Skip to main content

ITCHING - GATAL


Para penyidik tercengang dengan kasus aneh yang tengah mereka tangani, mereka menemukan seorang pria terbaring tewas di lantai kamar mandinya dengan berlumuran darah. Sebuah pisau menancap di batok kepalanya yang hampir habis dikuliti. Namun tak ada tanda-tanda bahwa ini adalah pembunuhan. Sulit dipercaya, namun kematian sadis ini kemungkinan besar dilakukan oleh sang korban sendiri. Ini tidak masuk akal, namun bukti berkata demikian.

John, salah satu opsir yang menangani kasus tersebut, bangun dengan rasa gatal di belakang kepalanya. Ia merasakan ada benjolan kecil dan mencoba melihatnya di cermin. Namun ia tak berhasil (kau tahu betapa sulitnya melihat bagian belakang kepalamu).

Gatal sekali, pikirnya.

Iapun mandi dan berpakaian serta tiba di kantor polisi tempatnya bekerja seperti biasa. Setiap langkah kakinya, ia selalu menggaruk. Namun rasa gatal itu seakan tak pernah terpuaskan berapa kalipun ia menggaruknya.

Dia duduk di mejanya dan menyalakan komputer untuk menyelesaikan laporan kasusnya, namun sesekali ia masih menggaruk. Sangat sulit untuk menghilangkan rasa gatal ini, pikirnya. Bahkan ia merasa frustasi dan menuju ke kamar mandi.

Di sana, di depan cermin, ia terus menggaruk.

“Oi, kau harus pelan-pelan.” salah satu teman kerjanya berkomentar sambil menunjuk kepalanya, “Kulit kepalamu sampai terlihat merah dan hei ... kau mencabut rambutmu sendiri!”

John menatap helaian rambut di bahunya. Ya, mereka mulai rontok. Ia menatap jari yang ia gunakan untuk menggaruk tadi. Ada warna merah, bekas darah. Namun, hei, paling tidak gatalnya mulai berkurang.

Begitu kembali ke mejanya, rasa gatal yang membuat depresi itu kembali. “What the hell?”

John memutuskan mampir di apotek pada jam makan siang untuk membeli krim anti gatal. Ia mencoba mengoleskannya, namun rasa gatal itu tak kunjung pergi. Ia juga menyadari benjolan yang tadi ia rasakan bertambah besar. Kini ukurannya dua kali semula.

Di kantor dan sepulang kerja, ia terus menggunakan krim itu, namun tak ada hasilnya. Malam tiba dan sebelum tidur, ia mengoleskan sisa-sisa krim yang telah habis itu. Rasanya kini seperti terbakar. Ia bahkan tak bisa tidur karenanya.

Putus asa, ia berjalan ke dapur dan mengambil sebilah pisau. Ia lalu membawanya ke kamar mandi. Ini pasti cukup untuk menghilangkan rasa gatal itu, pikirnya. Ia mengarahkan bagian ujungnya yang tajam ke benjolan itu dan mulai mengirisnya, mencoba mengelupasnya dari kulitnya.

Rasanya benar-benar luar biasa!

Darah keluar mengucur tentu saja, namun tak banyak. Akan tetapi baru saja ia merasakan kenikmatan, rasa gatal itu kembali. Ia mengiriskan ujung pisau itu semakin dalam.

Dan dalam.

Nikmat. Sangat nikmat.

Sedikit lebih dalam lagi.

***

Para polisi yang menghadiri pemakaman John tak mengerti mengapa ia melakukan hal semengerikan itu pada dirinya sendiri. Mereka akhirnya menutup peti mati John dan bersiap menguburkannya.

Para pelayat yang hadir mulai menggaruk-garuk kepala mereka.

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...