Sunday, September 17, 2017

Ini Maria (Kisah Nyata)


Aku dan suami tinggal di kota sepi dekat kota besar. Meski umur kami hampir 50 tahun, kami berumur 30-40 tahun lebih muda dari tetangga sekitar kami. Mereka kebanyakan sudah punya cucu, dan sering dikunjungi cucunya, dan diantar kemana saja mereka mau. Tapi tidak dengan seorang pria yang kupanggil Profesor. Istrinya, Elena, wafat 12 tahun lalu. Aku cuma kenal istrinya sebentar saja, tapi dia dan Profesor adalah pasangan yang sangat harmonis. Aku senang berkumpul bersama mereka. Mereka sangat sopan, cerdas, dan terlihat sangat mengasihi satu sama lain. Wafatnya Elena membuat Profesor sangat sedih. Tahun-tahun terakhir ini Profesor menderita kanker. Jarangnya bis di sekitar sini, dan tarif taksi yang sangat mahal serta lama, jadilah aku yang sering mengantar dia pergi ke dokter.

Profesor sudah tinggal di Amerika sejak umur 20an tapi dia masih punya logat yang kental. Namaku, dia sebut dengan "Awn-eh". Biasanya, saat dia meneleponku, dia akan bilang "Selamat sore, Awn-eh.." Kadang juga dia telpon di larut malam, sambil terdengar kesakitan dan menyebut "Awn-eh!". Aku langsung tutup telpon, lari ke rumahnya dan membantu memberi obat atau mengantar ke ruang gawat darurat di RS terdekat. Dia bersikeras juga tidak mau diantar ke RS besar. Dia sudah tahu waktunya sudah dekat, dan ingin meninggal dengan tenang di rumahnya.

Pada suatu waktu di bulan Oktober, jam 4 pagi, ponselku berdering, dengan nomor telpon dari Profesor. Saat kujawab, suara disana berkata, "Awn-eh?"

"Iya, Profesor?"

Suara tersebut menjawab, "Bukan! Ini Maria. Aku antar dia malam ini."

Kemudian aku....bangun? Aku masih terduduk di tempat tidur, dengan ponsel di tangan. Suamiku dan anjing kami tidur nyenyak. Rupanya telponnya tidak berdering, atau jangan-jangan berdering? Aku mencoba menelpon Profesor, tapi misalkan dia tidur, aku tidak mau mengganggunya. Jadi aku bangun, dan ke rumahnya lewat halaman belakang. Saat di halaman belakang, aku melihat lampu rumahnya mati, dan semuanya sunyi sepi. Aku merasa gelisah, jadi aku coba telpon. Dua puluh lima kali telpon tidak ada jawaban. Aku masuk ke rumahku lagi dan membangunkan suamiku. Kami berjalan ke rumah Profesor dan mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Kami menelpon sheriff setempat. Mereka masuk. Mereka menemukan Profesor sudah wafat dengan tenang di tempat tidur.

Karena lokasi kami yang cukup jauh, tugas mengurus seperti ini dilakukan oleh tetangga. Saat itu, dibawah pengawasan deputi setempat, para tetangga mulai mengurus berkas dan barang milik Profesor. Kami butuh sesuatu sebagai pencatatan waktu wafat dia serta mengabarkan ke kerabatnya. Aku menemukan buku catatan tua yang ditempeli foto. Fotonya kebanyakan dia dan istrinya Elena. Dan satu foto anak mereka yang tidak pernah diceritakan ke kami, Maria, yang sudah meninggal di Oaxaca tahun 1971.

No comments:

Post a Comment

Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat