menjadi sunyi dan ada hal lainnya yang kusadari.
Aku sudah tidak berada di kamarku. Dibelakangku tercermin kamar 733. Sambil panik aku berputar kebelakang, tapi kulihat aku masih di kamarku. Tapi di cerminku tercermin kamar 733. Sedikit gerakan dibelakangku sudah cukup untuk membuatku lari terbirit-birit.
Kuambil tas dan hpku, dan aku lari sambil membanting pintu. Di lift saat turun aku menelepon Alice.
“Aku tidak bisa lagi,” kataku langsung saat dia mengangkat. “Aku tidak bisa kembali ke kamar itu lagi, selamanya.”
“Apa yang terjadi?”
Aku memberitahunya.
“Ya Tuhan, apa yang ingin kau lakukan? Tanyanya.
“Aku harus bicara dengan seseorang yang tahu apa yang terjadi. Apakah hanya Tom Moen saja yang disini sejak tahun 1961?”
“Sepanjang yang kutahu iya. Mungkin kita bisa bertemu dia saat besok pagi? Kita akan mencegatnya dan tidak akan membiarkannya pergi sampai dia menceritakan ini semua. Dia datang selalu jam 6:30 sesuai dengan jadwal yang aku punya. Kau mau bertemu denganku di Starbucks Atrium?”
“Pastinya. Aku punya jadwal jam 7:30, tapi aku akan melewatinya.”
“Ok, sampai berjumpa.”
Aku bukan tipe orang yang suka pesta tapi aku senang aku pergi malam itu. Setelah kami sampai, aku meminta Ian untuk mengambilkan aku minum. Karena aku bukan seorang peminum, Ian menaikkan alisnya. Aku memberikan synopsis singkat dari apa yang terjadi baru saja, aku berharap dia tidak mengira aku gila.
Ian memberikanku Scotch dan cola. Itu adalah yang pertama, aku akan meminum jauh lebih banyak dari ini.
Sekitar tengah malam aku keluar untuk merokok dan mengecek hpku. Aku menerima voicemail dari Lydia pada 11:04 malam.
“Hey Becca, uhh dengar aku hanya.. aku baru saja bertengkar hebat dengan Mike. Dia, well, aku rasa teman-temannya memutuskan untuk melewati Halloween tahun ini di Kamar Bunuh Diri. Di asrama kita. Aku hanya, aku tidak bisa menerima ini. Dia tahu apa yang terjadi dengan kita dan dia tetap setuju melakukan itu. Dia sekarang mencoba meyakinkanku bahwa Sigma Chi adalah kelompok dibalik hal yang terjadi di kamar 733 karena mereka mencoba menaikkan pamor Halloween mereka. Aku tidak-“

Aku menekan tanda matikan dan memasukkan hpku ke dalam tas. Tidak heran Lydia marah. Ini tidak bagus, tidak bagus sama sekali.
Aku menemukan Ian di dalam dan meminta agar pulang. Aku stress, lelah, dan mabuk.
Alarm berbunyi pukul 6 pagi, aku harus menghabiskan tenagaku hanya untuk bangun. Dengan masih mengenakan baju pesta kemarin aku berlari melewati kampus menuju Atrium.
Alice sudah menunggu dengan kopi hitam di tangannya.
“Kupikir kau membutuhkan ini,” Katanya sambil tertawa.
“Bagaimana kau tahu?”
“SMSmu.”
“Aku mengSMSmu semalam?”
“Ya sekitar jam 1. Kau memberitahuku tentang Sigma Chi.”
“Oh Tuhan, iya.” Aku mengangkat kacamataku naik dan menarik tudung kepala jaketku.
“Orang-orang itu sangat bodoh. Kau ingat saat aku mengatakan mahluk itu licik? Bagaimana jika masalah denganmu adalah untuk membuat kamar 733 profokatif? Kau tahu, agar ada orang masuk kedalam sana. Tidak ada yang masuk kesana selama bertahun-tahun, bisa kau bayangkan betapa laparnya dia?”
“Apa kau pikir mereka dalam bahaya?” Tanyaku sambil duduk di pijakan gedung Admin.
“Ya, secara fakta mereka akan ‘memakan’ korban saat sedang sendirian.”
“Jadi, kekuatannya akan berkurang kalau ada banyak orang disana?”
“Secara teori. Kita akan tahu lebih banyak kalau kita sudah mengerti apa mahlik itu. Dan kita tidak bisa tahu tanpa mengetahui cara dia datang kesini. Dan karena itu juga kita butuh Moen.”
“Jam berapa biasanya dia datang?”
“Aslinya 20 menit lalu.” Kata Alice sambil nyengir.

Itu adalah 30 menit lainnya sebelum kami mundur, mengetahui fakta bahwa pak Moen bisa menyelip melewati kita. Kami pergi ke meja depan untuk meminta bertemu dengan dia.
“Tom tidak datang hari ini. Atau hari hari lainnya. Dia keluar kemarin. Sepertinya kalian tidak akan bisa melecehkan dia lagi.”
“Kami tidak melecehkan dia,” Kataku. “Kami hanya ingin berbicara secepatnya dengan dia.”
“Well, kalian tidak akan mendapatkan informasi pribadinya dariku,” Dia berkata sambil mencemooh dan pergi begitu saja.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Aku bertanya ke Alice.
“Tanpa Tom Moen tidak ada yang bisa dilakukan.”
“Alice, aku tidak bisa kembali ke kamar sialan itu.”
“Well, kupikir ini saat yang tepat untuk pindah.”
“Huh, sudah disetujui?”
“Yep, aku membaca email pagi ini. Kau akan ke Morton dan Lydia akan pindah ke Tinsley.”
“Oh terima kasih Tuhan.”
“Kupikir kau akan senang mendengar ini. Aku juga sudah mengatakan ke bossku untuk tidak memindahkan seseorang ke kamar 734.”
“Terima kasih lagi.”
“Yang jadi masalah adalah, kau tidak akan bisa pindah sebelum hari senin.”
“Tidak masalah, aku bisa bertahan di akhir pekan ini, apalagi semuanya sudah terlihat benderang. Aku harus memberi tahu Lydia.”

Kubuka hpku dan untuk menelpon Lydia tapi perhatianku berpindah ke 1 lambang merah di logo voicemail. Aku klik putar. Itu adalah percakapan selanjutnya dari malam kemarin.
“-bahkan melihat wajah bodohnya lagi jadi aku akan pulang ke kamar. Jangan khawatirkan aku, aku baik saja. Aku cukup mabuk untuk tidur tanpa perduli dengan apapun disebelah kita. Aku hanya sedang kesal saat ini. Aku lebih baik bermasalah dengan Beth si Bodoh daripada dengan Michael-Orangtuaku-Pasti-Bersaudara-Karena-Aku-Si Idiot-Benson. Kita nongkrong besok. Aku menyayangimu!”
Pesan berakhir.
“Brengsek!”
Alice menatapku dengan bingung.
“Lydia tidur di kamar kami semalam.”
Alice meringis.
“Dia aman kan?”
“Selama dia tidak pergi ke kamar 733.”
“Kurasa tidak.” Pikiranku langsung berada di jendela yang selalu terbuka di kamar pojok. Kurasa Lydia akan tetap berada di kamar.
“Bagus. Well, daripada tidak ada kerjaan, kau mau melihat buku teologia di perpus? Pada jam segini, perpus sudah buka.”
“Baiklah. Aku juga tidak ada kelas lain sampai jam 10.”

Wanita tua yang duduk di belakang meja perpus pasti sudah berusia 1,000 tahun. Mata nyonya Stapley sangat kecil dan berair dan kulitnya terlihat seperti mencair di tengkoraknya. Tapi tetap dia baik dan sangat pintar ketika dia mengarahkan kami tepat ke buku tentang demonology, biarpun dia memberikan pandangan curiga kepada kami.
Tidak banyak yang kami temukan. Kami membaca semua tapi antara itu tidak relevan atau bukan dalam Bahasa inggris. Kami kembali ke mejanya 30 menit kemudian.
“Ah, apakah kau memiliki sesuatu tentang hal gaib?”
“Hal gaib? Ah.. aku punya, di sebelah kiri dekat bagian referensi.”
“Baik terima kasih banyak. Maaf, aku terlalu mabuk saat menggunakan sistem decimal Dewey,” aku berkata lagi.
“Kurasa dia tidak suka dengan wajah kita.” Kata Alice berbisik sambil berjalan.
“Wajah kita atau subyek kita?”
“Mungkin keduanya.”
Dalam sejam kami kembali lagi ke mejanya. Bisa kurasakan dia merasa terganggu karena matanya memicing saat kami mendekat.
“Maaf, apakah kau memiliki sesuatu tentang pertemuan roh atau papan Ouija atau-“
“Dengar baik-baik nak.” Nyonya Stapley berdiri dari mejanya dan melotot ke kami. “Kuharap semua ini untuk pelajaran.”
“Tentu saja.” Kataku.
“Tidak ini untuk pencarian personal.”
“Pencarian apa?”
“Dengar, kami bukan ingin mencari perkara dengan papan Ouija dan lainnya.” kataku lagi.
“Bagus. Aku tidak mau kejadian seperti itu terulang lagi disini.”
“Lagi?” Alice tersentak.
Si wanita tua ini tiba-tiba terlihat tidak nyaman dan mulai gelisah dengan tumpukan buku di depannya.
“Kelihatannya aku punya buku tentang pertemuan roh di-“
“Nyonya Stapley, kami mencari tentang apa yang terjadi di Reilly pada 1961.” Alice memotong.
“Dan apa yang terjadi disini semenjak itu.”
“Well, itu bukan rahasia, bukan? Seorang murid bunuh diri di kamar itu. Mengerikan tapi tidak pernah terdengar oleh kampus.”
“Lima murid.” Aku mengkoreksi dia.
“Tapi kau tahu kan? Alice berbicara sangat cepat. “Karena kau kelihatannya sangat mengerti cerita ini. Tolong beritahu kami bagaimana ini dimulai dan bagaimana ini bisa kami akhiri?”

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat