Wednesday, September 13, 2017

Little Demon’s Gift - Bagian 2 (FINAL)


Little Demon’s Gift - Hari ini aku bangun dengan perasaan segar. Syukurlah hari Halloween yang aneh telah kulewati. Hanya dengan menjalani hari normal seperti ini saja aku bisa tenang. Namun aku kembali merasa waspada ketika kulihat langit masih menghitam. Dari kejauhan masih terdengar bunyi petasan, pekik dan tawa anak-anak. Rasanya aku akan menjadi gila. Hari Halloween aneh itu datang lagi!

Aku yakin ini bukan mimpi. Aku telah berkali-kali menampar pipiku dan menjambak rambutku sendiri untuk memastikan kejadian ini adalah kenyataan. Tayangan televisiku juga menampilkan pemandangan yang sama dengan kemarin. Gambar yang menjadi kacau, berubah menjadi statis hijau, lalu berubah lagi menjadi acara reality tentang adu nyali di tempat seram.

Dengan tak sabar aku menunggu bocah labu mengetuk pintu, maka ketika aku mendengar ketukan pertama aku langsung membuka pintu untuknya. Aku langsung menyerahkan bungkusan dua potong pai apel sebelum dia meneriakkan semboyan Halloween yang menyebalkan itu. Kemudian aku mengunci pintu dan melangkah pergi meninggalkan bocah labu dan teman-temannya yang kebingungan. Mungkin dengan melakukan kegiatan yang berbeda aku bisa keluar dari rangkaian kejadian aneh ini.

Keadaan di sepanjang jalan kota kecil ini tampak biasa saja. Setidaknya ini pemandangan perayaan yang biasa kulihat di saat hari libur. Seingatku sejak dulu di kota ini hari libur yang dirayakan paling meriah adalah hari Halloween, aku juga tak tahu kenapa. Rasanya dulu ibuku pernah menceritakan legenda Halloween padaku, tapi aku sudah lupa karena aku memang tak pernah percaya pada dongeng yang tak masuk akal seperti itu. Hey, apa kejadian aneh yang kualami ini ada hubungannya dengan legenda Halloween?

Little Demon’s Gift - Ah, sial!! Aku tak bisa ingat apapun tentang dongeng Halloween itu. Orang tuaku sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Kebanyakan teman sebayaku sejak kecil juga telah pindah dari kota ini. Walikota dan sebagian besar penduduk kota ini juga adalah pendatang sehingga mereka pasti tak tahu apa-apa tentang dongeng itu. Oh ya, pak tua Greyson, dia adalah satu-satunya orang tertua di kota ini. Dia pasti tahu. Maka aku bergegas ke rumah pak tua Greyson untuk mendengar kembali cerita aneh itu.

Rumah pak tua Greyson cukup kecil tapi tampak hangat karena dibangun dari tumpukan bata merah yang kokoh. Aku mengetuk pintunya dan menunggu sampai lebih dari tiga menit sampai seorang wanita berwajah pucat muncul. Aku belum pernah melihat wanita bertampang lesu ini.

”Apa aku bisa bertemu dengan pak tua Greyson, maksudku tuan Rowan Greyson?” tanyaku canggung di depan wanita asing itu.

"Tuan Greyson tidak tinggal di sini lagi. Tiga hari yang lalu dia dijemput keluarganya untuk tinggal di luar kota. Mereka menyewakan rumah ini pada kami” jawabnya seolah berbisik.

”Oh, begitu” keluhku kecewa. ”Apa kau berasal dari sini? Apa kau tahu cerita rakyat atau dongeng dari kota ini?” wanita itu menggeleng lemah. Sebenarnya umurnya mungkin beberapa tahun lebih muda dariku, tapi karena penampilannya yang lusuh dia kelihatan seperti sudah hidup selama berabad-abad.

”Ibu! Ibu! Aku mendapatkan pai apel dari nenek sihir yang baik. Cuma aku yang berani ke rumahnya. Anak-anak yang lain...” bocah labu langsung berhenti berceloteh setelah melihatku. Ternyata wanita lesu ini adalah ibunya.

Wanita itu menyuruhnya masuk dengan pandangan matanya. Bocah labu itu cemberut tapi dia menuruti ibunya dan masuk ke dalam rumah dengan patuh. ”Terima kasih nenek sihir yang baik!” serunya sebelum menghilang di balik pintu.

”Maaf kami tak bisa membantumu” bisikan wanita itu hampir tak bisa kudengar. ”Oh, tak apa-apa. Terima kasih” wanita itu mengangguk dan menutup pintu di hadapanku.

Little Demon’s Gift - Bagus, sekarang apa yang harus kulakukan? Sekarang tidak ada seorang pun lagi di kota ini yang bisa membantuku menjelaskan keanehan ini dan membantuku keluar darinya. Kurasa yang bisa kulakukan sekarang adalah segera pulang, tidur, dan berharap besok tak pernah ada hari Halloween lagi. Tapi aku ingin bertemu bocah labu itu lagi. Aku menyukainya, dia sangat manis dan sopan. Seandainya dia tak punya ibu aku pasti bersedia mengangkatnya jadi anakku.

**********
Halloween yang aneh terulang lagi hari ini. Rasanya aku sudah mulai terbiasa, padahal aku yang dulu sangat membenci hari ini. Aku sempat berpikir mungkin ini sama sekali tak ada hubungannya dengan dongeng Halloween, mungkin aku hanya terjebak dalam lingkaran waktu yang berputar di tempat.

Menurutku ini tidak buruk juga, pengulangan seperti ini melahirkan rutinitas baru yang sangat kusukai. Aku suka saat bocah labu mengunjungiku setiap hari, aku suka saat memberinya pai apel setiap hari, aku suka saat dia berterima kasih padaku setiap hari, aku suka membuat anak-anak nakal itu kebingungan setiap hari. Aku tidak pernah bosan, aku bisa melakukan kegiatan yang berbeda-beda dalam satu hari raya yang kubenci ini.

Little Demon’s Gift - Untuk hari Halloween saat ini aku berencana mengundang bocah labu minum teh bersamaku. Aku takut dia tidak akan menyukainya makanya aku menyiapkan lebih banyak pai apel dan coklat panas untuknya. Atau apakah dia lebih suka minum susu dengan kue kering? Ah, kenapa aku tak menanyakan dulu padanya kemarin?

”Tok tok tok” bocah labu sudah datang! Aku melepas celemekku dan bergegas membuka pintu untuknya.

“Trick or Treat!!” seruku bersamaan dengan seruannya. Dia sedikit terkejut, tapi dengan polos dia tersenyum lagi dan menyodorkan kantung kertasnya.

“Aku tidak punya permen untukmu” meskipun aku berkata begitu dia tetap menyodorkan kantung kertasnya seolah tahu aku akan memberinya sesuatu.

“Bagaimana kalau kau masuk dan makan kue bersamaku?” tawaranku itu membuatnya sedikit ragu. Dia memandang ke persembunyian teman-temannya di balik semak tanaman hias, mungkin dia takut akan disekap wanita yang mereka sebut nenek sihir ini. Tapi ketika dia memalingkan wajahnya lagi, aku bisa melihat kegembiraan dan keberanian dalam tatapan matanya. Dia mengangguk dan berkata, “Terima kasih nenek sihir yang baik”

“Silahkan masuk” untuk pertama kalinya aku mempersilahkan seorang bocah masuk dalam istanaku. Dia masuk dengan agak canggung tapi tampak terpesona pada interior rumahku yang menurutku biasa saja. Aku mengantarnya ke ruang tengah yang sekaligus berfungsi sebagai ruang makan.

“Apa kau suka hari Halloween?” aku membuka percakapan sambil menghidangkan pai apel hangat dan menuangkan coklat ke cangkirnya. Aku tersenyum padanya sebagai tanda dia boleh mengambil sepotong pai.

“Aku sangat suka Halloween!! Aku juga sangat suka apel!!” serunya setelah satu gigitan. Aku sangat gembira mendengarnya berkata seperti itu, berarti dia menyukai pai buatanku.

”Apa yang kau suka dari Halloween?” tanyaku berusaha mengerti kesukaan bocah labu yang manis ini.

”Ada banyak permen. Saat Halloween aku bisa makan permen sepuasnya. Lalu aku juga boleh keluar bersama teman-temanku sampai malam. Ibu selalu membuatkan pakaian yang bagus saat Halloween. Saat Halloween aku juga boleh membuat lelucon, kejahilan, dan menakuti anak-anak yang jahat padaku” dia mengunyah sambil bercerita penuh semangat sampai di sekeliling mulutnya dipenuhi sisa pai dan coklat.

Little Demon’s Gift - ”Tapi aku tak suka labu. Sayur labu buatan ibu rasanya tak enak. Aku juga takut pada lentera labu Halloween. Mengapa harus labu? Padahal apel lebih baik” aku cukup terkejut mendengar pengakuannya. Ternyata bocah berkepala bundar ini benci labu, syukurlah aku belum pernah menyebutnya bocah labu secara langsung.

”Nenek sihir suka Halloween?” dia bertanya padaku sambil menelan potongan pai kelimanya. Aku menggeleng sambil tersenyum melihat tingkahnya yang menggemaskan.

”Mengapa tidak suka? Aku kira nenek membuat pai apel karena suka Halloween” perkiraannya membuatku sedikit heran. Benar juga, seingatku dulu ibu dan penduduk kota ini lebih suka mengolah apel saat Halloween daripada labu. Kurasa aku hanya mengikuti kebiasaan ibuku itu, maka aku menjawab, ”Aku membuat ini karena aku juga suka apel”

”Ternyata nenek sihir sama denganku!” sahutnya ceria. ”Nenek sihir suka mendengar cerita seram? Pernah mendengar cerita tentang anak iblis yang suka makan apel?” aku langsung mengerti dia akan menceritakan sebuah dongeng padaku. Aku tidak suka dongeng, tapi ternyata anak ini berhasil membawa keceriaan bagiku dan membuatku ingin terus mendengarnya bercerita.

”Aku belum pernah dengar. Tolong ceritakan padaku” aku tidak protes saat dia berdiri di atas kursi dan mulai bergaya seperti penyair terkenal. Aku siap mendengarnya seperti anak kecil yang ingin mendengar cerita pengantar tidur dari pendongeng.

”Pada jaman dulu kala, di kerajaan neraka, hiduplah seorang anak iblis yang nakal. Dia adalah anak iblis penjaga pintu neraka. Dia sangat suka apel. Suatu hari dia sangat kesal karena tidak ada satupun pohon apel yang berbuah di neraka. Lalu dia ingat ayahnya pernah bilang di dunia manusia juga ada apel, bahkan apel di sana lebih enak. Maka dia mencuri kunci gerbang neraka lalu pergi ke dunia manusia untuk meminta apel dari manusia.

”Tapi ternyata manusia sangat pelit, mereka tidak mau memberinya apel. Si anak iblis terus mengganggu, menjahili dan menakut-nakuti manusia tapi mereka tetap tidak mau memberinya apel. Akhirnya anak iblis itu pulang ke neraka lalu mengajak anak-anak iblis lain yang lebih nakal untuk mengganggu manusia. Rupanya iblis dewasa yang jahat juga tertarik dan mengikuti rombongan anak iblis itu ke dunia manusia. Akibatnya mereka malah mencuri barang manusia, menyiksa manusia, dan menghancurkan rumah mereka. Keadaan desa manusia itu jadi sangat kacau.

”Iblis penjaga pintu neraka mengetahui perbuatan anaknya dan segera turun ke desa manusia untuk menjemputnya bersama iblis-iblis jahat itu. Syukurlah iblis penjaga itu berhasil mengembalikan mereka semua dan menutup kembali gerbang neraka sehingga para manusia bisa bernapas lega. Namun iblis penjaga sangat mengenal sifat anaknya yang nakal, karena itu dia berpesan pada penduduk desa manusia untuk menyiapkan apel kalau anaknya datang lagi, tetapi kalau mereka tak punya apel mereka harus menaruh labu di jendela mereka karena anak iblis takut pada labu.

”Karena itulah saat Halloween penduduk desa manusia itu membagikan permen dan apel pada anak-anak iblis atau menaruh lentera labu agar tidak diganggu oleh mereka” kata bocah labu mengakhiri ceritanya sambil menunduk memberi hormat, lalu turun dari kursi dan meraih potongan pai yang tersisa di piring.

Tanpa sadar aku bertepuk tangan sebagai tanda penghormatan baginya. Aku seperti terhipnotis dan terpesona padanya. Terlebih lagi, ceritanya adalah dongeng Halloween yang dulu diceritakan oleh ibuku!!

Little Demon’s Gift - ”Cerita yang sangat bagus! Dari mana kau mendengar cerita ini?” tanyaku tak bisa mengenyahkan rasa penasaranku. Bukankah dia baru saja pindah ke kota ini? Bahkan kemarin ibunya bilang dia bukan penduduk asli kota ini, jadi bagaimana dia bisa tahu?

”Dulu ayahku bercerita padaku, waktu kami masih tinggal di gunung” jawabnya membuatku sedikit mengerti. Jarak gunung dengan kota ini memang tak jauh. Atau ayahnya adalah penduduk asli kota ini sehingga dia masih bisa meneruskan dongeng itu.

Aku masih ingin bertanya tentang ayah bocah labu ini, tapi dentang jam dindingku mengejutkan kami berdua. Tiba-tiba bocah labu berdiri lalu mengambil lampion mini dan kantung kertasnya dengan cepat. ”Sudah jam sepuluh, aku harus pulang” jelasnya.

”Terima kasih atas pai dan coklatnya, nenek sihir! Aku sangat senang. Apakah aku boleh datang ke sini lagi tahun depan?” dia tersenyum lebar menampakkan giginya yang tanggal.

”Tentu saja boleh. Kau bisa datang ke sini setiap hari. Kau juga bisa datang bersama ibumu” jawabku penuh keramahan. Aku mengantarnya ke pintu tapi merasa tak rela membiarkannya pergi.

”Tunggu sebentar, aku masih punya kue kering. Aku akan membungkusnya untukmu” kataku berusaha menahannya sejenak, tapi dia menjawabku dengan gelengan kepalanya.

”Terima kasih, nenek sihir. Aku hanya suka apel” bocah mungil itu menunduk pamit lalu melangkah riang ke jalan yang sepi. ”Tunggu! Siapa namamu?” aku hampir lupa menanyakan itu.

”Namaku Jack Heedkin! Selamat malam, selamat hari Halloween!!” dia melambai lalu berlari ke arah selatan. Aku terus mengawasinya sampai dia menghilang dalam kegelapan malam.

Akhirnya aku tahu namanya, Jack Heedkin. Hari Halloween ini adalah hari yang paling menyenangkan bagiku. Semuanya berkat kunjungan bocah labu yang menggemaskan itu. Aku tak sabar menunggu hari esok untuk mengulangi Halloween yang menyenangkan bersamanya lagi. Aku sangat bahagia, aku ingin selamanya seperti ini. Aku ingin setiap hari adalah hari Halloween!!

**********

”Nyonya Bellrook, anda baik-baik saja? Nyonya Bellrook!!” suara berat seorang pria memaksaku untuk bangun. Tapi napasku terasa sangat sesak, asap pahit mencekik saluran pernapasanku. Lalu ada tangan yang menekan sebuah alat ke wajahku, alat itu mengalirkan udara segar ke dalam mulutku.

Little Demon’s Gift - Semuanya berwarna kelabu. Sepertinya aku berada dalam gumpalan asap putih. Aku tak bisa melihat wajah pria yang bersamaku. Aku merasa pusing, pandanganku kabur. Pria itu membawaku ke sebuah tempat terbuka yang dipenuhi banyak orang bertampang cemas. Ada kumpulan orang yang mengerumuni sesuatu sambil menangis. Sesuatu itu... adalah mayat-mayat busuk berlumuran debu putih.

”Nyonya Bellrook, anda bisa mendengar saya?” pria penyelamatku itu mendudukkanku di atas rumput. Aku mengangguk lemah. ”Hey, ada satu orang yang selamat!! Di mana dokternya?” pria itu berteriak pada beberapa pria lain yang berkeliaran di sekitarnya.

”Syukurlah” pria itu melepas masker yang menutup hidung dan mulutnya sehingga aku bisa mengenali wajahnya. Dia adalah cucu pak tua Greyson.

”Semalam kakek sangat ribut, dia bersikeras ingin kembali ke sini padahal kondisinya sangat lemah. Dia terus berteriak, ’Anak iblis akan membakar kota!! Anak iblis akan membakar kota!!’ Akhirnya dia memaksaku datang ke sini untuk memperingatkan penduduk kota, tapi karena macet aku baru bisa sampai tadi pagi” katanya menjelaskan kedatangannya.

”Ternyata firasat kakek benar, gunung dekat kota kita meletus tadi malam dan memuntahkan asap panas yang menewaskan semua penduduk kota. Syukurlah anda selamat, Nyonya Bellrook” jelasnya membuatku terperanjat. Aku mengikuti pandangannya ke arah gunung. Daratan menjulang itu dipenuhi asap dan debu yang menggumpal menyeramkan. Dari kejauhan aku bisa melihat kotaku yang hancur berwarna putih seperti tertutup salju.

”Seperti dongeng Halloween saja. Berilah apel pada anak iblis berkepala labu, atau dia akan menghancurkan desamu” komentar Greyson junior menyusupkan sedikit ketakutan dalam dadaku. “Pada siapa?” tanyaku memastikan.

Little Demon’s Gift - “Apakah anda sudah lupa cerita itu? Legenda Jack si kepala labu, dia adalah anak iblis penjaga gerbang neraka yang nakal. Dia akan mengetuk pintumu saat Halloween untuk meminta permen, padahal hadiah yang paling tepat untuknya adalah apel. Sebuah cerita tak masuk akal yang dikaitkan dengan bencana alam. Lucu sekali” Greyson junior tertawa hambar. Tentu saja aku tak bisa ikut tertawa setelah menyadari kenyataan ini.

”Dongeng itu benar. Kemarin Jack Heedkin datang ke rumahku, dan aku memberinya hadiah yang tepat, APEL”

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat