Wednesday, September 13, 2017

Little Demon’s Gift - Bagian 1


Little Demon’s Gift - Aku adalah wanita biasa. Aku juga punya nama seperti manusia biasa pada umumnya. Namaku Samantha Bellrook. Hidupku sangat normal dan wajar. Kalian pasti tidak akan suka mendengar cerita hidupku yang menurut kebanyakan orang sangat membosankan.

Aku lahir dan dibesarkan dalam sebuah keluarga sederhana di kota kecil yang damai. Aku menjalani tahun-tahun pendidikanku tanpa meraih prestasi yang gemilang. Aku patuh hukum, tidak pernah melakukan pelanggaran dan selalu menghindari masalah. Aku menikah dengan seorang pegawai biasa yang ramah. Suamiku meninggal setahun yang lalu karena penyakit paru-paru yang dideritanya. Sekarang aku tinggal sendiri sambil menerima pesanan jahitan dari para tetanggaku untuk memenuhi kebutuhan hidupku.

Sungguh, yang paling kuinginkan sepanjang hidupku hanyalah kehidupan normal yang tenang dan tanpa masalah. Tapi rasanya itu mustahil karena anak-anak kecil di kota ini sangat berisik. Mereka selalu bermain sambil berteriak di depan rumahku saat seharusnya aku menikmati tidur siangku. Sudah berkali-kali aku menghalau mereka tapi mereka selalu kembali sambil mengejekku, sangat tidak sopan!

Little Demon’s Gift - Aku bersyukur suamiku meninggalkanku tanpa sempat memberiku keturunan, aku tidak mau anakku terpengaruh oleh sikap nakal mereka. Aku sempat berpikir untuk pindah saja tapi kurasa di kota lain pun pasti akan ada anak-anak bengal seperti mereka. Apalagi ini rumahku sejak kecil, aku tidak mungkin meninggalkannya.

Hingga akhirnya tibalah salah satu hari perayaan yang kubenci seperti hari libur lainnya, hari Halloween. Aku tidak tahu apa untungnya orang menyisakan satu hari penting mereka untuk para iblis dan setan yang tidak nyata. Bukankah lebih baik mereka menggunakan satu hari biasa itu dengan bekerja atau berdoa pada Tuhan yang seharusnya mereka yakini? Kurasa ini hanyalah salah satu ide bodoh penjual permen yang mengajarkan anak-anak kecil untuk memeras orang dewasa. Sama seperti para penjual coklat yang menciptakan Valentine, atau seperti para Santa Claus palsu yang menjajakan hadiah di hari Natal, mereka menciptakan kebodohan ini demi keuntungan mereka sendiri.

Yah, setidaknya kuharap Halloween tahun ini sama dengan tahun lalu. Tahun lalu tidak ada satu anak pun yang datang, sepertinya mereka sudah bosan karena aku tidak pernah memberikan permen untuk mereka. Kuharap hari ini aku bisa menonton rekaman film kesayanganku sambil minum teh dengan santai walaupun di luar sana masih terdengar bunyi petasan, pekik dan tawa anak-anak nakal itu.

”Tok tok tok” bunyi pengetuk pintu terdengar sayup dari ruang depan. Aku jarang menerima tamu, jadi aku yakin ketukan lemah itu bukan berasal dari orang dewasa.

”Tok tok tok” bunyi ketukan terdengar makin keras hingga aku tak bisa menganggap itu hanya khayalanku saja. Sial, apakah anak-anak itu mau menggangguku lagi?

”Trick or Treat!” suara lengking mencicit itu segera menyambutku setelah aku membuka pintu. Ternyata benar, tamuku adalah anak kecil penganut Halloween.

Little Demon’s Gift - Aku mengamati anak lelaki pendek itu dengan pandangan sinis. Umurnya sekitar 6 atau 7 tahun. Rambut coklat gelapnya disisir rapi di atas kepalanya yang bundar seperti labu. Pipinya kembung berwarna kemerahan, hidungnya kecil, mata coklatnya yang bulat memancarkan keceriaan. Dia memakai tirai panjang berwarna merah darah yang mungkin dimaksudkan sebagai jubah drakula. Di tangan kirinya ada lampion kuning mini sedangkan ditangan kanannya ada kantung kertas sebagai wadah penyimpanan permen.

”Apa kau anak baru?” aku baru menyadari bahwa aku belum pernah melihat bocah ini sebelumnya. Pantas saja dia berani mengunjungi rumahku sendirian.

Bocah kurus itu mengangguk penuh semangat. Aku bisa melihat satu gigi susunya hilang saat dia tersenyum lebar. Dia kembali menyodorkan kantung kertasnya yang sudah terisi separuh.

”Aku tidak punya permen untukmu” pandanganku tertuju pada gerakan samar dibalik semak tanaman hias di depan rumahku. Aku bisa melihat moncong berbulu serigala dan ujung kerucut topi penyihir. Rupanya anak-anak nakal itu yang menyuruh bocah ini menemuiku.

Aku tersenyum kecut pada bocah polos yang masih setia menunggu permen dariku. Dia mengingatkanku pada diriku sendiri di masa kecilku. Dulu teman-temanku yang jahil juga sering menggunakanku sebagai umpan untuk mengunjungi tempat-tempat menyeramkan seperti kuburan. Untungnya aku tidak pernah percaya pada hal-hal gaib di luar akal manusia sehingga aku selalu berhasil kembali dengan selamat tanpa rasa takut sedikitpun. Itulah sebabnya mereka tidak pernah mengerjaiku lagi. Sekarang aku akan melakukan hal yang sama pada anak-anak bengal itu.

”Tunggu di sini” aku menutup pintu di depannya dan beranjak ke dapur. Setelah kembali aku menyerahkan bungkusan berisi dua potong pai apel pada bocah kerdil itu.

”Terima kasih, nenek sihir yang baik” dia menunduk pamit kemudian berlari untuk menunjukkan keberhasilannya pada teman-temannya. Setiap malam Halloween aku memang selalu dianggap sebagai nenek sihir menyeramkan yang paling sulit ditaklukan. Pahlawan-pahlawan kecil yang nakal itu selalu gagal mendapatkan harta karun berupa permen dari kastilku, jadi mereka pasti akan heran mengapa aku bermurah hati pada anak baru itu.

Setelah melihat keberhasilan bocah labu itu, mereka mendesak satu bocah pendek lainnya untuk mencoba apakah aku telah berubah jadi ibu peri yang mau memberi mereka permen. Tapi aku memasang wajah seseram mungkin sambil melotot sehingga bocah itu lari ketakutan sebelum sempat mencapai pintuku. Lalu aku tertawa sekeras-kerasnya dan membanting pintu kemudian menguncinya rapat. Aku sengaja melakukan itu untuk menyadarkan mereka agar tidak menggangguku lagi.

Little Demon’s Gift - Akhirnya malam itu aku bisa menikmati pai apel dengan teh herbal sambil menonton film romantis kesukaanku. Setelah itu aku bersiap tidur untuk menutup hari libur menyebalkan ini dan menyambut hari normal yang sangat kunantikan besok. Sebelum tidur aku teringat pada bocah labu itu. Kurasa aku tertarik pada kepolosannya. Seandainya aku punya anak, aku ingin punya anak seperti dia.

*************

Hari yang biasa, hari yang normal, tanpa ritual aneh, tanpa dekorasi aneh, tanpa pakaian aneh, tanpa musik dan pesta aneh. Hari seperti inilah yang paling kusukai sepanjang hidupku. Aku memang wanita normal yang hidup diantara masyarakat yang kuanggap mulai tak normal. Apakah dengan menjadi normal aku malah tampak aneh di mata kalian? Aku tidak peduli, aku bahagia dengan menjalani kehidupan normal seperti ini.

Tapi rasanya ada yang tidak normal dengan warna langit pagi ini. Dari jendela aku bisa melihat warna langit yang kelabu dan menghitam. Tunggu, apakah aku tertidur sampai malam? Apakah aku telah melewatkan hari normal kesukaanku ini? Apakah aku telah membuang rejeki pagi dengan tidur panjang yang sia-sia? Arggghh!! Aku benar-benar bodoh! Untunglah aku tidak sedang mengerjakan jahitan apapun dan masih punya cukup uang untuk makan beberapa hari.

Sekarang jam tujuh malam. Kurasa aku akan jalan-jalan sebentar untuk mengusir kekesalanku. Namun ketika aku membuka pintu, sebuah percikan kembang api mengoyak kegelapan langit. Percikan itu disusul bunyi letusan petasan lain dan kemeriahan bunyi terompet perayaan. Sayup-sayup terdengar pekik dan tawa anak-anak kecil. Hey, bukankah hari Halloween telah lewat? Mengapa mereka masih merayakannya hari ini?

Little Demon’s Gift - Dalam kebingungan aku kembali ke dalam rumah dan memeriksa kalender. Seharusnya hari ini tanggal satu november. Aku menyalakan televisi untuk memastikan tanggal lewat berita malam. Aku bisa melihat pembaca berita tampan yang sedang memberitakan kunjungan presiden ke negara lain. Lalu tiba-tiba siarannya menjadi kacau, terdengar bunyi gemerisik dan berdenging. Gambar di layar televisiku menjadi statis seperti kumpulan semut hitam putih, semut-semut itu berubah warna menjadi hijau, kemudian mendadak gambarnya pulih kembali.

”Selamat hari Halloween!! Kembali lagi bersama saya di acara kesayangan kita, Fear Fighter!! Malam ini kami khusus memilih tempat yang paling menyeramkan untuk menguji peserta kita yang sangat berani...” seorang pembawa acara genit berkostum kucing hitam dari acara reality konyol membuatku sangat muak. Ternyata hari ini memang hari Halloween. Lalu bagaimana dengan hari kemarin? Apakah kejadian malam itu hanya mimpiku saja?

”Tok tok tok” bunyi pengetuk pintu terdengar sayup dari ruang depan. Aku cukup terkejut, memang bukan hal aneh kalau anak-anak nakal itu datang lagi untuk menggangguku. Tapi apakah mungkin kejadian malam ini akan sama dengan mimpiku kemarin?

”Tok tok tok” bunyi ketukan terdengar makin keras. Entah kenapa aku merasa yakin bocah labu itulah yang mengetuk pintuku.

”Trick or Treat!” suara lengking mencicit itu segera menyambutku setelah aku membuka pintu. Ternyata benar, bocah labu itu datang lagi!

Aku mengamati anak lelaki pendek itu dengan takjub. Penampilannya benar-benar mirip seperti bocah labu dalam mimpiku. Rambut coklat gelapnya disisir rapi di atas kepalanya yang bulat seperti labu. Pipinya kembung berwarna kemerahan, hidungnya mungil, mata coklatnya yang bulat memancarkan kegembiraan. Dia memakai tirai panjang berwarna merah gelap sebagai jubah drakula. Di tangan kirinya ada lampion kuning kecil sedangkan ditangan kanannya ada kantung kertas tempat permen. Bahkan gigi serinya yang hilang juga sama.

”Apa kau anak baru?” aku mengulangi percakapan yang sama dalam mimpiku, rasanya seperti dejavu. Tanpa memperhatikan anggukan kepalanya, aku mengamati semak tanaman hias di depan rumahku. Aku bisa melihat moncong berbulu serigala dan ujung kerucut topi penyihir. Ternyata anak-anak nakal itu juga ada!

Little Demon’s Gift - Ini sangat aneh! Mengapa kejadiannya bisa jadi semirip ini? Dalam gerakan samar aku menancapkan kuku jari tangan kananku ke telapak tangan kiriku. Sakit. Ternyata ini bukan mimpi, ini kenyataan, kejadian kemarin adalah mimpi.

”Tunggu di sini” aku melakukan hal yang sama dengan mimpiku. Setelah memberinya bungkusan berisi dua potong pai apel, aku segera menutup pintu sebelum mendengar bocah labu itu berterima kasih.

Masih dalam keadaan bingung aku memutuskan untuk segera tidur. Aku ingin segera mengakhiri hari libur yang aneh ini dan menyambut kenyataan hari esok yang lebih normal. Malam itu bayangan wajah polos bocah labu kembali mengisi tidurku.

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat