Skip to main content

I KNEW TODAY WAS GOING TO BE A BAD DAY (AKU TAHU HARI INI AKAN JADI HARI YANG BURUK )

I KNEW TODAY WAS GOING TO BE A BAD DAY - Aku tahu hari ini akan jadi hari yang buruk saat aku menyaksikan seekor kucing tergilas mobil. Ban mobil itu melindas punggungnya dan setelah mobil itu menggilasnya, aku bisa melihat sekujur tubuhnya telah membengkok menjadi huruf U. Kepala dan ujung ekornya menunjuk ke atas, bagian perutnya hancur dan tumpah ruah di atas aspal. Makhluk malang itu tak mati seketika. Ia memuntahkan darah dan bernapas tersengal, dengan bola mata melotot lebar hingga hampir melompat keluar, dan mengeong kesakitan sebelum nyawanya akhirnya benar-benar tecabut dan ringkikan napasnya terhenti.

Ketika melihatnya, aku menjerit dan berusaha keras agar tidak muntah. Si brengsek yang melindasnya bahkan tak repot untuk berhenti. Aku mulai mengatur napasku yang tersengal-sengal karena panik dan duduk di trotoar sementara air mata mulai mengaburkan pandanganku.
Aku sama sekali tak kuat dengan hal-hal yang berbau darah kental. Aku akui, aku memiliki mental yang lemah apabila berhadapan dengan hal-hal semacam itu. Aku mudah terkena serangan panik dan menghancurkan mental. Terapi yang seimbang dengan pemakaian obat-obatan anti-depresi telah membantuku menghadapi hal-hal yang membuatku tak nyaman atau membuat stress.

Lucu bagaimana otakmu akan berusaha melindungimu dari hal-hal semacam itu.

I KNEW TODAY WAS GOING TO BE A BAD DAY - Ibuku sering mengatakan bahwa tiap hari adalah hadiah, penuh dengan kemungkinan dan harapan. Hari ini jelas tidak memiliki awal yang baik.
Aku memikirkan tentang kucing itu sepanjang hari kerjaku. Aku terus mendengar suara retakan tulangnya yang hancur ketika ban mobil meratakannya di aspal. Aku mendengar hentakan napasnya yang terdengar putus asa dan pasrah, hampir terdengar seperti tangisan bayi. Tiap kali aku menutup mataku, yang terlihat hanya bayangan mengerikan itu. Terlalu banyak darah, serpihan tulang, dan semburan bagian dalam tubuhnya ... aku tak bisa melepaskannya dari benakku. Mereka seakan sudah menodai alam bawah sadarku.

Aku pergi keluar untuk makan siang di luar, mencoba menghirup udara segar dan melupakan kejadian tadi pagi. Aku tak ingin kembali ke tempat dimana kucing itu terlindas mobil, namun mau tak mau aku harus melewatinya agar bisa pergi ke cafe terdekat. Aku benar-benar memerlukan kopi saat itu, jadi aku pasrah saja.

I KNEW TODAY WAS GOING TO BE A BAD DAY- Ketika aku sudah hampir mendekati lokasi tersebut, aku melihat kerumunan orang. Aku juga melihat polisi mencoba mengatur lalu lintas dan pita kuning untuk mengamankan TKP direntangkan di sepanjang jalan. Ketika aku mendekat, aku melihat mobil polisi, ambulan, dan kerumunan orang yang berwajah pucat. Di tengah semuanya, aku bisa menyaksikan sebentang selimut, merah, bak terendam oleh darah, menutupi dimana kucing tadi terbaring tak bernyawa. Tak jauh dari selimut itu, aku melihat sebuah sepatu mungil, bernoda darah pula, tergeletak begitu saja di aspal. Aku merasakan kulitku merinding dan pandanganku mulai kabur ketika aku mendengar kembali tangisan terakhirnya dan suara retak saat mobil itu melindas tubuhnya. Suara itu kembali bergema di benakku.

Lucu bagaimana otakmu akan berusaha melindungimu dari hal-hal semacam itu.
I KNEW TODAY WAS GOING TO BE A BAD DAY (AKU TAHU HARI INI AKAN JADI HARI YANG BURUK )
I KNEW TODAY WAS GOING TO BE A BAD DAY (AKU TAHU HARI INI AKAN JADI HARI YANG BURUK )

Comments

Popular posts from this blog

THE SCRATCHING CURSE

THE SCRATCHING CURSE - "Krekkk..krrekk kreett..." kudengar suara berderit-derit dari arah jendela teras. Aku pun melongok keluar, memeriksa keadaan. Sepi. Kosong. Melompong. Mungkin hanya perasaanku. Ya sudahlah. Esok malamnya, pada jam yang sama, "Krreeeeek... kreeeeeekkkk... kreeeerrrkk..." Lagi-lagi suara itu mengusik indera pendengaran. Namun kali ini terdengar dari luar pintu kamar. Bunyinya pun lebih keras dan seolah lebih dekat. Maka segera kubuka pintu kamar. Nihil. Kosong. Melompong. Sunyi. Ya sudahlah, mungkin engsel pintu kamar ini agak berkarat, pikirku sambil-lalu. Kemudian, keesokan malamnya, lagi-lagi... "Grrrreeekk... gggrrrrreeekkk.... grgrhrekkk!!!," Kali ini aku benar-benar tidak salah dengar, ada suara garukan. Terdengar lebih jelas. Amat jelas, karena... itu berasal dari kolong bawah ranjangku! Deg! Jantungku seketika berdegup tegang. Oleh sebab nalar yang menyadari suatu keganjilan, entah apakah itu, semakin mendekat... da...

KARMA

KARMA Catatan 1 Aku membuat kesalahan yang amat besar. Kupikir aku hanya paranoid awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa dia mengikutiku. Dia tidak pernah membiarkan aku melupakan sebuah kesalahan bodoh itu. Aku tidak begitu yakin seperti apa wujudnya. Satu-satunya nama yang bisa kusebutkan adalah Karma. Kupikir dia akan melindungiku … namun aku salah. Mari kita mulai sejak dari awal. Ada sebuah ritual yang tidak begitu terkenal memang, dia disebut sebagai Pembalasan Karma. Untuk alasan yang bisa kalian pahami, aku tidak bisa menjelaskan detil ritual ini. sungguh terlalu berbahaya. Aku diceritakan mengenai ritual ini. Mitos yang mendasari ritual ini adalah, setelah kalian melakukan ritual sederhana ini, Karma akan mengadilimu, membalasmu. Jika dia memutuskan bahwa kalian merupakan orang baik-baik, maka hidup kalian akan seperti di sorga, disisi lain … well, itulah alasan kenapa aku menulis ini semua. Aku pasti telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar orang yang baik, setidaknya...

WRITING ON THE WALL

WRITING ON THE WALL  - Ketika aku masih muda, ada sebuah bangunan hancur di bawah jalan. Semua anak-anak di daerah di jauhkan dari tempat itu, karena isu dan berita bahwa tempat itu angker. Dinding beton lantai dua dari bangunan tua yang sudah retak dan runtuh. Jendela yang rusak dan pecahan kaca bertebaran di lantai di dalamnya. Suatu malam, untuk menguji keberanian, sahabatku dan aku memutuskan untuk mengeksplorasi tempat tua yang menyeramkan itu. Kami kami naik melalui jendela belakang gedung. Seluruh tempat kotor dan ada lapisan Lumpur di lantai kayu. Saat kami membersihkan diri kami, kami melihat dan terkejut melihat bahwa seseorang telah menulis kata-kata "AKU SUDAH MATI" pada dinding langit-langit. "Mungkin hanya beberapa remaja yang mau mencoba untuk menakut-nakuti anak-anak", kataku. "Ya, mungkin saja...", jawab temanku dengan nada gugup. Kami mengeksplorasi lebih dari kamar di lantai dasar. Dalam sebuah ruang yang tampaknya pernah menjadi se...